![]() |
sumber gambar : pesan injil |
Ellihu mendapatkan tempat yang
khusus dalam perjalanan dan percakapannya Ayub. Ada enam pasal tercatat dalam
alkitab mengenai perkataannya. Dimulai dari pasal 32 sampai pasal 37. Dan kata-kata Ellihu menjadi satu bagian
tersendiri dalam kitab Ayub.
Dimana ada 4 bagian kitab Ayub kalau kita telusuri lebih jauh. Bagian pertama
adalah tentang latar belakang Ayub, kesalehannya dan kesakitannya; bagian kedua
tentang percakapan dengan ketiga sahabatnya; bagian ketiga tentang perkataan Ellihu; dan
terakhir tentang Jawab Tuhan kepada Ayub.
Jikalau kita melihat latar
belakang Ellihu, dia adalah seorang muda yang berani bicara, dan juga berani
menilai serta menegor. Baik menilai serta memarahi ketiga sahabat Ayub maupun
Ayub sendiri. Ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar
dari Allah, dan ia juga marah ketiga sahabat Ayub, karena mereka mempersalahkan
Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.
Ellihu mengerti etika berbicara
yang baik. Ketika sudah selesai pembicaraan orang-orang yang lebih tua darinya,
kemudian ia ambil waktu untuk bisa menyampaikan pendapatnya. Sebab dalam
pikirannya biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan yang sudah banyak
jumlah tahunnya memaparkan hikmat.
Ellihu juga mendapatkan suatu
pengertian yang baik untuk kita pahami bersama, yakni pengertian atau understanding itu hanya didapatkan dari
roh (spirit) yang ada di dalam
manusia itu bersama dengan nafas (breath)
Yang Mahakuasa.
Dinyatakan lagi bahwa perkataanya
tersebut sama seperti bottled-up-wine, sebotol
anggur yang hendak bersiap keluar muncrat karena diobok-obok, I’m full of word-aku dipenuhi pengertian
(kata-kata) dan semangat (spirit)
yang ada didalam diriku terus mendesak aku. Aku harus berbicara, supaya akau
merasa lega.
Pertanyaannya ke kita, pernahkah
kita mengalami hal yang dialami Ellihu. Dimana kita harus berbicara tentang
permasalahan yang sedang terjadi di bangsa kita. Dan kita tidak boleh berdiam
diri saja. Perkataan-perkataan tersebut hendak terus menerus keluar dari diri
kita, dan kalau tidak disampaikan yang pasti menderita adalah diri kita
sendiri. Berbicara untuk mendapatkan kelegaan bukan hanya diri kita tapi bangsa
kita juga. Mari kita merenungkan hal ini.
Kemudian pelajaran yang berharga
yang bisa kita dapatkan dari Ellihu adalah bahwa ketika dia berbicara, tidak
memihak kepada siapapun. Atau tidak menyanjung siapapun baik Ayub maupun ketiga
sahabatnya itu. Mari belajar untuk bisa mengkritisi dari dua sisi sekaligus
terhadap setiap permasalahan bangsa kita. Mari belajar melihat dari sisi atau
pandangan dari yang Pro-Pemerintah dan sekaligus juga untuk bisa mengkritisi
dari yang kontra-pemerintah. Sehingga kita mendapatkan pemahaman yang utuh
untuk bisa menjadi penyelesaian yang terbaik bagi bangsa kita. Sebab mungkin
tidak selamanya baik apa yang dicanangkan oleh pemerintah, juga mungkin tidak
selamanya buruk apa yang dikritisi oleh oposisi pemerintah.
Hikmat dan Perkataan Ellihu untuk Kebangsaan kita
Berikut beberapa yang patut kita
pelajari dan teladani sekaligus dalam perkataan yang keluar dari Ellihu.
Pertama, ketahuilah, mulutku,
lidahku, perkataanku keluar dari hati yang jujur dan menyatakannya dengan jelas
dan terang apa yang hendak kukatakan.
Kedua, bahwa Allah berbicara atau
berfirman kepada manusia lebih dari satu cara, tetapi yang sering menjadi
masalah adalah manusia itu sendiri tidak mau untuk memperhatikannya. Baik
melalui mimpi, penglihatan, pendengaran, bahkan melakui peringatan-peringatan
maupun teguran dari alam, Allah kita sering menyatakannya supaya kita tidak binasa
akan hal itu.
Ketiga, Ia mengganjar manusia
sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai dengan
kelakukannya. Serta Tuhan tidak pernah memihak kepada siapapun baik kepada para
bangsawan, raja, juga kepada orang
kecil.
Allah diliputi oleh keagungan
yang dasyat. Yang Mahakuasa, tidak dapat kita pahami, besar kekuasaannya dan
keadilan-Nya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya. (Ayub 37 :
22-23)
Oleh karena itu kita diharapkan
mampu untuk hidup berintegritas dalam keseharian kita. Sehingga kita mampu
untuk menyampaikan kebenaran yang sudah kita hidupi tersebut kepada orang lain di sekitar kita,
bahkan ke masyarakat hingga ke bangsa kita.
Satu lagi, ternyata diakhir kisah
Ayub, Ellihu tidak mendapatkan teguran dari Tuhan secara langsung. Melainkan
hanya kepada ketiga sahabat Ayub, yakni Elifas, Bildad dan Zofar. Dan Ayub
sendirilah yang dimintakan oleh Tuhan membawakan pengampunan akan kesalahan
mereka, supaya mereka tidak mendapatkan murka Allah.
Ellihu menjadi contoh teladan
yang baik untuk kita tiru akhir-akhir ini. Yakni berani untuk menyuarakan suara
kenabian bagi bangsa kita. Meskipun masih muda tapi memiliki pengertian yang
luas akan hidup. Sehingga akhirnya bangsa kitapun dipulihkan oleh Tuhan, ketika
bangsa kita mau mendengarkan seruan pertobatan yang sudah kita serukan selama
ini. Mari menjadi Ellihu-Ellihu masa kini. Indonesia membutuhkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar