Berikut pernyataan seorang
Paulus, makanya tak gentar untuk memberitakan Injil selama masa hidupnya. Hal
itu tertuang di dalam surat yang ia kirimkan kepada jemaat yang ia rintis di
Roma.
“Sebab aku mempunyai keyakinan
yang kokoh dalam injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang
Yunani.” (Roma 1:16)
Kemudian hal itupun selalu
dipakainya untuk mengingatkan setiap murid yang ia bimbing selama masa hidupnya
untuk bisa memiliki prinsip yang demikian, terkhusus kepada muridnya bernama
Timotius,
“Jadi janganlah malu bersaksi
tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia,
melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah” (2 Timotius
1:8).
Kali aku mau membahas tentang
karakter dan sifatnya Paulus yang begitu kuatnya di dalam mempercayai dan
meyakini imannya, sehingga tak heran dalam pelayanannya bisa menghasilkan
banyak tulisan yang menjadi bagian dari kitab perjanjian baru di dalam Alkitab.
Dan bahkan hampir tujuh puluh persen kitab perjanjian baru hanya berisi
suratnya atau tulisannya.
Tertulis lagi bahwa ada tiga
sampai empat kali fase perjalanannya di dalam
menjangkau banyak daerah-daerah atau bangsa-bangsa. Dimana dalam satu
fase perjalanannya bisa menjangkau banyak daerah sekaligus dan dalam waktu yang
cukup lama. Terkadang suatu wilayah tersebut bisa dijangkau hanya beberapa hari
dan beberapa wilayah lainnya hingga bertahun-tahun.
Dan mungkin perlu diketahui juga
bahwa awal mulanya dia getol di dalam memberitakan injil dan terus berjuang
hingga akhir hidupnya adalah ketika mengalami perjumpaan secara ilahi dengan
Yesus ketika dia sedang dalam perjalanan mau membantai orang kristen yakni yang
percaya kepada Kristus. Dan bahkan dirinya sudah memegang surat kuasa dari
pemerintah maupun dari para imam besar pada saat itu.
Dia mengalami kebutaan dan
akhirnya bertobat dan bahkan segera terjadi pemulihan akan matanya, setelah
terjadi tanda-tanda yang Tuhan berikan kepadanya. Yakni ada seorang utusan lain
yang disuruh untuk mencelikkan matanya Paulus, yang semula namanya adalah
Saulus.
Berikut perenungan hari ini yang
dapat kutuliskan bagi kita semua, meskipun singkat dan global di dalam
pemaparannya, semoga berkenan untuk membaca dan bahkan merenungkannya didalam
hati kita bersama. Dan tak kebetulan diriku membaca perikop tentang perjalanan
hidupnya ketika dia berada di Filipi, di Tesalonika,Berea, Athena, Korintus,
dan Efesus (Kisah Para Rasul 16-20). Itu adalah perjalanan ketiga beliau di
dalam menjangkau bangsa-bangsa.
Kemanapun ia pergi maupun
melangkah, bisa dipastikan ia akan memberitakan injil kepada semua orang yang
ia jumpai. Dan ketika ia ketemu dengan orang-orang yang terbuka dengan injil
tersebut, maka akan dimuridkan dan dibina terus pemahamannya, bahkan karakternya
diubahkan. Menjadikannya tim bersama-sama dengan dia untuk pergi lagi ke
daerah-daerah atau ke bangsa-bangsa lain.
Pada masa perjalanan itu yang
juga didampingi oleh muridnya Timotius, bahwa orang-orang yang sering bentrok
dengan pelayanannya adalah orang-orang yang secara ekonomis, hilang mata
pencahariannya. Dimana ketika dia berada di Filipi, Paulus merasa terganggu
dengan wanita penenung, yang suka meramal. Yang terus mengusik beliau, kemudian
Paulus langsung menghardik dan mengusir roh penenung yang ada di dalam wanita
itu. Dan seketika itu hilanglah kemampuan menenungnya.
Melihat hal itu, pemilik dari
wanita penenung atau peramal tersebut, merasa jengkel sebab penghasilan
besarnya akan tenungan langsung hilang. Langsung dia membuat konpirasi bersama
dengan warga setempat untuk bisa menghajar dan bahkan memenjarakannya. Tapi
kemudian akhirnya dia dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.
Kejadian sewaktu dia berada di
Efesus juga sama. Seorang yang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang
membuat kuil-kuilan dewi Artemis, dimana dengan hasil usahanya tersebut bisa
mendatangkan banyak keuntungan bagi dirinya dan bagi para pengerjanya. Tapi
sejak kedatangan Paulus, banyak orang yang akhirnya meninggalkan kuil dewi
Artemis, dan patung-patungnyapun akhirnya tidak laku lagi. Dia juga melakukan
konspirasi dan huru hara untuk bisa mendera dan menahan Paulus. Dia ditahan
tapi akhirnya dilepaskan juga.
Meskipun sering mendapatkan
perlawanan dan pertentangan dan bahkan pemukulan hingga ke pemenjaraan, beliau
selalu tetap tegar dan kuat untuk bisa memberitakan Injil kepada semua orang,
sebab seperti yang ia yakini bahwa Injil tersebut adalah kekuatan Allah untuk
menyelamatkan setiap orang percaya. Dan bukan karena dianya orang bisa percaya
tapi karena injil yang diberitakan tersebut.
Murid-murid yang akhirnya percaya
juga tidak sedikit. Bahkan murid-murid yang ia bawa serta bersamanya tidak
dihidupi dari berkat-berkat yang seharusnya dia boleh dapatkan dari hasil pelayanannya.
Namun beliau tetap bekerja sebagai tukang tenda untuk bisa menghidupi
dirinya,menghidupi orang-orang yang bersama dengan dia dan bahkan segala
pelayanannya.
Refleksi yang mungkin bisa kita
ambil dari sikap dan keteguhan seorang Paulus dalam konteks diatas. Terkadang
kita sebagai umat Kristen, meskipun bisa dibilang kaum minoritas, belum
memiliki keberanian untuk memberitakan injil kepada semua orang. Padahal Injil
itu adalah kekuatan Allah sendiri untuk bisa menyelamatkan banyak orang yang
percaya. Ketika kita tidak percaya kepada Injil
berarti ada indikasinya kita tidak percaya kepada Allah itu sendiri.
Kemudian, terkadang didalam
segala pelayanan yang mungkin bisa kita kerjakan atau lakukan kepada banyak
orang, mengalami satu saja kendala. Tak jarang juga akhirnya kita menyerah dan
akhirnya memilih untuk berhenti. Belum tentu juga mengalami seperti yang
dialami oleh Paulus,dipenjara, didera dan bahkan disiksa. Hanya mungkin
mendapatkan ancaman atau teror yang terus menerus datang. Sehingga hal itu
menciutkan hati maupun semangat kita dan akhirnya memilih undur dari segala hal
yang sudah kita kerjakan.
Satu hal lagi yang paling sering
kita temukan di lapangan. Ketika sudah melayani banyak orang, terkadang sikap
kita mau ingin mendapatkan imbalan langsung ataupun tidak langsung dari
orang-orang yang kita layani. Merasa kita berhak untuk mendapatkan berkat dari
mereka. Meskipun hal itu tidaklah salah dan memang dibenarkan juga di dalam
surat Paulus juga kepada jemaat di Korintus. Demikian pula Tuhan telah
menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan
Injil itu.
Tapi hendaknya sikap kita untuk
tidak merasa hal penghidupan dari injil tersebut menjadi prioritas pertama
kita. Ada baiknya juga untuk bisa bekerja dengan kedua tangan kita, sehingga
kitapun bisa lebih banyak berbuat hal yang lebih lagi terutama di dalam
memberitakan injil.
Penulis adalah anggota komunitas
PESAT, dan Pengajar di STAK Terpadu PESAT Sibolangit
Sering ditipu oleh bandar Poker lama anda?
BalasHapusAtau
Hanya janji manis dengan bonus yang berlimpah?
Tinggalkan semua itu kawan dan mari Join bersama kami di Pokervita
Agent Aman & Terpecaya
Tidak hanya itu kami juga mempunyai Bonus Harian & mingguan yang WOW buat anda
Info hub
WA:0812 2222 996