Jumat, 11 Agustus 2017

Refleksi Tentang Ellihu-Sang Orator Yang Berani Untuk Perbaikan Bangsa Kita



sumber gambar : pesan injil


Ellihu mendapatkan tempat yang khusus dalam perjalanan dan percakapannya Ayub. Ada enam pasal tercatat dalam alkitab mengenai perkataannya. Dimulai dari pasal 32 sampai pasal 37.  Dan kata-kata Ellihu menjadi satu bagian tersendiri dalam kitab Ayub. 

Dimana ada 4 bagian kitab Ayub  kalau kita telusuri lebih jauh. Bagian pertama adalah tentang latar belakang Ayub, kesalehannya dan kesakitannya; bagian kedua tentang percakapan dengan ketiga sahabatnya;  bagian ketiga tentang perkataan Ellihu; dan terakhir tentang Jawab Tuhan kepada Ayub.

Jikalau kita melihat latar belakang Ellihu, dia adalah seorang muda yang berani bicara, dan juga berani menilai serta menegor. Baik menilai serta memarahi ketiga sahabat Ayub maupun Ayub sendiri. Ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari Allah, dan ia juga marah ketiga sahabat Ayub, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.

Ellihu mengerti etika berbicara yang baik. Ketika sudah selesai pembicaraan orang-orang yang lebih tua darinya, kemudian ia ambil waktu untuk bisa menyampaikan pendapatnya. Sebab dalam pikirannya biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat.

Ellihu juga mendapatkan suatu pengertian yang baik untuk kita pahami bersama, yakni pengertian atau understanding itu hanya didapatkan dari roh (spirit) yang ada di dalam manusia itu bersama dengan nafas (breath) Yang Mahakuasa.

Dinyatakan lagi bahwa perkataanya tersebut sama seperti bottled-up-wine, sebotol anggur yang hendak bersiap keluar muncrat karena diobok-obok, I’m full of word-aku dipenuhi pengertian (kata-kata) dan semangat (spirit) yang ada didalam diriku terus mendesak aku. Aku harus berbicara, supaya akau merasa lega. 

Pertanyaannya ke kita, pernahkah kita mengalami hal yang dialami Ellihu. Dimana kita harus berbicara tentang permasalahan yang sedang terjadi di bangsa kita. Dan kita tidak boleh berdiam diri saja. Perkataan-perkataan tersebut hendak terus menerus keluar dari diri kita, dan kalau tidak disampaikan yang pasti menderita adalah diri kita sendiri. Berbicara untuk mendapatkan kelegaan bukan hanya diri kita tapi bangsa kita juga. Mari kita merenungkan hal ini.

Kemudian pelajaran yang berharga yang bisa kita dapatkan dari Ellihu adalah bahwa ketika dia berbicara, tidak memihak kepada siapapun. Atau tidak menyanjung siapapun baik Ayub maupun ketiga sahabatnya itu. Mari belajar untuk bisa mengkritisi dari dua sisi sekaligus terhadap setiap permasalahan bangsa kita. Mari belajar melihat dari sisi atau pandangan dari yang Pro-Pemerintah dan sekaligus juga untuk bisa mengkritisi dari yang kontra-pemerintah. Sehingga kita mendapatkan pemahaman yang utuh untuk bisa menjadi penyelesaian yang terbaik bagi bangsa kita. Sebab mungkin tidak selamanya baik apa yang dicanangkan oleh pemerintah, juga mungkin tidak selamanya buruk apa yang dikritisi oleh oposisi pemerintah.

Hikmat dan Perkataan Ellihu untuk Kebangsaan kita

Berikut beberapa yang patut kita pelajari dan teladani sekaligus dalam perkataan yang keluar dari Ellihu. 

Pertama, ketahuilah, mulutku, lidahku, perkataanku keluar dari hati yang jujur dan menyatakannya dengan jelas dan terang apa yang hendak kukatakan. 

Kedua, bahwa Allah berbicara atau berfirman kepada manusia lebih dari satu cara, tetapi yang sering menjadi masalah adalah manusia itu sendiri tidak mau untuk memperhatikannya. Baik melalui mimpi, penglihatan, pendengaran, bahkan melakui peringatan-peringatan maupun teguran dari alam, Allah kita sering menyatakannya supaya kita tidak binasa akan hal itu.

Ketiga, Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai dengan kelakukannya. Serta Tuhan tidak pernah memihak kepada siapapun baik kepada para bangsawan, raja, juga  kepada orang kecil. 

Allah diliputi oleh keagungan yang dasyat. Yang Mahakuasa, tidak dapat kita pahami, besar kekuasaannya dan keadilan-Nya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya. (Ayub 37 : 22-23)

Oleh karena itu kita diharapkan mampu untuk hidup berintegritas dalam keseharian kita. Sehingga kita mampu untuk menyampaikan kebenaran yang sudah kita hidupi  tersebut kepada orang lain di sekitar kita, bahkan ke masyarakat hingga ke bangsa kita.

Satu lagi, ternyata diakhir kisah Ayub, Ellihu tidak mendapatkan teguran dari Tuhan secara langsung. Melainkan hanya kepada ketiga sahabat Ayub, yakni Elifas, Bildad dan Zofar. Dan Ayub sendirilah yang dimintakan oleh Tuhan membawakan pengampunan akan kesalahan mereka, supaya mereka tidak mendapatkan murka Allah.

Ellihu menjadi contoh teladan yang baik untuk kita tiru akhir-akhir ini. Yakni berani untuk menyuarakan suara kenabian bagi bangsa kita. Meskipun masih muda tapi memiliki pengertian yang luas akan hidup. Sehingga akhirnya bangsa kitapun dipulihkan oleh Tuhan, ketika bangsa kita mau mendengarkan seruan pertobatan yang sudah kita serukan selama ini. Mari menjadi Ellihu-Ellihu masa kini. Indonesia membutuhkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...