Senin, 10 Juli 2017

Anakku dan Gadget



sumber : tentremhipnoterapi.com


Akhir-akhir ini anakku sering sekali memperhatikan tingkah kami sebagai orangtuanya. Kami paham diusianya yang baru menginjak dua tahun, dia akan belajar dengan melihat dan meniru kami. Apa yang sedang kami kerjakan, apa yang sedang kami katakan, dia akan menyimak semuanya dan juga menirukan atau mengulangi perkataan-perkataan yang kami lontarkan.

Bersyukur, memang sejak dari kandungan dia sudah aku ceritakan seluruh cerita yang ada di dalam Alkitab. Sampai sekarang kebiasaan itu terus aku pupuk dan mencoba tuk tetap setia dalam beribadah kepada Tuhan  melalui kegiatan bernyanyi , berdoa serta mendengarkan cerita setiap paginya. Membuat suatu kebiasaan yang baru, dan berharap itu menjadi sebuah kebiasaan, memang menjadi sebuah tantangan tersendiri buat aku, istriku dan anak-anakku. Aku selalu juga melibatkan anakku yang paling kecil, yang sekarang baru berusia kurang lebih 7 bulan. Berharap kemampuan kognitif maupun linguistik mereka bisa semakin lebih baik.

Kebanyakan orangtua terkadang tidak menyadari bahwa ketika mereka berkata ma’am untuk makan dan mi’im untuk minum, dan banyak kata-kata lainya yang dikurang-kurangi hurufnya, bisa mengakibatkan kelumpuhan dalam berkata-kata atau berartikulasi. Jadi aku belajar untuk hal tersebut, dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama bagi anak-anakku.

Anak gagap (sekolah123.com)

Ternyata pengalaman-pengalaman tersebut, ketika aku perhatikan dan melihat lebih lanjut, banyak juga rekan-rekanku yang menderita hal yang sama. Ada perasaan gagap ketika dalam berbicara. Hingga sekarangpun, terkadang perasaan gagap tersebut bisa muncul. Semua hal tersebut didapatkan, karena kehidupan orang tua dulu sangatlah tidak harmonis. Hampir setiap hari, mereka selalu bertengkar, meskipun hanya untuk urusan yang sepele. Seperti makanan, ketika makanannya kurang enak, atau kurang garam maupun kelebihan, banyak protes dan adu mulut akan terjadi. Bisa-bisa event makan malam bisa menjadi ajang peperangan.

Suara-suara keras, ancaman, hingga main tangan, selalu terjadi setiap hari ketika masih kecil. Meskipun  belum mengerti apa-apa tentang hal itu. Tapi yang yang terjadi adalah bahwa hampir setiap hari si anak merasa ketakutan, dan tidak ada perasaan aman dan damai dalam keluarga.

Kembali ke topik pembicaraan yang akan dibahas, anakku dan gadget. Memang tidak bisa dipungkiri, zaman kekinian, gadget menjadi kebutuhan, bukan lagi sekedar keinginan. Gadget dan jaringan internet menjadi satu paket yang harus segera direalisasikan dalam pengeluaran bulananku. Mungkin dalam satu hari, ada sekitar 8-10 jam  akan selalu memegang dan bersurfing ria, berjejaring dengan teman-teman yang ada di media-media sosial.

Anakku yang tidak pernah jauh dari ku, pasti melihat apa yang aku lakukan, apa yang aku pegang, bagaimana ekspresi wajahku ketika aku sedang berjejaring. Sebab memang HP akan selalu kubawa-bawa kemanapun kami pergi tuk bermain. Mungkin dalam penilaiannya, Bapak ini sepertinya lebih asik bermain dengan HP-nya jika dibandingkan bermain dengan aku.

Memang dalam sehari-hari, ketika mamanya yang pegang HP, dia akan mencoba tuk meminta HP tersebut darinya, meskipun baru dipegang sebentar, dia akan ngomong : “Mama, please..pinjam.” Istriku sulit untuk menolak permintaannya. Sebab memang dari kecil, dia sudah kami latih, ketika meminta suatu barang tidak boleh dengan paksa. Harus dengan perkataan yang lembut.

