Masih belum bisa mengkategorikan
apakah janji pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan menganggarkan sebesar 1
triliun untuk pondok pesantren, adalah nekat-nekatankah atau mungkin sudah
sepantasnya untuk dilakukan oleh pasangan yang didukung PDI Perjuangan ini.
Dimana hal itu diputuskan setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak baik
para ustad, kyiai, di setiap masjid yang mereka kunjungi. Seperti yang dilansir
news.detik.com (9/2/2018).
“Selama
berkeliling ke kalangan pesantren, masjid, dan ulama, ada beberapa suara
disampaikan ke saya yang menginginkan peningkatan kesejahteraan. Kami
menghitung berdasarkan anggaran mendatang. Untuk kesejahteraan pesantren, masjid
dan lainnya dialokasikan dana satu triliun rupiah tiap tahun " ucap Anton
kepada wartawan di Posko Relawan, Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jumat
(9/2/2018).
Kemudian Bapak ini
kembali menyatakan bahwa anggaran 1
triliun tersebut masih berkisar dua sampai tiga persen dari total APBD Provinsi
Jawa Barat. Berikut pernyataannya,“Anggaran ini sangat memungkinkan karena hanya
dua-tiga persen dari APBD Jabar. Mudah-mudahan ini jadi angin segar karena
selama ini kesejahteraannya belum memadai,”
Benarkah hanya berkisar dua sampai tiga persen saja. Padahal
kalau kita melihat angka total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di
tahun 2017 lalu, seperti yang dilansir oleh news.detik.com (8/12/2016), bahwa
total APBDnya berkisar 32,740 triliun rupiah. Dimana kenaikan sebesar 11,34
persen jika dibandingkan tahun 2016, yang berkisar 29,406 triliun rupiah,
dikarenakan adanya penambahan alokasi umum untuk belanja para PNS yang beralih
kewenangannya ke provinsi sejak tahun
2017, maupun karena pembangunan yang dikerjakan.
Serta di tahun 2018, ternyata Pemerintah menganggarkan 66
triliun rupiah dari APBN ke Jawa Barat. Hal dilansir dari news.detik.com
(19/12/2017). Dimana anggaran yang
diberikan pemerintah pusat tersebut. Di antaranya Rp 34 triliun untuk gaji
pegawai dan dana alokasi umum (DAU), Rp 17 triliun guna pengembangan SDM
seperti BOS, dana kesehatan, JKN.
“Termasuk dana empat triliun rupiah untuk 5.319 desa di
Jabar, serta alokasi anggaran lainnya. Untuk dana desa ini nanti ditambah dari masing-masing
kabupaten dan kota, pokoknya setiap desa tidak kurang dari satu miliar
rupiah," kata Aher di sela penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (19/12/2017).
Itu berarti total satu
triliun yang rencananya mau dialokasikan ke Pondok pesantren setiap tahunnya,
bisa dipastikan akan berjalan tidak mulus. Dimana ketika anggaran yang di dapat
tahun 2018 ini berkisar 66 triliun rupiah. Ketika kita mengurangi total penerimaan
66 triliun dengan dana gaji dan alokasi umum dan juga dana desa, ternyata masih
mengantogi sebesar 11 triliun rupiah lagi. Dan angka 11 triliun terebut
tentunya masih merupakan anggaran untuk infrastruktur. Akan bagaimanakah
hitung-hitungannya untuk bisa mewujudkan janji kampanye yang sudah dibuatkan
terlebih dahulu.
Meskipun anggaran tersebut
bukanlah anggaran yang ditetapkan oleh Pasangan TB Hasanuddin dan Anton
Charliyan, dan masih merupakan anggaran yang dibuat oleh Gubernur Ahmad
Hermawan. Seharusnya pasangan ini bisa belajar dari pendahulunya ini.
Belajar bukan hanya untuk
segera memberikan janji yang muluk-muluk tapi miskin akan implementasinya.
Berhasilkah pesona satu
trilyun tersebut untuk menggaet minat orang Jawa Barat di Juni tahun 2018
nanti? Dimana bisa dibilang angka ini bukanlah angka yang sedikit ketika
dihitung secara global. Akankah masyarakat Jawa Barat, terkhusus para umat
muslim tertarik dengan janji kampanye ini ? Apakah ini hanya aksi nekat semata
untuk bisa menarik aspirasi dari masyarakat Jawa Barat yang ada? Atau memang
sudah sepantasnya hal ini dicetuskan mengingat belum belum maksimalnya
kesejahteraan para ustad, kyiai, maupun pondok pesantren yang ada?
Tentunya akan bisa dipastikan
ketika terealisasinya anggaran ini akan meningkatkan
kualitas hidup para ustad, kyiai,maupun para pengurus masjid yang ada. Tapi
kalau hanya sekedar janji semata, dikarenakan sulit untuk bisa mengganggarkan
angka yang sefantastis tersebut dalam pengimplementasiannya, sebab anggaran
yang dibuat sudah begitu ketatnya, tentunya hal ini akan menjadi bumerang bagi
pencetus ide ini.
Kita tidak bisa pungkiri,
bahwa banyak para calon-calon kepala daerah yang ada di seluruh Indonesia ini
berlomba-lomba untuk pergi ke pondok pesantren yang ada. Berupaya untuk merebut
hati warga kebanyakan. Dengan mengumbar janji-janji kampanye yang tampaknya
akan sulit untuk direalisasikan. Bahkan tidak sedikit pula para calon kandidat
akhirnya memilih pasangan calonnya berasal dari kalangan ustad atapun kyiai.
Dengan berharap pasangan calon tersebut bisa mendulang suara sebanyak
mungkin.
Terakhir berharap para
calon-calon kepala daerah yang ada sekarang ini untuk bisa berpikir realistis
dalam setiap memberikan janji-janji politik. Jangan janji-janji kampanye
tersebut berubah menjadi jebakan Batman, yang akhirnya menjerat kita masuk ke
KPK, karena tersandung kasus korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar