Barusan saya dimalam ini, Selasa,
1 Agustus 2017, menyampaikan hal ini kepada mahasiswa/i dan seluruh rekan-rekan
sejawat. Dalam acara doa puasa selama tiga hari. Bahwa pentingnya untuk
mendoakan kebangsaan kita. Kita perlu Tuhan menjaga dan merawat bangsa kita.
Sebab kita tidak bisa sendiri dalam menjaga NKRI ini bersatu dan berjalan
sesuai dengan track kebenaran bangsa
kita.
Ini mungkin salah satu bagian
kami dalam merawat kebhinnekaan kita. Meskipun kita berbeda-beda tapi kita
tetap satu di dalam kebangsaan kita.
Mengapa kita penting berdoa bagi
bangsa kita. Pertama, melihat bahwa
bangsa kita sedang didera oleh banyaknya paham-paham radikal dan sikap-sikap
yang intoleran yang semakin massif didoktrinasikan kepada kita. Mereka kaum
radikal sudah curi start awal kepada anak-anak. Membuat buku-buku paham ISIS
dan mengajarkannya kepada anak-anak. Bersyukur, pemerintah kita bersama dengan
aparat kepolisian bisa menangkap pelakunya di Medan baru-baru ini.
Itu masih yang tampak, bagaimana
jika yang tidak tampak oleh media. Tapi kita berharap agar hal ini bisa semakin
diminimalisir dengan keterlibatan langsung oleh masyarakat. Masyarakat kita
peduli akan bahaya ini dan bisa segera untuk melaporkannya. Jika menemukan
kegiatan atau cara-cara penyemaian bibit radikal kepada anak-anak ataupun
sejumlah masyarakat tertentu oleh oknum-oknum tertentu maka mari segera untuk
melaporkannya. Perlunya masyarakat berperan aktif dalam memerangi bibit-bibit
intoleransi dan paham-paham radikalisme.
Bersyukur juga bahwa pemerintah
kita juga sudah berani mengeluarkan Perppu no 2 Tahun 2017, tentang pembubaran
ormas- yang anti Pancasila. Dengan
menggunakan strategi-strategi yang matang dalam pengeluaran Perppu tersebut,
yang akhirnya sekarang bisa sukses diterapkan. Meskipun pihak-pihak tertentu
yang terancam dibubarkan, seperti HTI, yang awalnya dengan getol untuk menolak,
sekarang tidak berdaya dalam menghadapi Palu Godam Pemerintah, yakni perppu
tersebut.
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)
meskipun secara organisasi telah dibubarkan, tapi saya masih meragukan apakah
paham atau doktrin Kafillah-nya akan terus juga berekspansi dari satu pihak ke
pihak yang lain. Meskipun proses ekspansi paham tersebut dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, justru hal inilah yang akan semakin merisaukan kita. Semakin
ditekan semakin merambat. Ini bahaya. Mari kita waspada.
Juga mengapresiasi Kemenristek Dikti,
serta beberapa kepala daerah seperti Gubernur Jakarta, dengan tegas menyatakan
kepada para dosen-dosen pengajar di Perguruan Tinggi maupun para guru-guru dan
ASN yang terlibat HTI, akan dikeluarkan.
Mereka diberi pilihan, tetap menjadi Aparat Sipil Negara, atau lebih memilih
untuk tetap bertahan dalam pemahaman organisasi HTI-nya.
Kedua, mengapa perlunya
berdoa bagi bangsa kita? Melihat ternyata Narkoba masih terus-menerus
menghampiri hampir seluruh elemen masyarakat. Pemakai ataupun pengguna narkoba,
sekarang bukan hanya orang dewasa, tapi ternyata sudah sampai ke anak-anak.
Hampir seluruh profesi yang ada di bangsa kita juga sudah kena. Mulai dari pejabat,
artis, hingga ibu-ibu rumah tangga dan para buruh. Pendidik maupun anak didik,
para aparat keamanan maupun para tahanan ternyata masih bebas mengedarkan
barang-barang haram tersebut sekaligus mengkonsumsinya juga.
Sehingga Pak Jokowi menyatakan bahwa
kita sedang darurat narkoba. Sebab memang pada kenyataannya dan juga menurut
riset BNN, bahwa sekarang pengguna aktif
narkoba sudah mencapai angka 6 juta orang pengguna aktif. Sungguh angka yang sangat fantastis. Dan hampir
ribuan orang mati sia-sia hanya karena kasus narkoba ini.
