Kamis, 31 Agustus 2017

Jejakku Menjadi Penulis

Terbitan Buku Sebagai Kontributor di Medilan Media dari Bali

Perkenalkan nama saya Rinto Simorangkir, saya berasal dari Sibolga, sebuah kota yang katanya kota yang paling kecil di seluruh Indonesia. Dan memang kotanya sangat kecil tapi memiliki penduduk yang cukup banyak. Kalau kita melihat dari puncak gunung, kita bisa melihat kerapatan dari setiap rumah. Saya sudah menikah dan juga sudah lama meninggalkan kota kelahiran saya tersebut. Bersama dengan istri dan kedua anakku Azriela dan Immanuel, kami tinggal di lereng gunung, pinggiran kota Medan. Orang-orang sering menyebutnya dengan Sibolangit. Cuacanya lumayan dingin dan kalau malam bisa kita nyenyak untuk tidur dan tidak kegerahan. Itu sekedar tentang profil dan tempat tinggal saya.

Di hari yang sangat spesial kemarin, yakni memperingati hari buku nasional yang jatuh pada  tanggal 17 Mei, saya ingin mencoba berbagi hal-hal yang sudah saya alami. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita bersama.

Sebenarnya kalau dibilang menjadi inspirasi kayaknya belumlah pantas hal itu disematkan. Sebab saya masihlah seorang pemula dalam hal bidang dunia kepenulisan. Memang sejak dari saya duduk di bangku kuliah, saya sudah membulatkan tekat dan niat  untuk menjadi seorang penulis. Tekat dan niat itu saya ceritakan kepada beberapa orang seniorku. Harapannya  ketika saya sudah menceritakan atau membagikannya kepada mereka, mereka bisa menjadi lecutan tersendiri kepada saya untuk segera menulis.

Akhirnya saya memulai karya kepenulisan saya. Tepatnya ketika ada event lomba tentang menulis yang diselenggarakan oleh sebuah Organisasi kemahasiswaan dari luar kampus. Ketika memulai menulis, yang merupakan hal perdana yang saya lakukan, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang terjadi. Dimulai dari mencari inspirasi, data-data yang berhubungan dengan topik yang diajukan oleh panitia, sampai kepada meramu berbagai hal-hal tersebut hingga menjadi sebuah tulisan yang baik, lengkap dan tentunya sesuai dengan EYD.

Meskipun tidak menang, tapi ada kenangan yang terus terpatri dalam diriku, untuk mencoba, mencoba terus. Setelah tulisannya selesai, ternyata banyak sekali kekurangannya. Mulai dari inspirasi yang kudapatkan, ternyata adalah dari sebuah gagasan pembicaraan dalam sebuah event yang waktu itu kuikuti. Hampir sebagian besar tulisanku ternyata tentang hal-hal yang dibicarakan oleh sang pembicara kala itu. Aku sedikit tersenyum, tapi gak apa-apa sebab hal ini, barulah langkah awal yang harus kutempuh untuk menjadi seorang penulis profesional.

Aku terus mengasah kemampuanku dalam menulis, sampai studiku dibangku kuliah kelar. Aku terus menunggu, mencari event-event perlombaan tentang menulis. Dan memanfaatkan event perlombaan tersebut untuk mematangkanku dalam dunia kepenulisan. Meskipun akhirnya tidak pernah menang.
Kevakuman menulis terus terjadi dalam diriku ketika aku sudah mulai bekerja. Aku bekerja dan melayani disebuah yayasan non profit, dan sudah bergabung sejak sembilan tahun yang lalu. Di tahun kedelepan aku bekerja, tepatnya di bulan Mei 2016 lalu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali kepada cita-cita awalku sejak duduk di bangku kuliah dulu.

Mencoba masuk dan mulai bergabung dengan suatu wadah komunitas kepenulisan. Dimana kita bisa berbagi inspirasi ataupun catatan-catatan dari masing-masing anggotanya. Wadah tersebut adalah Kompasiana. Resmi tercatat sebagai kompasioner sejak 20 Mei 2016. Sudah hampir satu tahun lebih aku bergabung di wadah itu.

Melihat statistikku di akun, ternyata, sudah menghasilkan 20 artikel, dengan keterbacaanya sekitar 8.735 kali. Komentar yang ada sudah 56 dengan nilai yang kuperoleh sekitar 49 voting. Ternyata dari semua artikelku oleh pihak Kompasiana memilih 6 artikel menjadi artikel Pilihan. Meskipun dari semua artikelku belum satupun yang pernah menjadi Headline, aku tetap semangat untuk terus menulis dan menulis lagi.

Ketika kubuka laptopku, ternyata sudah hampir lima puluhan artikel atau tulisan yang sudah kuhasilkan dalam satu folder. Meskipun baru sedikit, tidak masalah, sebab aku meyakini tinggal sedikit langkah lagi aku akan bisa menghasilkan sebuah karya buku nantinya. Aku ingin sekali membuat sebuah karya fiksi, berupa novel. Disamping karya fiksi, juga ingin menerbitkan karya non-fiksi.

Saya kembali kejudul besar saya, menjadi penulis harapan dan kebaikan yang menginspirasi. Judul itu saya buat, sebagai refleksi dan penggambaran situasi kondisi Indonesia tercinta akhir-akhir ini. Miris melihat bangsa kita, ternyata sangatlah mudah untuk diprovokasi maupun dipengaruhi. Sebab banyak sekali tulisan-tulisan yang mengutarakan kebencian, fitnah ataupun hasutan  dan bahkan berita-berita bohong.

Dengan tulisan saya, harapannya bisa memberikan pandangan yang baik dan benar tentang suatu isu tertentu. Kita perlu menyikapi fakta atau realita yang ada sesuai dengan porsi takarannya.Yah minimal kita bisa menjadi warga yang cinta damai dan bersatu, tidak terpecah-pecah akibat dari usaha sekelompok oknum dalam mengubah dasar dari negara kita.


Fase saat ini, dunia kepenulisanku, masih seputar tentang karya non-fiksi berupa artikel-artikel. Dan berharap aku bisa segera masuk ke fase menghasilkan karya fiksi. Menghasilkan sebuah cerita yang harapannya juga bisa menginspirasi bangsa kita. Sebab Indonesia butuh cerita-cerita yang membangun, yang nantinya bisa kita wariskan kepada generasi-generasi mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...