Pentingnya
untuk memberikan kesempatan kepada yang muda-muda di dalam memegang suatu tugas
maupun tanggung jawab yang diberikan.
Sebab dengan hal itu akan semakin mengasah kehebatan terpendam mereka.
Kemampuan maupun karakter akan terbentuk seiring dengan semakin banyaknya
pelibatan orang-orang muda di dalam fungsi apapun itu.
Ditengah-tengah
semakin sulitnya untuk menemukan sosok inspirasi dari kalangan muda, yang
disebabkan karena lebih suka dengar berita-berita hoaks hingga jadi produsen
kabar bohong, akhirnya muncul satu sosok inspirasi yang akan bisa menolong kita
supaya tetap berharap bahwa bangsa ini akan jauh berkembang semaksimal mungkin.
Adalah Zico Leonard Djagardo Sumanjuntak (21) dan Josua
Satria Collins (20), dua anak muda yang mengajukan gugatan uji materi terhadap
Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD atau UU MD3 ke MK. Dimana Zico
masih berstatus mahasiswa dari Fakultas Hukum UI sedangkan Joshua baru saja
menyelesaikan studi hukumnya bulan Februari tahun ini. Seperti yang dilansir Kompas.com,
(9/3/2018).
Dua orang
ini menjadi penggugat perseorangan,
dimana sebelumnya sudah ada dua penggugat lainnya bukan dari perseorangan,
yakni Forum Kajian Hukum dan Konstitusi (FKHK) yang diwakilkan Irman Putra
Sidin, Ahli Hukum Tata Negara dan satu lagi dari kepartaian, yakni Partai
Solidaritas Indonesia (PSI), yang diwakilkan oleh Kamaruddin, seorang advokat
berpengalaman.
Mereka
tidak punya keraguan sedikitpun di dalam mengajukan gugatan tentang pasal 122
huruf K UUMD3, tentang adanya upaya hukum ataupun upaya lain dari DPR ketika
kehormatan para dewan ini merasa direndahkan. Joshua dan Zico berdalih, bahwa
kita semua sama dimata hukum, dan sebagai warga negara wajib mempertahankan
hak-hak konstitusionalnya, ketika hak tersebut mulai dilarang oleh
undang-undang yang baru diterbitkan.
“Tetapi kami ingin menjadi preseden, buat contoh, ayo jangan
takut. Semua orang yang memiliki kerugian konstitusional ayo kita maju dukung
hak konstitusional kita di MK," ucap Zico.
Meskipun
banyak catatan dan perbaikan terhadap gugatan yang mereka berikan kepada Hakim
Konstitusi, tapi Hakim MK Suhartoyo, mengapresiasi keberanian mereka. “Semangat adik-adik ini luar biasa, anak muda ini,
nanti diperbaiki, ya,” ujarnya.
Meskipun
di dalam menggugat UUMD3 ke MK tersebut merupakan pengalaman pertama, tapi
merasa tidak kuatir sebab mereka sudah pernah merasakan suasana yang sama dulu
sewaktu kuliah tentunya. Di dalam mata kuliah sidang peradilan tentunya. Jadi
kemampuan mereka akan semakin terasah dengan kesempatan yang berharga yang
boleh mereka ambil saat ini. Suatu pengalaman yang hidup, dan bukannya bersifat
teori lagi. Sebab ada undang-undang riil yang mereka sedang gugat.
Hal
ini tentunya akan menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak millenial yang akan
sebentar lagi akan mengambil posisi di jabatan-jabatan strategis pada lima atau
sepuluh tahun mendatang di seluruh aspek lini di bangsa kita. Ketika para
senior-senior tidak memberikan kesempatan kepada para muda, bisa dipastikan hal
tersebut menjadi preseden yang buruk di dalam keberlanjutan suatu organisasi
ataupun suatu negara.
Dan
dengan kesempatan yang berharga ini pula, bisa dipastikan bahwa hukum di negara
kita, akan berada di tangan-tangan orang yang tepat. Dan kehidupan
keberbangsaan dan bernegara kita akan semakin lebih baik lagi. Sebab pada masa
mudanya sudah dilatih untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan
strategis.
Tapi
akan beda jika inspirasi yang ditampilkan seorang Zaadit, seorang Ketua BEM UI
sendiri. Yang ternyata satu almamater dengan Zico dan Joshua. Dimana dengan
kebanggaannya sebagai ketua, merasa waras dengan memberikan kartu kuning ketika
Jokowi memberikan sambutan ke kampus mereka. Seperti yang dilansir oleh cnn.com
(4/2/2018) lalu. Pimpinan UI sangat menyesalkan tindakan dan ulah dari anak
mahasiswanya.
“Kami
sangat menyayangkan mahasiswa tersebut memilih cara penyampaian aspirasi
seperti itu, padahal sudah diagendakan pertemuan langsung untuk menyampaikan
aspirasi pada Presiden RI, Penyampaian saran, kritik dan solusi konkrit semestinya
harus memperhatikan berbagai kondisi, seperti waktu, tempat, dan situasi yang
terjadi. Kami berharap dapat diutarakan dengan cara yang baik, dan tetap
menghormati aturan yang berlaku dan menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama"
tulis pimpinan UI kepada umum dan media.
Terakhir, kita akan selalu diperhadapkan dengan banyak pilihan.
Antara memilih yang baik atau tidak. Diantara memilih untuk jujur atau korupsi,
diantara memilih hidup yang berdampak atau biasa-biasa saja. Diantara memilih
hidup dengan menyinyir atau mengkritik
membangun. Semuanya terletak kepada kita.
Pilihlah inspirasi kekinian yang ditampilkan dua anak muda ini,
Zico dan Joshua. Dan bukannya inspirasi yang ditampilkan oleh si Ketua BEM UI,
Zaadit Taqwa. Untuk Indonesia yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar