![]() |
Pembukaan SMA Gloria Terpadu Mawena oleh Hans Geni Arthanto |
Tadi pagi, 23 Agustus
mendengarkan Jurnal 9 dari Smart FM.
Diberitakan bahwa Kepala Bappenas, Bapak Bambang Brojdonegoro mendorong warga
Indonesia yang berada di luar negeri untuk terlibat memajukan pedidikan di
provinsi Papua dengan membangun sekolah berpola asrama. Pemaparan ini
disampaikan dalam acara Global Summit Indonesia Diaspora di Hotel J.S. Luwansa,
pada Senin (21/8).
Menurut data BPS di tahun 2017,
bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua dan Papua Barat,
berturut-turut adalah 62,21 dan 58.05. Dan angka ini jauh dibawah rata-rata
nasional yang mencapai 70.18. Oleh karena itu Papua membutuhkan inovasi dan
terobosan baru dalam dunia pendidikan maupun kesehatannya.
Bappenas meyakini bahwa membangun
sekolah berasrama adalah sebuah terobosan baru untuk bisa meningkatkan angka
partisipasi sekolah. Mengingat karena letak geografis yang sulit dan kampung-kampung
yang tersebar diberbagai wilayah, mengakibatkan pembangunan pendidikan yang
baik semakin sulit dikerjakan.
Hal itu juga senada disampaikan
oleh Bapak Menteri Pendidikan kita, tahun lalu, 6 Oktober 2016, sewaktu
berkunjung ke Merauke.
“Mudah-mudahan menjadi prioritas
tahun 2017 untuk kita akan bangun. Jadi SD, SMP kemudian ada asramanya,
termasuk perumahan guru-guru, kalau guru masih bujang kita akan bangun flat untuk bisa tinggal sama-sama dengan
masyarakat. Dengan sekolah berasrama, siswa tidak perlu lagi menghabiskan waktu
perjalanan lama ke sekolah mereka seperti yang terjadi sekarang. Dengan begitu
biar orang tuanya saja yang datang berkunjung ke asrama.” Kata Bapak Muhajir dihadapan
Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan Merauke.
Bapak Menteri meminta agar Bupati
dan Kepala Dinas Pendidikan segera menemukan konsep yang tepat dalam membangun
pendidikan pola berasrama dan disegerahkan kepada Kemendikbud.
Beliau juga menjelaskan bahwa
tidak ada gunanya membangun sekolah banyak-banyak tapi siswanya hanya sedikit.
Mendingan dijadikan satu dengan kapasitas yang besar sehingga lebih efesien dan
lebih mudah untuk dikoordinasikan.
Tapi sekarang sudah di tahun
2017, dan sudah memasuki bulan kedua efektif pembelajaran T.A. 2017/2018. Apakah
implementasi dari rencana Bapak Mendikbud sudah terealisasi, sepertinya belum
terealisasi. Sebab pemerintah masih mengkaji-mengkaji terus permasalahan apa
yang utama dari pendidikan yang ada di Papua sekarang. Juga karena kesibukan Kemendikbud dalam mengaktualisasi Program Rencana Full Day School, yang sudah keluar Permen-nya. Mengakibatkan banyak yang pro dan kontra atas kebijakan tersebut.
Juga seperti yang dilakukan oleh
Komisi X,anggota DPR-RI sewaktu berkunjung ke Provinsi Papua, mulai dari 29 Juli hingga 2
Agustus 2017 lalu. Mereka menemukan ada enam substansi masalah sektor pendidikan
dasar menengah yang harus didalami.
Pertama, terkait pendidikan anak
usia dini (PAUD); kedua, berbagai permasalahan teknis yang dihadapi dalam dunia
pendidikan dasar dan menengah; ketiga, permasalahan guru dan tenaga
kependidikan, termasuk banyaknya kekurangan guru yang terjadi; keempat,
Permasalahan pemakaian kurikulum (KTSP atau Kurikulum 2013); Kelima, permasalahan
UN (ujian nasional) dengan sistem Berbasis Komputer (UNBK); keenam, terkait masalah Kartu Indonesia Pintar
(KIP), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), maupun DAK (Dana Alokasi Khusus)
Pendidikan di Papua.
Tapi sepertinya semua kendala
permasalahan tersebut sudah terbukti bisa diatasi dengan sekolah berasrama. Dan
berdasarkan informasi yang sudah saya dapatkan, sudah ada yayasan yang terbukti
bisa menyelesaikan masalah pendidikan tersebut dengan sekolah berbasis asrama.
Yakni Yayasan PESAT. Membangun pola pendidikan sekolahnya dengan pola berasrama
di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Mari pemerintah bisa melihat apa yang sudah
dilakukan oleh Yayasan ini dalam membangun pendidikan di Papua.
Sekilas informasi Yayasan PESAT
PESAT merupakan singkatan dari
Pelayanan Desa Terpadu. Berdiri tepatnya 30 tahun yang lalu, yakni tahun 1987. Didirikan
oleh seorang Hamba Tuhan yang visioner, Bapak Bambang Budijanto bersama dengan
rekan-rekan yang lain yang punya mimpi untuk membangun bangsa lewat desa. Dan di
30 tahun mendatang, Yayasan PESAT akan ekspan program pelayanan desa-nya ke 10
negara-negara Asia lainnya yang siap untuk bekerjasama.
Pelayanan Pendidikan PESAT hadir
di Papua sejak awal tahun 1990-an, hanya dimulai dari pelayanan anak di lorong,
lapangan, pasar, jalan dan lingkungan masyarakat. Dan akhirnya dibentuklah
pelayanan pendidikan formal sejak usia dini diawal tahun 2000-an yang bernama TK/Playgrup
Ceria Terpadu. Kemudian, tepat pada tanggal 13 Juni 2016, oleh Bapak Hans
Geni Arthanto (CEO PESAT), meresmikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Anugerah Gloria
Terpadu Wamena di lembah Baliem, Kabupaten Jaya Wijaya, Papua.
![]() |
SD Tri Esa Terpadu |
Tingkat pendidikan dasar yang bernama SD Tri Esa Terpadu yang dirintis 2 tahun setelah playgrup berjalan. Dimana jumlah muridnya di tahun ajaran sekarang, 2017/2018, mencapai 255 orang. Untuk tingkat SMP yang bernama SMP Anugerah Gloria Terpadu didirikan sejak tahun 2012 yang lalu.
Ada kesinambungan pendidikan yang
diselenggarakan oleh PESAT di Wamena, yakni dimulai dari PAUD hingga ke jenjang
SMA. Dan semuanya dilakukan dengan Pendidikan Pola Berasrama. Dimana para guru
bisa mengecek secara langsung kondisi dan perkembangan anak sehari-hari.
Menolong bukan hanya sisi akademik para murid, juga mengembangkan dan menolong
perkembangan karakter maupun kerohanian mereka.
Oleh karena itu, mendukung segala
upaya Bapak Menteri Brojonegoro, kepala Bappenas yang mencoba, mencari dukungan
atau support dari orang Indonesia yang ada diluar negeri untuk membangun pendidikan
yang ada di Papua, dengan pendidikan sekolah berasrama.
Butuh tindakan langsung dan
nyata, bukan hanya sekedar wacana-wacana maupun kunjungan-kunjungan kerja yang
hanya sekedar jalan-jalan dan menghabiskan anggaran yang ada. Jika tidak bisa
langsung massif diterapkan ke seluruh wilayah Papua, mari dimulai dari satu
kota saja yang mungkin bisa terjangkau. Dari satu baru ke-dua wilayah, dan
akhirnya seluruh anak-anak di Papua bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik.
Mari Bapak Menteri, dan seluruh
pemerintah yang terkait, melihat orang, atau yayasan yang sudah berhasil
menerapkan sistem seperti itu. Jadi tidak perlu lagi ada banyak kajian-kajian
yang dalam dan lambat, hanya untuk bisa merealisasikan pendidikan sekolah
berasrama. Mari melihat PESAT dan kalau mau bisa datang langsung terjun ke sana untuk
bisa mengkroscek. PESAT sudah hampir kurang lebih 16 tahun memulai pendidikan
dengan pola berasrama tersebut.
Dan hasilnya, sekarang anak-anak
yang mereka didik, rata-rata menjadi anak yang berprestasi dan mampu bersaing
dengan pendidikan dari daerah lain yang ada di Indonesia. Masalah UN juga bukan
lagi menjadi kendala, sebab seratus persen anaknya bisa lulus tanpa adanya
manipulasi-manipulasi yang dilakukan oleh pihak sekolah. Berani tampil
dibeberapa event-event lomba dan bahkan bisa menjuarainya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar