Minggu, 04 Maret 2018

Mengenal Sosok Paulus Yang Tak Pernah Gentar Menyebarkan Injil dan Implikasi Kekiniannya





Berikut pernyataan seorang Paulus, makanya tak gentar untuk memberitakan Injil selama masa hidupnya. Hal itu tertuang di dalam surat yang ia kirimkan kepada jemaat yang ia rintis di Roma.
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” (Roma 1:16)

Kemudian hal itupun selalu dipakainya untuk mengingatkan setiap murid yang ia bimbing selama masa hidupnya untuk bisa memiliki prinsip yang demikian, terkhusus kepada muridnya bernama Timotius,

“Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah” (2 Timotius 1:8).

Kali aku mau membahas tentang karakter dan sifatnya Paulus yang begitu kuatnya di dalam mempercayai dan meyakini imannya, sehingga tak heran dalam pelayanannya bisa menghasilkan banyak tulisan yang menjadi bagian dari kitab perjanjian baru di dalam Alkitab. Dan bahkan hampir tujuh puluh persen kitab perjanjian baru hanya berisi suratnya atau tulisannya.

Tertulis lagi bahwa ada tiga sampai empat kali fase perjalanannya di dalam  menjangkau banyak daerah-daerah atau bangsa-bangsa. Dimana dalam satu fase perjalanannya bisa menjangkau banyak daerah sekaligus dan dalam waktu yang cukup lama. Terkadang suatu wilayah tersebut bisa dijangkau hanya beberapa hari dan beberapa wilayah lainnya hingga bertahun-tahun.

Dan mungkin perlu diketahui juga bahwa awal mulanya dia getol di dalam memberitakan injil dan terus berjuang hingga akhir hidupnya adalah ketika mengalami perjumpaan secara ilahi dengan Yesus ketika dia sedang dalam perjalanan mau membantai orang kristen yakni yang percaya kepada Kristus. Dan bahkan dirinya sudah memegang surat kuasa dari pemerintah maupun dari para imam besar pada saat itu.

Dia mengalami kebutaan dan akhirnya bertobat dan bahkan segera terjadi pemulihan akan matanya, setelah terjadi tanda-tanda yang Tuhan berikan kepadanya. Yakni ada seorang utusan lain yang disuruh untuk mencelikkan matanya Paulus, yang semula namanya adalah Saulus.

Berikut perenungan hari ini yang dapat kutuliskan bagi kita semua, meskipun singkat dan global di dalam pemaparannya, semoga berkenan untuk membaca dan bahkan merenungkannya didalam hati kita bersama. Dan tak kebetulan diriku membaca perikop tentang perjalanan hidupnya ketika dia berada di Filipi, di Tesalonika,Berea, Athena, Korintus, dan Efesus (Kisah Para Rasul 16-20). Itu adalah perjalanan ketiga beliau di dalam menjangkau bangsa-bangsa.

Kemanapun ia pergi maupun melangkah, bisa dipastikan ia akan memberitakan injil kepada semua orang yang ia jumpai. Dan ketika ia ketemu dengan orang-orang yang terbuka dengan injil tersebut, maka akan dimuridkan dan dibina terus pemahamannya, bahkan karakternya diubahkan. Menjadikannya tim bersama-sama dengan dia untuk pergi lagi ke daerah-daerah atau ke bangsa-bangsa lain.

Pada masa perjalanan itu yang juga didampingi oleh muridnya Timotius, bahwa orang-orang yang sering bentrok dengan pelayanannya adalah orang-orang yang secara ekonomis, hilang mata pencahariannya. Dimana ketika dia berada di Filipi, Paulus merasa terganggu dengan wanita penenung, yang suka meramal. Yang terus mengusik beliau, kemudian Paulus langsung menghardik dan mengusir roh penenung yang ada di dalam wanita itu. Dan seketika itu hilanglah kemampuan menenungnya.

Melihat hal itu, pemilik dari wanita penenung atau peramal tersebut, merasa jengkel sebab penghasilan besarnya akan tenungan langsung hilang. Langsung dia membuat konpirasi bersama dengan warga setempat untuk bisa menghajar dan bahkan memenjarakannya. Tapi kemudian akhirnya dia dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.

Kejadian sewaktu dia berada di Efesus juga sama. Seorang yang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis, dimana dengan hasil usahanya tersebut bisa mendatangkan banyak keuntungan bagi dirinya dan bagi para pengerjanya. Tapi sejak kedatangan Paulus, banyak orang yang akhirnya meninggalkan kuil dewi Artemis, dan patung-patungnyapun akhirnya tidak laku lagi. Dia juga melakukan konspirasi dan huru hara untuk bisa mendera dan menahan Paulus. Dia ditahan tapi akhirnya dilepaskan juga.

Meskipun sering mendapatkan perlawanan dan pertentangan dan bahkan pemukulan hingga ke pemenjaraan, beliau selalu tetap tegar dan kuat untuk bisa memberitakan Injil kepada semua orang, sebab seperti yang ia yakini bahwa Injil tersebut adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan setiap orang percaya. Dan bukan karena dianya orang bisa percaya tapi karena injil yang diberitakan tersebut.

Murid-murid yang akhirnya percaya juga tidak sedikit. Bahkan murid-murid yang ia bawa serta bersamanya tidak dihidupi dari berkat-berkat yang seharusnya dia boleh dapatkan dari hasil pelayanannya. Namun beliau tetap bekerja sebagai tukang tenda untuk bisa menghidupi dirinya,menghidupi orang-orang yang bersama dengan dia dan bahkan segala pelayanannya.

Refleksi yang mungkin bisa kita ambil dari sikap dan keteguhan seorang Paulus dalam konteks diatas. Terkadang kita sebagai umat Kristen, meskipun bisa dibilang kaum minoritas, belum memiliki keberanian untuk memberitakan injil kepada semua orang. Padahal Injil itu adalah kekuatan Allah sendiri untuk bisa menyelamatkan banyak orang yang percaya. Ketika kita tidak percaya kepada Injil  berarti ada indikasinya kita tidak percaya kepada Allah itu sendiri.

Kemudian, terkadang didalam segala pelayanan yang mungkin bisa kita kerjakan atau lakukan kepada banyak orang, mengalami satu saja kendala. Tak jarang juga akhirnya kita menyerah dan akhirnya memilih untuk berhenti. Belum tentu juga mengalami seperti yang dialami oleh Paulus,dipenjara, didera dan bahkan disiksa. Hanya mungkin mendapatkan ancaman atau teror yang terus menerus datang. Sehingga hal itu menciutkan hati maupun semangat kita dan akhirnya memilih undur dari segala hal yang sudah kita kerjakan. 

Satu hal lagi yang paling sering kita temukan di lapangan. Ketika sudah melayani banyak orang, terkadang sikap kita mau ingin mendapatkan imbalan langsung ataupun tidak langsung dari orang-orang yang kita layani. Merasa kita berhak untuk mendapatkan berkat dari mereka. Meskipun hal itu tidaklah salah dan memang dibenarkan juga di dalam surat Paulus juga kepada jemaat di Korintus. Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.

Tapi hendaknya sikap kita untuk tidak merasa hal penghidupan dari injil tersebut menjadi prioritas pertama kita. Ada baiknya juga untuk bisa bekerja dengan kedua tangan kita, sehingga kitapun bisa lebih banyak berbuat hal yang lebih lagi terutama di dalam memberitakan injil.

Penulis adalah anggota komunitas PESAT, dan Pengajar di STAK Terpadu PESAT Sibolangit

1 komentar:

  1. Sering ditipu oleh bandar Poker lama anda?
    Atau
    Hanya janji manis dengan bonus yang berlimpah?

    Tinggalkan semua itu kawan dan mari Join bersama kami di Pokervita

    Agent Aman & Terpecaya
    Tidak hanya itu kami juga mempunyai Bonus Harian & mingguan yang WOW buat anda

    Info hub
    WA:0812 2222 996

    BalasHapus

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...