Ketiga, kasus-kasus perundungan ataupun bully serta kasus persekusi maupun begal, juga terus-menerus
merusak kedamaian dan kenyamanan masyarakat kita. Seperti kasus Perguruan
Tinggi yang ada di Jakarta baru-baru ini, kedapatan para mahasiswa senior
merundung mahasiswa yang autis dan tidak berdaya. Dan juga beberapa kasus
perundungan lainnya yang masih belum terekspos dengan baik oleh media.
Keempat, kasus korupsi yang
semakin meraja rela. Menimpa bukan hanya para pejabat juga kepada masyarakat
biasa. Mulai dari pusat hingga ke daerah. Beruntung KPK bisa dengan cekatan
menangani kasus ini. Dengan diberikannya akses untuk menyadap sejumlah
oknum-oknum tertentu yang mulai bermain-main dengan uang masyarakat.
Juga semakin berkembangnya budaya
tidak tahu malu, seperti yang dicontohkan oleh Bapak Ketua DPR sekarang ini.
Sudah jelas-jelas menjadi tersangka atas proyek e-ktp, tapi sampai sekarang
beliau belum mau untuk mengundurkan dirinya secara baik-baik. Dengan alasan
menunggu status hukum-nya berkekuatan hukum tetap, barulah mau mengalah untuk
mundur.
Serta banyak contoh-contoh
lainnya ataupun fenomena-fenomena yang terjadi dibangsa kita ini. Seperti
kemarin, telah terjadi pembakaran sekolah-sekolah di Palangkaraya. Ternyata
setelah diselidiki, para pelaku mengaku dibayar untuk melakukan hal tersebut.
Telah terjadi banyaknya penyimpangan di bangsa kita.
Juga banyaknya upaya-upaya oleh
oknum-oknum tertentu,berupaya untuk menjatuhkan pemerintah kita yang sah saat
ini, yakni Bapak Jokowi. Tapi bersyukur bapak kita yang satu ini, punya hikmat
khusus, sehingga tidak terbawa arus pernyataan yang menyesatkan. Seperti PKI-lah,
antek Cina-lah, dll. Bapak Presien kita mengelola dan menjawab isu-isu miring
tersebut dengan kinerja nyata. Apakah pas seperti yang mereka kira dan
sangkakan.
Berdoa bagi bangsa Indonesia ini
adalah suatu keharusan bagi kita. Sebagai masyarakat yang taat dan cinta damai
serta rasa kesatuan dan persatuan bangsa kita, marilah kita merawat kebangsaan
kita dengan mengelola setiap perbedaan-perbedaan yang ada. Perbedaan bukan
menjadi musuh, melainkan menjadi perekat keberagaman kita, sehingga ini menjadi
kekayaan tersendiri bagi bangsa kita.
Berdoa dan merawat dengan
melakukan kerja nyata dan positif. Bukan hanya sekedar kata-kata dan impian
doang. Melainkan mulai membangun dirinya, lingkungan, masyarakatnya dan
akhirnya bangsanya.
Juga tak lupa mendoakan visi yang
telah dinyatakan Bapak Jokowi dalam Kapsul Impian yang sudah ditanamkan di
Merauke pada tanggal 30 Desember 2015, dua tahun yang lalu. Kapsul impiannya
berupa harapan-harapan besar yang akan dicapai Indonesia di tahun 2085 nanti.
Seperti, Kecerdasan SDM-nya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia,
masyarakatnya menjunjung tinggi pluralisme, budaya, religius sekaligus beretika
tinggi, Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia,
bebas dari perilaku korupsi, infrastruktur yang merata di seluruh wilayah
Indonesia, menjadi negara mandiri dan berpengaruh di Asia Pasifik, serta
menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia.
Semuanya itu menjadi
harapan-harapan besar kita bersama, dan bukan hanya harapan atau mimpi Bapak
Jokowi semata.
Sekali lagi mari kita berdoa bagi
bangsa kita dan sekaligus merawat kebangsaan kita.
Penulis adalah pengajar di STT Terpadu
Sibolangit dan alumni dari UNIMED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar