Selasa, 13 Maret 2018

Jico dan Joshua Penggugat Termuda UUMD3 di MA, Sosok Inspirasi Kekinian, Zaadit Kemana?



 
Pentingnya untuk memberikan kesempatan kepada yang muda-muda di dalam memegang suatu tugas maupun tanggung jawab yang diberikan.  Sebab dengan hal itu akan semakin mengasah kehebatan terpendam mereka. Kemampuan maupun karakter akan terbentuk seiring dengan semakin banyaknya pelibatan orang-orang muda di dalam fungsi apapun itu. 

Ditengah-tengah semakin sulitnya untuk menemukan sosok inspirasi dari kalangan muda, yang disebabkan karena lebih suka dengar berita-berita hoaks hingga jadi produsen kabar bohong, akhirnya muncul satu sosok inspirasi yang akan bisa menolong kita supaya tetap berharap bahwa bangsa ini akan jauh berkembang semaksimal mungkin. 

Adalah Zico Leonard Djagardo Sumanjuntak (21) dan Josua Satria Collins (20), dua anak muda yang mengajukan gugatan uji materi terhadap Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD atau UU MD3 ke MK. Dimana Zico masih berstatus mahasiswa dari Fakultas Hukum UI sedangkan Joshua baru saja menyelesaikan studi hukumnya bulan Februari tahun ini. Seperti yang dilansir Kompas.com, (9/3/2018).

Dua orang ini  menjadi penggugat perseorangan, dimana sebelumnya sudah ada dua penggugat lainnya bukan dari perseorangan, yakni Forum Kajian Hukum dan Konstitusi (FKHK) yang diwakilkan Irman Putra Sidin, Ahli Hukum Tata Negara dan satu lagi dari kepartaian, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang diwakilkan oleh Kamaruddin, seorang advokat berpengalaman.

Mereka tidak punya keraguan sedikitpun di dalam mengajukan gugatan tentang pasal 122 huruf K UUMD3, tentang adanya upaya hukum ataupun upaya lain dari DPR ketika kehormatan para dewan ini merasa direndahkan. Joshua dan Zico berdalih, bahwa kita semua sama dimata hukum, dan sebagai warga negara wajib mempertahankan hak-hak konstitusionalnya, ketika hak tersebut mulai dilarang oleh undang-undang yang baru diterbitkan.

“Tetapi kami ingin menjadi preseden, buat contoh, ayo jangan takut. Semua orang yang memiliki kerugian konstitusional ayo kita maju dukung hak konstitusional kita di MK," ucap Zico.
Meskipun banyak catatan dan perbaikan terhadap gugatan yang mereka berikan kepada Hakim Konstitusi, tapi Hakim MK Suhartoyo, mengapresiasi keberanian mereka. “Semangat adik-adik ini luar biasa, anak muda ini, nanti diperbaiki, ya,” ujarnya.

Meskipun di dalam menggugat UUMD3 ke MK tersebut merupakan pengalaman pertama, tapi merasa tidak kuatir sebab mereka sudah pernah merasakan suasana yang sama dulu sewaktu kuliah tentunya. Di dalam mata kuliah sidang peradilan tentunya. Jadi kemampuan mereka akan semakin terasah dengan kesempatan yang berharga yang boleh mereka ambil saat ini. Suatu pengalaman yang hidup, dan bukannya bersifat teori lagi. Sebab ada undang-undang riil yang mereka sedang gugat.

Hal ini tentunya akan menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak millenial yang akan sebentar lagi akan mengambil posisi di jabatan-jabatan strategis pada lima atau sepuluh tahun mendatang di seluruh aspek lini di bangsa kita. Ketika para senior-senior tidak memberikan kesempatan kepada para muda, bisa dipastikan hal tersebut menjadi preseden yang buruk di dalam keberlanjutan suatu organisasi ataupun suatu negara.

Dan dengan kesempatan yang berharga ini pula, bisa dipastikan bahwa hukum di negara kita, akan berada di tangan-tangan orang yang tepat. Dan kehidupan keberbangsaan dan bernegara kita akan semakin lebih baik lagi. Sebab pada masa mudanya sudah dilatih untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan strategis.

Tapi akan beda jika inspirasi yang ditampilkan seorang Zaadit, seorang Ketua BEM UI sendiri. Yang ternyata satu almamater dengan Zico dan Joshua. Dimana dengan kebanggaannya sebagai ketua, merasa waras dengan memberikan kartu kuning ketika Jokowi memberikan sambutan ke kampus mereka. Seperti yang dilansir oleh cnn.com (4/2/2018) lalu. Pimpinan UI sangat menyesalkan tindakan dan ulah dari anak mahasiswanya.
“Kami sangat menyayangkan mahasiswa tersebut memilih cara penyampaian aspirasi seperti itu, padahal sudah diagendakan pertemuan langsung untuk menyampaikan aspirasi pada Presiden RI, Penyampaian saran, kritik dan solusi konkrit semestinya harus memperhatikan berbagai kondisi, seperti waktu, tempat, dan situasi yang terjadi. Kami berharap dapat diutarakan dengan cara yang baik, dan tetap menghormati aturan yang berlaku dan menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama" tulis pimpinan UI kepada umum dan media.
Terakhir, kita akan selalu diperhadapkan dengan banyak pilihan. Antara memilih yang baik atau tidak. Diantara memilih untuk jujur atau korupsi, diantara memilih hidup yang berdampak atau biasa-biasa saja. Diantara memilih hidup dengan  menyinyir atau mengkritik membangun. Semuanya terletak kepada kita.
Pilihlah inspirasi kekinian yang ditampilkan dua anak muda ini, Zico dan Joshua. Dan bukannya inspirasi yang ditampilkan oleh si Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa. Untuk Indonesia yang lebih baik lagi.
               




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...