Selasa, 13 Maret 2018

Ketika Isu PKI Terus Dikoarkan Kivlan Zein, Masihkah Percaya?


Kivlan Zein



Akhirnya Bapak Jokowi bersuara mengenai kabar bohong atau Hoax pada akun media sosial yang ada di facebook offisial beliau. Dimana status tersebut dipostkan pada Rabu (7/3/2018). 

Ini masih tentang hoax. Terus terang, kadang-kadang saya pun merasa jengkel. Saya pernah dituduh sebagai seorang anggota Partai Komunis Indonesia. Padahal, PKI dibubarkan tahun 1965, sementara saya lahir 1961. Berarti saya baru berumur empat tahun.
Masak ada PKI balita? Itu yang memfitnah ngawur.
Kendati saya jengkel, atau marah, kemarahan saya itu tidak akan ada gunanya jika diluapkan. Namun, masyarakat tetap harus diingatkan soal kebohongan itu.
Sekarang saya juga blak-blakan. Kalau tidak diingatkan seperti itu masih ada yang percaya juga.
Saya titip pesan kepada Bapak/Ibu semua, jangan mudah dipengaruhi oleh fitnah-fitnah dan kabar bohong. Jangan sampai saling mencela dan menjelekkan karena kita semua adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Siapa sih tidak geram dengan kabar-kabar fitnah seperti ini. Apalagi mengenai masalah PKI yang nota bene kurang lebih 50 tahun lalu sudah dinyatakan terlarang dan ditiadakan di bangsa ini. Tapi masih terus diekspos, terus dikeluarkan pernyataan-pernyataan seperti itu.

Apalagi kiprah dan pernyataan seorang Kivlan Zein yang selalu nongol sejak tahun 2016 lalu hingga sekarang. Menyatakan bahwa keberadaan PKI dan sejumlah anggotanya dinyatakan masih ada dan bangkit kembali. Bahkan dengan keanggotaan hingga mencapai puluhan juta orang. Lengkap lagi dengan data kepengurusannya.

“Susunan partai sudah ada, pimpinan Wahyu Setiaji. Dari tingkat pusat sampai daerah. Ribka Tjiptaning terang-terangan mengakui dia bangga jadi anak PKI, masuk DPR. Dia sudah bilang itu tugu yang di lubang buaya mau dihancurkan, diomongkan kok, dendam sekali dia," ucap Kivlan pada saat mengisi simposium yang diadakan purnawirwan TNI (1/6/2016). (sumber : Kompas.com, 2/6/2016).

Dan hal itu terus berulang seperti yang disampaikannya baru-baru ini ketika berada di dalam diskusi publik yang menangkat tema, “Isu Kebangkitan PKI : Realita atau Propaganda”. Yang diadakan Selasa (7/3/2018) di Hotel Grand Sahid Jakarta. (Sumber : Rmol.co). Bahkan lebih dalam lagi dia menuding bahwa di kepolisianpun PKI sudah masuk dan merambah.

Dia mendasarkan semua itu berdasarkan dari pengakuan seorang politikus PDIP, Ribka Tpitaning, dalam sebuah video pengakuan maupun dalam buku yang ia tuliskan, yang berjudul :”Aku Bangga Menjadi Anak PKI”.

Dia menyimpulkan ketika polisi tidak memproses kasus pengibaran bendera PKI di beberapa daerah, dia mengindikasikan bahwa kepolisian tidak serius didalam menyelesaikan kasus ini. “Why kepolisian? Ada apa ini semua? Apakah benar pernyataan Ribka Tjiptaning itu," tudingnya.

Ketika kucoba mencari pemberitaan tentang pengibaran bendera di beberapa daerah, yang muncul adalah pemberitaan yang ada di Salatiga. Dan dinyatakan bahwa pengibaran bendera di Salatiga itu tidaklah benar. Seperti yang dilansir oleh jateng.antaranews.com (4/8/2015). Hal itu dikonfirmasi oleh Kapolda Jateng. Dan menyatakan bahwa ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab didalam mengunggah foto-foto tersebut ke media sosial. Hal itu bisa kita pastikan sekarang ini, bahwa kelompok itu adalah MCA yang sudah ditangkap sekarang ini.

Selanjutnya di dalam acara diskusi publik tersebut juga, beberapa peserta merasa tertipu dengan undangan awal yang diberikan oleh penyelenggara, yakni, Kaukus Muda Indonesia. Audiens yang terdiri dari kalangan buruh, mahasiswa dan ormas merasa tertipu oleh diskusi yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) tersebut. Pasalnya, para peserta dan hadirin diminta untuk ikut mendeklarasikan soal komitmen dalam menjaga keamanan dan anti hoaks terutama terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).   

Kemudian ketika video kesaksian Ribka tersebut dipakai lagi oleh tim kuasa hukum Alfian Tanjung yang digelar hari ini (7/3/2018) dalam kasus ujaran kebencian, seperti yang dilansir tirto.id (7/3/2018). Sekjen PDI P, Hasto Kristianto bersuara tentang hal itu dan menilai tudingan penasihat hukum Alfian Tanjung di luar konteks perkara. Ia menambahkan Ribka tidak lah menyebar paham komunisme atau menjadi anggota PKI meskipun mengakui dirinya sebagai anak anggota PKI lewat buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI”. 

Di dalam persidangan tersebut, Hasto membantah bahwa kader PDIP kebanyakan dari PKI. 
"Kami punya KTA semuanya, kami punya sistem informasi anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang di KPU juga ada. Itu bisa diteruskan apakah PKI atau bukan. Karena kami partai yang kokoh berdasarkan Pancasila," kata dia.

Dari beberapa hal diatas memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa kader PDI Perjuangan berasal dari eks yang orangtuanya adalah mantan PKI. Tapi apakah menutup kemungkinan bahwa hanya PDIP semata yang menjadi tempat mereka bernaung. Apakah tidak memungkinkan akan ada juga berada di partai Gerindra, PKS dan beberapa partai lainnya.

Dan lagi pula, mereka hanyalah seorang anak yang kebetulan Bapaknya baik secara terpaksa atau tidak masuk ke organisasi terlarang tersebut. Meskipun dia punya kebanggaan akan kematian Bapaknya yang disaksikannya secara langsung, bukan berarti beliau adalah penerus PKI. Perlu membedakan secara rinci dan jelas antara mendirikan PKI kembali dan segala idiologinya dengan hanya memiliki kebanggaan kepada seorang Bapak yang berani berbuat tapi berani bertanggung jawab.

Kemudian perlunya bagi kita mengapresiasi seorang Ribka yang berterus terang tentang hal itu. Dia mengaku akan terus terbuka soal jati dirinya sebagai anak PKI. Cemoohan bahkan tindakan diskriminatif sudah biasa ia rasakan sejak masa sekolah dulu. Ia bahkan cuma bisa tertawa saat disebut sebagai anggota PKI juga atau menyebarkan paham PKI.             

Kita tidak akan semakin heran lagi, bahwa di tahun politik ini, segala macam akan ditaruhkan. Ketika ada celah sedikitpun, dipastikan hal itu akan terus digembor-gemborkan. Seperti kasusnya Ahok. Sampai ia jatuh dan kalah barulah berhenti. Begitu juga dengan kondisi saat ini, sampai partai tersebut yang diserang kalah, barulah mereka akan berhenti. Tapi beda dengan kondisinya yang sekarang, dimana pada masa Ahok MCA sangatlah eksis, tapi kini, tim supporting mereka seperti MCA dan sejenisnya sudah pada diciduk sama kepolisian. Tentunya isu-isu tersebut akan semakin berkurang.

Berharap kepolisian semakin intens dengan hal-hal ini dan tidak merasa ragu ketika menemukan ada MCA yang baru muncul.  Dan tak heran juga bahwa tuduhan itu dialamatkan ke Bapak Jokowi sendiri. Sebab memang beliau sendiri akan maju pada Pilpres tahun depan. Mereka berharap dengan isu-isu tersebut elektabilitas beliau bisa hancur dengan sedemikian rupa.

Masih percaya kepada si Kivlan Zein, sang provokator sejati?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...