Derek Redmond pada Ajang Olimpiade 1992 |
Memang nyesek sekali didada jikalau kita dipermainkan oleh orang lain.
Apalagi jika itu suatu bangsa dan Negara, tetanggaan lagi. Meskipun dalam
pengakuan mereka, bahwa itu adalah sebuah kesilapan panitia, yang sama sekali
tidak crosscheck data dan
kebenarannya. Padahal zaman sekarang sudahlah amat canggih, jikalau tidak tahu
bendera suatu Negara sebenarnya-kan tinggal buka internet cari di google. Gampang dan mudah untuk mencari
info, tapi seakan-akan dibuat dulu sensasi. Jika diam dan tidak bereaksi
berarti sah-sah saja.
Negara tetangga kita yang satu
ini memang agak lain dari negara-negara tetangga yang lain. Unik dan menarik
jika kita melihat sejarah atau informasi-informasi yang dulu. Semuanya terekam
jelas di berbagai laman-laman berita atau opini yang keberadaannya bisa kita
akses semuanya.
Apalagi ketika berbicara tentang event
olahraga, seperti Sea Games yang penyelenggaraannya masih berlangsung sampai
saat ini. Negara Malaysia kok tega-teganya berbuat kesalahan fatal. Membalikkan
simbol bendera kenegaraan kita di buku panduan acara perhelatan tersebut.
Bersyukur kementerian olahraganya
sudah meminta maaf akan situasi dan kesalahan yang telah mereka lakukan. Dan
proses permintaan maafnya sudah disampaikan secara resmi kepada Menpora kita,
Bapak Nahrawi. Menyampaikan rasa penyesalan mereka secara mendalam dan akan
menarik semua buku panduan yang sudah dicetak tersebut dengan buku panduan baru
yang benar.
Tak cukup memang sampai disitu,
ternyata hari ini juga, Senin, 21 Agustus, para atlet takraw kita juga merasa
dicurangi oleh penyelenggara. Dalam hal ini, wasit yang berasal dari Singapura,
Muhammad Radi, yang dinilai banyak merugikan atlet takraw kita. Cenderung wasit
ini memihak kepada Malaysia. Dan akhirnya tim takraw kita sepakat untuk walk out, meninggalkan pertandingan dan
mendapatkan perunggu pada nomor pertandingan ini.
Tim sepak bola kita juga, Evan
Dimas dan kawan-kawan dalam perjuangannya melawan Timor Leste. Sarat dengan
banyak pelanggaran dan permainan keras yang ditampilkan oleh para pemain Timor
Leste. Dan akhirnya timnas akan bertanding melawan Vietnam dengan skuad minus
Evan. Diakibatkan akumulasi kartu kuning yang diberikan oleh wasit kepada Evan
Dimas.
Melihat pertandingan lalu, Pelatih
Luis Milla sudah pernah mencoba timnas kita ketika melawan Malaysia di ajang
Piala AFF U-22, 19 Juli lalu, membuat formasi timnas kita tanpa Evan Dimas,
ternyata hasilnya sangat mengecewakan. Dikalahkan dengan skor telak 3-0 tanpa
ada perlawanan yang berarti.
Komposisi timnas kita, memang
perlu seorang playmaker atau seorang
yang mampu menginisiator sekaligus creator
permainan dalam laga-laga yang akan dihadapi. Dan tugas pelatih adalah
mencoba menemukan dan melatih para pemain yang punya kapasitas seperti itu.
Butuh banyak Evan Dimas-Evan Dimas yang harus diciptakan, sehingga ketika sudah
mengalami kondisi seperti ini, diharapkan permainan timnas kita tidak anjlok
dan akhirnya menyerah.
Perlu mental baja dan tidak
mengenal kata menyerah sampai pluit tanda penghabisan permainan dinyalakan oleh
wasit. Berharap tim kita bisa berjuang terus dan maju menampilkan permainan
terbaiknya. Menampilkan hasil latihan yang sudah terus dilatih dimasa lalu.
Apa pembelajaran yang boleh kita
ambil dalam event Sea Games ini. Yang kebetulan Malaysia sebagai penyelenggara
dari event ini.
Menyikapi masalah bendera
terbalik. Memang diperlukan kritik dan kecaman untuk bisa menekan
perbuatan-perbuatan abai yang sudah dilakukan oleh Malaysia. Tapi sebaiknya
kita tidak perlu terlalu over dalam menghadapi dan menyikapi kasus-kasus ini.
Malahan kalau bisa, kita tunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang
beradab, bangsa yang menjungjung kehormatan dan sportivitas dalam ajang-ajang
tersebut. Ketika Negara Malaysia sudah meminta maaf, marilah kita memaafkan.
Jangan mau kita terperdaya oleh
perbuatan intrik atau curang yang mereka lakukan. Sehingga kita terus terfokus
hanya kepada masalah bendera, dan mengabaikan support yang seharusnya kita
berikan kepada para atlet yang terus berjuang disana. Seperti yang juga sudah
disampaikan oleh Bapak Presiden kita, Bapak Jokowi, untuk tidak terlalu
membesar-besarkan masalah bendera terbalik. Mari kita menunggu ucapan maaf
mereka secara resmi ke Negara kita.
Hal ini sebenarnya juga menjadi
sebuah pembelajaran bagi kita, untuk bisa detail terhadap event-event apapun
yang akan kita selenggarakan. Jangan pernah merasa abai akan suatu hal meskipun
itu kelihatannya kecil. Ketika dipercaya sebagai tuan rumah, marilah kita
menjadi tuan rumah yang baik bagi teman-teman Negara-negara yang lain.
Meskipun para atlet kita
sepertinya dilakukan secara tidak adil selama mereka berada disana, bahkan
diberitakan bahwa mereka kehabisan stok makan malam, bukan berarti kita lantas
membalaskan perbuatan mereka di ajang Asian Games yang tahun depan, kita akan
menjadi tuan rumahnya. Sekali lagi, pesannya mari kita memiliki jiwa besar. Sebab
bangsa kita ini, terlalu kecil jika hanya memikirkan upaya balas dendam. Kultur balas dendam bukanlah
kultur kebudayaan kita.
Juga memang sangat disayangkan
kepada para atlet takraw kita. Memilih untuk tidak menyelesaikan pertandingan.
Meskipun merasa dicurangi, bukan berarti, kita langsung merasa down dan seakan-akan tidak dihargai.
Tetapi, ketika kita sudah memberikan permainan terbaik, securang apapun wasit
dalam membela permainan lawan, mari kita menunjukkan bahwa kita bukan bangsa
tipikal yang lemah.
Seperti yang pernah dilakukan
oleh Derek Anthony Redmond, pada ajang Olimpiade tahun 1992. Pada waktu itu,
dia harus mengalami cedera Hamstring
(cedera yang menimpa tiga kelompok otot yang ada di paha belakang). Dia tidak
menghentikan laju larinya ditengah lintasan, melainkan terus maju hingga
mencapai Garis Finish dan berada di
urutan terakhir. Meskipun tidak mendapatkan juara, sekalipun dia sering
mendapatkan emas dari lomba lari tersebut pada masa-masa lalu, pada akhirnya dia
mendapatkan Standing Ovation dari seluruh penonton yang menyaksikan
perjuangannya.
Sekali lagi pesannya kepada para
atlet yang sedang berjuang di negeri orang, mari tunjukkan bahwa kita bisa, bahwa
kita adalah bangsa yang bermental juara, yang pantang menyerah. Meskipun kalah,
ketika sudah memberikan perjuangan yang terbaik, kami, segenap rakyat Indonesia
tetap dan akan terus mendukungmu.
Juga kepada seluruh elemen-elemen bangsa, untuk tidak terlalu mudah terpancing akan isu-isu yang bisa memecahbelah bangsa kita dengan bangsa lain. Mari kita menunjukkan kebesaran jiwa bangsa kita dihadapan bangsa-bangsa lain. Sebab bangsa kita ini bukanlah bangsa yang berjiwa kerdil, melainkan bangsa yang berjiwa besar. Mampu memaafkan kesalahan orang lain dan tidak terus tergerus untuk membalas kesalahan yang mungkin sudah mereka lakukan kepada bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar