![]() |
Terbitan Buku Sebagai Kontributor di Medilan Media dari Bali |
Perkenalkan nama saya Rinto Simorangkir, saya
berasal dari Sibolga, sebuah kota yang katanya kota yang paling kecil di
seluruh Indonesia. Dan memang kotanya sangat kecil tapi memiliki penduduk yang cukup
banyak. Kalau kita melihat dari puncak gunung, kita bisa melihat kerapatan dari
setiap rumah. Saya sudah menikah dan juga sudah lama meninggalkan kota
kelahiran saya tersebut. Bersama dengan istri dan kedua anakku Azriela dan
Immanuel, kami tinggal di lereng gunung, pinggiran kota Medan. Orang-orang sering
menyebutnya dengan Sibolangit. Cuacanya lumayan dingin dan kalau malam bisa
kita nyenyak untuk tidur dan tidak kegerahan. Itu sekedar tentang profil dan
tempat tinggal saya.
Di hari yang sangat spesial kemarin, yakni
memperingati hari buku nasional yang jatuh pada
tanggal 17 Mei, saya ingin mencoba berbagi hal-hal yang sudah saya
alami. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita bersama.
Sebenarnya kalau dibilang menjadi inspirasi kayaknya
belumlah pantas hal itu disematkan. Sebab saya masihlah seorang pemula dalam
hal bidang dunia kepenulisan. Memang sejak dari saya duduk di bangku kuliah,
saya sudah membulatkan tekat dan niat
untuk menjadi seorang penulis. Tekat dan niat itu saya ceritakan kepada beberapa
orang seniorku. Harapannya ketika saya
sudah menceritakan atau membagikannya kepada mereka, mereka bisa menjadi
lecutan tersendiri kepada saya untuk segera menulis.
Akhirnya saya memulai karya kepenulisan saya.
Tepatnya ketika ada event lomba tentang
menulis yang diselenggarakan oleh sebuah Organisasi kemahasiswaan dari luar
kampus. Ketika memulai menulis, yang merupakan hal perdana yang saya lakukan,
banyak sekali kesulitan-kesulitan yang terjadi. Dimulai dari mencari inspirasi,
data-data yang berhubungan dengan topik yang diajukan oleh panitia, sampai
kepada meramu berbagai hal-hal tersebut hingga menjadi sebuah tulisan yang
baik, lengkap dan tentunya sesuai dengan EYD.
Meskipun tidak menang, tapi ada kenangan yang terus
terpatri dalam diriku, untuk mencoba, mencoba terus. Setelah tulisannya
selesai, ternyata banyak sekali kekurangannya. Mulai dari inspirasi yang
kudapatkan, ternyata adalah dari sebuah gagasan pembicaraan dalam sebuah event
yang waktu itu kuikuti. Hampir sebagian besar tulisanku ternyata tentang
hal-hal yang dibicarakan oleh sang pembicara kala itu. Aku sedikit tersenyum,
tapi gak apa-apa sebab hal ini, barulah langkah awal yang harus kutempuh untuk
menjadi seorang penulis profesional.
Aku terus mengasah kemampuanku dalam menulis, sampai
studiku dibangku kuliah kelar. Aku terus menunggu, mencari event-event
perlombaan tentang menulis. Dan memanfaatkan event perlombaan tersebut untuk
mematangkanku dalam dunia kepenulisan. Meskipun akhirnya tidak pernah menang.
Kevakuman menulis terus terjadi dalam diriku ketika
aku sudah mulai bekerja. Aku bekerja dan melayani disebuah yayasan non profit,
dan sudah bergabung sejak sembilan tahun yang lalu. Di tahun kedelepan aku
bekerja, tepatnya di bulan Mei 2016 lalu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali
kepada cita-cita awalku sejak duduk di bangku kuliah dulu.
Mencoba masuk dan mulai bergabung dengan suatu wadah
komunitas kepenulisan. Dimana kita bisa berbagi inspirasi ataupun
catatan-catatan dari masing-masing anggotanya. Wadah tersebut adalah Kompasiana.
Resmi tercatat sebagai kompasioner sejak 20 Mei 2016. Sudah hampir satu tahun
lebih aku bergabung di wadah itu.
Melihat statistikku di akun, ternyata, sudah
menghasilkan 20 artikel, dengan keterbacaanya sekitar 8.735 kali. Komentar yang
ada sudah 56 dengan nilai yang kuperoleh sekitar 49 voting. Ternyata dari semua artikelku oleh pihak Kompasiana memilih
6 artikel menjadi artikel Pilihan. Meskipun dari semua artikelku belum satupun
yang pernah menjadi Headline, aku
tetap semangat untuk terus menulis dan menulis lagi.
Ketika kubuka laptopku, ternyata sudah hampir lima
puluhan artikel atau tulisan yang sudah kuhasilkan dalam satu folder. Meskipun baru sedikit, tidak
masalah, sebab aku meyakini tinggal sedikit langkah lagi aku akan bisa
menghasilkan sebuah karya buku nantinya. Aku ingin sekali membuat sebuah karya
fiksi, berupa novel. Disamping karya fiksi, juga ingin menerbitkan karya
non-fiksi.
Saya kembali kejudul besar saya, menjadi penulis
harapan dan kebaikan yang menginspirasi. Judul itu saya buat, sebagai refleksi
dan penggambaran situasi kondisi Indonesia tercinta akhir-akhir ini. Miris
melihat bangsa kita, ternyata sangatlah mudah untuk diprovokasi maupun
dipengaruhi. Sebab banyak sekali tulisan-tulisan yang mengutarakan kebencian,
fitnah ataupun hasutan dan bahkan
berita-berita bohong.
Dengan tulisan saya, harapannya bisa memberikan
pandangan yang baik dan benar tentang suatu isu tertentu. Kita perlu menyikapi
fakta atau realita yang ada sesuai dengan porsi takarannya.Yah minimal kita
bisa menjadi warga yang cinta damai dan bersatu, tidak terpecah-pecah akibat
dari usaha sekelompok oknum dalam mengubah dasar dari negara kita.
Fase
saat ini, dunia kepenulisanku, masih seputar tentang karya non-fiksi berupa
artikel-artikel. Dan berharap aku bisa segera masuk ke fase menghasilkan karya
fiksi. Menghasilkan sebuah cerita yang harapannya juga bisa menginspirasi
bangsa kita. Sebab Indonesia butuh cerita-cerita yang membangun, yang nantinya
bisa kita wariskan kepada generasi-generasi mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar