Selasa, 29 Agustus 2017

Praktek Curang Dunia Pendidikan Kita, Untuk Apa?


Baru-baru ini Tirto.id menyampaikan sebuah investigasi yang dilakukan oleh Tim Evaluasi kinerja Kemeristekdikti terhadap dunia pendidikan tinggi kita. Dan ini berkaitan dengan Universitas yang terkenal di Jakarta, UNJ-Universitas Negeri Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Rektor berani menerbitkan gelar akademik setingkat doktor kepada sejumlah orang yang notabene adalah kepala daerah yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, Tim EKA mencoba mengkonfirmasi dulu ke pihak kampus akan segala tindak-tanduk perjalananan dunia pendidikan tinggi kita ini. Setelah menyempaikan hal tersebut, pihak kampus terkesan menolak segala tuduhan tersebut.

Dan serta merta pihak kampus mengajak para alumninya untuk membuat surat keberatan kepada Kemenristekdikti atas segala tindakan tidak etis yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) Kemenristekdikti. Sebab disinyalir hal ini akan membawa dampak buruk kepada seluruh alumni-alumni yang ada. Rektor mengakui bahwa tindakan para alumni tersebut murni, bukan karena disuruh atau mendapatkan tugas dari pihak rektor. Padahal pada kenyataannya rektor sendirilah yang berusaha menggalang kekuatan para alumni.

Terduga ada 5 pejabat Sulawesi Tenggara yang menjadi  plagiator untuk bisa mendapatkan gelar doctor yang telah diterbitkan UNJ. Yakni Nur Alam (Gubernur dan juga tersangka KPK), Nur Endang Abbas (Kepala Badan Kepegawaian Daerah), Sarifuddin Saffa (Asisten I Sekda), Muhammad Nasir Andi Baso (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), Hado Hasina (Kepala Dinas Perhubungan).

Disinyalir mereka menyelesaikan disertasinya hanya dalam waktu 1-2 bulan sebelum ujian terbuka dimulai. Dan semuanya disertasinya hanya dikerjakan pada satu komputer doang. Wau dasyat cara kerja mereka. Padahal untuk menyelesaikan skripsi saja butuh waktu kurang lebih satu tahun, apalagi ini namanya sudah tingkat S-3, bisa selesai hanya dalam waktu paling lama dua bulan. Perlu dipertanyakan.

Berdasarkan data SCImago, Untuk jumlah dokumen yang terpublikasi internasional, di tingkat dunia, Indonesia menempati peringkat 45. Di kawasan Asia, posisi Indonesia berada di urutan 11, sementara di tingkat ASEAN peringkat keempat. Dengan jumlah karya ilmiah yang terpublikasi ditahun 2016 sebanyak 11.740 saja. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara Malaysia yang sudah mencapai angka 28.560 karya terpublikasi internasional. Hampir lebih dua kali dari pencapaian Malaysia. maka tak heran jika Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara tetangga kita.  

Praktek kecurangan UNJ bisa didapatkan karena adanya temuan berikut.  Terdapat ketidakcocokan antara jumlah yang menyelesaikan studi tingkat pascasarjana dengan nomor ijasah yang sudah diterbitkan. Dari kurun waktu Desember 2004 hingga September 2016, UNJ meluluskan 2.104 mahasiswa doktoralnya. Sementara dari jumlah Ijasah yang sudah diterbitkan, meluluskan sekitar 2.557 mahasiswa. Ada selisih 453 jumlah doctor yang dihasilkan selama kurang lebih 12 tahun.


Juga temuan lain yang semakin menunjukkan bahwa adanya praktek kecurangan yang dilakukan dalam dunia pendidikan di UNJ adalah adanya beban berlebih untuk mempromosikan seorang doktor. Menurut peraturan menristekdikti nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 menyebutkan bahwa beban seseorang dosen dalam membimbing karya ilmiah hanya 10 orang dalam satu tahun.

Didapati bahwa Djaali,yang merupakan rektor dari UNJ juga sekaligus sebagai promotor doktoral mahasiswa, ditahun 2016 bisa mempromotori dan meluluskan 118 orang mahasiswa, dan ditahun 2015-nya meluluskan sebanyak 64 mahasiswa. Sungguh angka yang fantastis dalam pencapaiannya.

Ini masih temuan pada satu kampus, bagaimana dengan institusi atau perguruan tinggi yang lain yah. Mempraktekkan hal yang sama atau tidak sama sekali. Menjadi tanda tanya besar bagi kita. Bagaimana bisa dunia pendidikan kita semakin maju jika adanya praktek-praktek kecurangan dalam menghasilkan lulusan orang-orang yang berkarakter sekaligus berintelektual tinggi. Padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ada ditangannya sendiri. Sebab dia sudah berada di puncak tertinggi dari jenjang sistem pendidikan ini .

Pengaruh Uang dan Jabatan dalam Dunia Pendidikan

Uang bisa merusak dunia pendidikan kita. Bahkan dengan uang apapun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bisa diubah seenaknya. Seperti kasus penerimaan peserta didik baru (PPDB). Ternyata dari tahun ke tahun, sistem PPDB yang dilakukan terkhusus di kota Medan pasti selalu ada kecurangan. Seperti temuan baru-baru ini oleh Ombusdman pada SMAN 2 dan SMAN 13, berurutan, ditemukan adanya siswa sisipan sebanyak 108 siswa dan 72 siswa.

Di tahun 2016 dan tahun 2015 yang lalu, praktek menyisipkan siswa baru pada sekolah-sekolah yang ada di Medan juga telah terjadi. Ditahun 2016, SMAN 4 Medan, membuat 3 kelas siluman kepada hampir 150 orang siswa. Dan di tahun 2015 juga, SMAN 5 Medan, menambahkan 2 kelas siluman asal orangtua mampu membayarkan 7,5 juta uang.

Itu baru Medan, mungkin peristiwa-peristiwa ini juga terjadi dibeberapa kota-kota yang lainnya juga. Meskipun sudah ada perbaikan dalam system PPDB di tahun ini dengan system online, tapi masih banyak juga oknum-oknum yang bermain asalkan bisa mengeruh keuntungan sebanyak-banyaknya.

Sampai kapan kita bisa melakukan sistem pendidikan yang betul-betul paten seperti jargon yang sering diucapkan oleh Bapak Gubernur Sumut. Pendidikan yang bisa menciptakan generasi penerus yang berkarakter sekaligus juga pintar.

Ternyata praktek tindakan curang bukan hanya dilakukan oleh masyarakat saja. Yang rela melakukan apa saja seperti dengan memalsukan surat keterangan miskin padahal dia kaya. Ataupun dengan membayarkan sejumlah uang berapun asal anaknya bisa masuk di sekolah yang katanya sekolah unggulan. Para penyelenggara pendidikan juga tak henti-hentinya selalu berusaha melihat ada peluang yang baik dalam menambah pundi-pundi uangnya dengan melakukan beberapa kebijakan yang berbeda sekaligus bertentangan.

Bukan juga hanya pada pendidikan dasar, dalam pendidikan tinggi kita pun, mengalami banyak praktek-praktek kecurangan. Seharusnya para doktor-doktor yang ada di Indonesia ini, bisa menghasilkan karya ilmiah atau hasil penelitian yang betul-betul bisa membawa perubahan dalam dunia pendidikan kita. Sebaliknya bukan dengan memanfaakan jabatannya untuk bisa mempengaruhi oknum pelaksana pendidikan, supaya digolkan niatnya untuk mendapatkan gelar tertinggi dalam dunia pendidikan ini.

Berharap ditahun-tahun berikutnya hal-hal seperti ini, tidak patut untuk terulang kembali. Sebab kalau masih terulang, dipastikan kita akan semakin tertinggal dari Negara-negara lain yang ada di dunia. Terkhusus di tingkat regional kita sajapun, kita bisa akan jauh tertinggal.

Berharap uang atau jabatan apapun juga tidak diperbolehkan merusak sistem tatanan pendidikan yang sudah kita susun sedemikian baik.

Salam pembaharuan.

Penulis adalah anggota komunitas PESAT, pengajar di STT Terpadu PESAT Sibolangit, sekaligus pemerhati sosial.

Sumber :






1 komentar:

  1. MENCARI SITUS PERMAINAN ONLINE TERBAIK DAN TERLENGKAP DENGAN 1 USERID SAJA ?

    YOK GABUNG BERSAMA BOLAVITA YANG MEMBERIKAN BONUS MENARIK DAN PERMAINAN YANG CUKUP LENGKAP !!

    BONUS UTAMA :
    BONUS NEW MEMBER
    BONUS EVERYDAY
    BONUS REFERRAL
    BONUS ROLLINGAN
    BONUS CASHBACK
    BONUS SLOT
    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623

    KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR BOLAVITA

    BalasHapus

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...