Minggu, 04 Maret 2018

Buah Pertama Keberhasilan Muslim Cyber Army Ternyata Kekalahan Telak Ahok



 
Viralnya pemberitaan masalah kasus Pak Ahok kemarin, ternyata tidak terlepas dari perannya Muslim Cyber Army kala itu. Disamping itu hampir bisa dipastikan bahwa tim dari Seracen juga punya andil yang besar di dalam mempengaruhi opini publik Jakarta.  Kok bisa tingkat kepuasan masyarakat DKI yang hampir diatas 70 persen bisa keok di tangan seorang penantang baru kala itu. 

Bahkan sebelum gelaran Pilkada DKIpun dimulai pada waktu itupun, tiada satu orang penantang petahana  yang akan bisa mengalahkannya. Seperti dilansir tirto.id (30/3/2016) dalam hasil survey Charta  Politika Indonesia pada saat itu juga, bahwa elektabilitas Ahok jauh diatas angin. Dimana nama Aniespun belum masuk dalam peredaran survey-survey yang ada. Dan nomor kedua elektabilitas tertinggi setelah Pak Ahok adalah Bapak Yusril, Ketua Umum PBB.

Kekuatan Ahok yang tanpa menggunakan parpol pun beliau bisa. Dimana waktu itu berdiri komunitas teman Ahok yang sanggup mengumpulkan banyak sumbangan dan bahkan sampai sejuta KTP untuk bisa melangkah ketika seandainya parpol tidak memberikan dukungan kepadanya.  Bahkan sampai dua kali Teman Ahok harus mengumpulkan ktp dukungan. Sebab pengumpulan pertama tidak menyertakan wakil sedang pengumpulan kedua harus menyertakan wakil. 

Tapi akhirnya dukungan Parpol pun diberikan kepadanya, bahkan melebihi jumlah parpol pendukung pasangan lainnya. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (6/3/2017), yakni Nasdem, Golkar, Hanura, PDI P dan PPP versi Djan Farizd. 

Artinya dengan dukungan begitu banyaknya kepada Ahok, baik itu dukungan teman Ahok yang hampir satu jutaan yang dibuktikan melalui, maupun dukungan parpol, tapi akhirnya proses dan hasil pilkada bisa berkata lain bagi Ahok. Dengan dua putaran, dan diputaran kedua bisa kalah telak,dengan selisih suara hampir 16 persen suara. Sungguh kekalahan yang tidak logis.

Sekedar untuk klarifikasi, tulisan ini bukan bertujuan untuk mengingat-ingat masa lalu, tapi memang betul-betul suatu pembelajaran yang amat sangat mahal bagi Indonesia. Dan untuk tidak mengulang peristiwa yang sama terjadi di pilkada Jakarta, akhirnya pilkada di tahun 2018 ini menjadi ajang pembuktian bagi KPU maupun Bawaslu supaya memegang teguh segala aturan main di dalam proses berdemokrasi di tanah air kita.  

Masalah suku, agama, dan ras tidak boleh lagi dijadikan bahan serangan kepada pasangan-pasangan yang bertanding. Harus fair dan memang betul-betul terpilih karena visi  misi maupun program yang ditawarkan. Bukan karena ada unsur iming-iming, apalagi dengan serangan fajar melalui politik uang maupun sembako. 

Sehingga kita bisa membatalkan kata-kata bijak dari Magnis Suseno yang sempat viral di media sosial pada ajang pilpres tahun 2014 lalu, yang berbunyi,” Pemilu itu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk yang berkuasa.” 

Kita berharap pemilu di tahun 2018 ini, bahwa yang terpilih adalah orang-orang yang terbaik, dan bukan hanya sekedar mencegah orang yang terburuk berkuasa.

Kembali ke masalah Ahok dan peran Muslim Cyber Army. Memang kita tidak bisa menyangkali blunder  yang dilakukan Ahok kala itu di Kepulauan Seribu. Sehingga dengan hanya potongan video dan kata-kata yang dihilangkan oleh Buni Yani, video tersebut santer menjadi sangat viral sekali. Dan bukan tanpa sebab juga keviralannya. Ternyata ada tangan-tangan yang tersembunyi di belakangnya.

Dan kepolisian baru bisa mengungkap segala kejanggalan yang terjadi. Yakni  mengungkap peran Saracen dalam kasus ujaran kebencian. Dengan format situsnya memuat berita atau situs resmi sebagai alat penyebar konten tersebut. Kelompok ini akhirnya ditangkap tahun lalu seperti yang dilansir oleh tempo.co (23/8/2017).

Kemudian dalam kasus ujaran kebencian lain yang kemarin (28/2/2018) juga baru berhasil diungkap oleh kepolisian. Yakni Muslim Cyber Army.

Dengan kata lain, bahwa memang peran dari MCA ini sangatlah mujarab di dalam membalikkan opini rakyat. Yang semula begitu mendukung, tapi dengan berita-berita bohong dan fitnah yang terus-menerus diserangkan akhirnya segala yang baik itu tampak buruk seketika. 

Polisi sendiri meyakini bahwa aktivitas Muslim Cyber Army ini sangat berkaitan dengan proses pilkada. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (1/3/2018). Mereka bisa menyimpulkan hal tersebut tentunya setelah menginvestigasi seluruh tersangka yang sudah ditangkap kemarin. 

Dan tak terkecuali proses pilkada tahun lalu di DKI Jakarta. Jadi bisa kita simpulkan bahwa Ahok adalah buah pertama keberhasilan Aktivitis Muslim Cyber Army ini. 

Jadi akhirnya kami tidak gagal paham lagi kenapa dengan dukungan yang sebegitu besar dan sebegitu banyaknya bisa kalah dengan telak dengan isu-isu maupun ujaran kebencian yang terus dilakukan oleh pihak MCA dan menguntungkan salah satu paslon yang kebetulan sejalan dengan prinsip mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...