Rabu, 23 Agustus 2017

Sekolah Berasrama-Solusi Pendidikan di Tanah Papua

Pembukaan SMA Gloria Terpadu Mawena oleh Hans Geni Arthanto

Tadi pagi, 23 Agustus mendengarkan Jurnal 9  dari Smart FM. Diberitakan bahwa Kepala Bappenas, Bapak Bambang Brojdonegoro mendorong warga Indonesia yang berada di luar negeri untuk terlibat memajukan pedidikan di provinsi Papua dengan membangun sekolah berpola asrama. Pemaparan ini disampaikan dalam acara Global Summit Indonesia Diaspora di Hotel J.S. Luwansa, pada Senin (21/8).

Menurut data BPS di tahun 2017, bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua dan Papua Barat, berturut-turut adalah 62,21 dan 58.05. Dan angka ini jauh dibawah rata-rata nasional yang mencapai 70.18. Oleh karena itu Papua membutuhkan inovasi dan terobosan baru dalam dunia pendidikan maupun kesehatannya.

Bappenas meyakini bahwa membangun sekolah berasrama adalah sebuah terobosan baru untuk bisa meningkatkan angka partisipasi sekolah. Mengingat karena letak geografis yang sulit dan kampung-kampung yang tersebar diberbagai wilayah, mengakibatkan pembangunan pendidikan yang baik semakin sulit dikerjakan.

Hal itu juga senada disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan kita, tahun lalu, 6 Oktober 2016, sewaktu berkunjung ke Merauke.  

“Mudah-mudahan menjadi prioritas tahun 2017 untuk kita akan bangun. Jadi SD, SMP kemudian ada asramanya, termasuk perumahan guru-guru, kalau guru masih bujang kita akan bangun flat untuk bisa tinggal sama-sama dengan masyarakat. Dengan sekolah berasrama, siswa tidak perlu lagi menghabiskan waktu perjalanan lama ke sekolah mereka seperti yang terjadi sekarang. Dengan begitu biar orang tuanya saja yang datang berkunjung ke asrama.” Kata Bapak Muhajir dihadapan Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan Merauke.

Bapak Menteri meminta agar Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan segera menemukan konsep yang tepat dalam membangun pendidikan pola berasrama dan disegerahkan kepada Kemendikbud.
Beliau juga menjelaskan bahwa tidak ada gunanya membangun sekolah banyak-banyak tapi siswanya hanya sedikit. Mendingan dijadikan satu dengan kapasitas yang besar sehingga lebih efesien dan lebih mudah untuk dikoordinasikan.

Tapi sekarang sudah di tahun 2017, dan sudah memasuki bulan kedua efektif pembelajaran T.A. 2017/2018. Apakah implementasi dari rencana Bapak Mendikbud sudah terealisasi, sepertinya belum terealisasi. Sebab pemerintah masih mengkaji-mengkaji terus permasalahan apa yang utama dari pendidikan yang ada di Papua sekarang. Juga karena kesibukan Kemendikbud dalam mengaktualisasi Program Rencana Full Day School, yang sudah keluar Permen-nya. Mengakibatkan banyak yang pro dan kontra atas kebijakan tersebut.

Juga seperti yang dilakukan oleh Komisi X,anggota DPR-RI sewaktu berkunjung ke Provinsi Papua, mulai dari 29 Juli hingga 2 Agustus 2017 lalu. Mereka menemukan ada enam substansi masalah sektor pendidikan dasar menengah yang harus didalami.

Pertama, terkait pendidikan anak usia dini (PAUD); kedua, berbagai permasalahan teknis yang dihadapi dalam dunia pendidikan dasar dan menengah; ketiga, permasalahan guru dan tenaga kependidikan, termasuk banyaknya kekurangan guru yang terjadi; keempat, Permasalahan pemakaian kurikulum (KTSP atau Kurikulum 2013); Kelima, permasalahan UN (ujian nasional) dengan sistem Berbasis Komputer (UNBK);  keenam, terkait masalah Kartu Indonesia Pintar (KIP), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), maupun DAK (Dana Alokasi Khusus) Pendidikan di Papua.

Tapi sepertinya semua kendala permasalahan tersebut sudah terbukti bisa diatasi dengan sekolah berasrama. Dan berdasarkan informasi yang sudah saya dapatkan, sudah ada yayasan yang terbukti bisa menyelesaikan masalah pendidikan tersebut dengan sekolah berbasis asrama. Yakni Yayasan PESAT. Membangun pola pendidikan sekolahnya dengan pola berasrama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Mari pemerintah bisa melihat apa yang sudah dilakukan oleh Yayasan ini dalam membangun pendidikan di Papua.

Sekilas informasi Yayasan PESAT

PESAT merupakan singkatan dari Pelayanan Desa Terpadu. Berdiri tepatnya 30 tahun yang lalu, yakni tahun 1987. Didirikan oleh seorang Hamba Tuhan yang visioner, Bapak Bambang Budijanto bersama dengan rekan-rekan yang lain yang punya mimpi untuk membangun bangsa lewat desa. Dan di 30 tahun mendatang, Yayasan PESAT akan ekspan program pelayanan desa-nya ke 10 negara-negara Asia lainnya yang siap untuk bekerjasama.

Pelayanan Pendidikan PESAT hadir di Papua sejak awal tahun 1990-an, hanya dimulai dari pelayanan anak di lorong, lapangan, pasar, jalan dan lingkungan masyarakat. Dan akhirnya dibentuklah pelayanan pendidikan formal sejak usia dini diawal tahun 2000-an yang bernama TK/Playgrup  Ceria Terpadu. Kemudian, tepat  pada tanggal 13 Juni 2016, oleh Bapak Hans Geni Arthanto (CEO PESAT), meresmikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Anugerah Gloria Terpadu Wamena di lembah Baliem, Kabupaten Jaya Wijaya, Papua.

SD Tri Esa Terpadu

Tingkat pendidikan dasar yang bernama SD Tri Esa Terpadu yang dirintis 2 tahun setelah playgrup berjalan. Dimana jumlah muridnya di tahun ajaran sekarang, 2017/2018, mencapai 255 orang.  Untuk tingkat  SMP yang bernama SMP Anugerah Gloria Terpadu didirikan sejak tahun 2012 yang lalu.
Ada kesinambungan pendidikan yang diselenggarakan oleh PESAT di Wamena, yakni dimulai dari PAUD hingga ke jenjang SMA. Dan semuanya dilakukan dengan Pendidikan Pola Berasrama. Dimana para guru bisa mengecek secara langsung kondisi dan perkembangan anak sehari-hari. Menolong bukan hanya sisi akademik para murid, juga mengembangkan dan menolong perkembangan karakter maupun kerohanian mereka.

Oleh karena itu, mendukung segala upaya Bapak Menteri Brojonegoro, kepala Bappenas yang mencoba, mencari dukungan atau support dari orang Indonesia yang ada diluar negeri untuk membangun pendidikan yang ada di Papua, dengan pendidikan sekolah berasrama.

Butuh tindakan langsung dan nyata, bukan hanya sekedar wacana-wacana maupun kunjungan-kunjungan kerja yang hanya sekedar jalan-jalan dan menghabiskan anggaran yang ada. Jika tidak bisa langsung massif diterapkan ke seluruh wilayah Papua, mari dimulai dari satu kota saja yang mungkin bisa terjangkau. Dari satu baru ke-dua wilayah, dan akhirnya seluruh anak-anak di Papua bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik.

Mari Bapak Menteri, dan seluruh pemerintah yang terkait, melihat orang, atau yayasan yang sudah berhasil menerapkan sistem seperti itu. Jadi tidak perlu lagi ada banyak kajian-kajian yang dalam dan lambat, hanya untuk bisa merealisasikan pendidikan sekolah berasrama. Mari melihat PESAT dan kalau mau bisa datang langsung terjun ke sana untuk bisa mengkroscek. PESAT sudah hampir kurang lebih 16 tahun memulai pendidikan dengan pola berasrama tersebut.

Dan hasilnya, sekarang anak-anak yang mereka didik, rata-rata menjadi anak yang berprestasi dan mampu bersaing dengan pendidikan dari daerah lain yang ada di Indonesia. Masalah UN juga bukan lagi menjadi kendala, sebab seratus persen anaknya bisa lulus tanpa adanya manipulasi-manipulasi yang dilakukan oleh pihak sekolah. Berani tampil dibeberapa event-event lomba dan bahkan bisa menjuarainya.

Menjadi Juarawan pada Lomba tingkat Kabupaten

 Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...