Jika dibandingkan ketika aku yang memegangnya, anakku tidak pernah minta kepadaku dengan nada seperti ketika meminta kepada istriku. Aku sepertinya dibebaskan oleh keinginannya yang besar tuk bisa memegang dan bermain dengan handphone. Memang dalam keseharian kami, selalu kubilang bahwa “ Handphone itu bukan untuk anak-anak, ini untuk orang besar seperti Papa.” Dia sepertinya ‘ngeh’ dengan perkataanku tersebut. Jadi ketika istriku sudah memberikan HP dipegangnya, kemudian aku melihatnya, sianak ini tidak akan sulit untuk menyerahkan Hpnya.

Menjadi anti sosial (keluargacinta.com)

Pertanyaannya sekarang, apakah gadget berbahaya bagi si anak. Memang dari banyak artikel-artikel ataupun tulisan, dikatakan lebih banyak dampak negatifnya dibanding dampak positifnya ketika sianak sudah memegang gadget. Dan memang ada banyak orang tua juga, ketika si anak sudah bisa memegang gadget, mereka lebih merasa bangga, sebab dalam pikiran mereka, anak mereka telah selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan teman-temannya. Padahal sebenarnya sedang ada bahaya yang sedang mengintai, ketika penggunaan gadget  yang terlalu dini bagi si anak. Salah satu dampak negatifnya adalah kemampuan untuk berkata-kata si anak akan lebih lambat, disebabkan oleh radiasi dari penggunaan gadget yang terlalu dini bagi si anak.

Jadi sebenarnya, aku sendirilah yang harus bertobat dulu dalam penggunaan gadget. Mungkin dengan mengurangi penggunaannya ketika pergi bermain bersama dan juga lebih memperbanyak kegiatan-kegiatan fisik diluar seperti mengeksplorasi alam sekitar, bermain kejar-kejaran dengan rekan-rekannya yang sebaya, bermain bola, bercerita serta mencoba hal-hal baru seperti naik tangga,  naik motor yang terparkir, dan banyak kegiatan fisik lainnya, supaya perkembangan psikomotoriknya semakin baik.

Aktivitas menonton juga, hampir setiap hari harus selalu dibatasi. Paling lama kegiatan menonton itu selama 1 jam saja. Sebenarnya kegiatan menonton juga terkadang menjadi dilema tersendiri. Antara diriku yang membutuhkan informasi berita dan tayangan-tayangan yang menghibur dengan kebutuhan anakku untuk tidak terlalu menyukai kegiatan menonton. Jadi ketika ada tayangan yang menarik di malam hari, ketika sudah waktunya untuk mau tidur, aku akan lebih condong untuk mematikan TV tersebut, dan akan membuat kegiatan baru, seperti membaca, bernyanyi dan bercerita kepadanya sebelum dia beranjak mau tidur. Aku ingin dia tidak mengingat banyak tayangan-tayangan sampah (iklan dalam TV) yang mungkin bisa merusak kemampuan fokusnya. Berharap dengan kegiatan bernyanyi,membaca cerita dan berdoa, sebelum tidur bisa membuat dirinya semakin tenang, juga daya fantasi, serta daya pikir serta fokus-nya bisa semakin meningkat dari hari ke hari.

Jadi untuk bisa meningkatkan kemampuan kognitif serta kemampuan sosial si anak, semuanya sebenarnya tergantung kepada orangtua. Orangtua yang tidak pernah memperdulikan anaknya atau lebih asik bermain gadget ketika bermain dengan anaknya, sebenarnya sudah menanamkan suatu pola yang salah. Jadi apabila pola tersebut terus berlangsung, wahai orang tua, jangan mengeluh nantinya ketika si anak sudah bertambah sedikit lebih besar, dia akan segera menuntut kita untuk segera memberikan dia gadget. Kalau tidak dibelikan HP, menggunakan kata-kata yang kasar, mengambek setiap harinya, bahkan mengurung diri dikamarnya, tidak mau makan sampai kita memberikan apa yang dia pinta.

Semua hal itu bisa terjadi sebab kita sendiripun sudah memberikan teladan yang buruk bagi anak-anak kita. Jadi untuk bisa menangkal lebih banyak dampak negatif ketika menggunakan gadget atau apapun itu, semua kontrolnya ada sama orangtua.

Jadi terakhir, mari menjadi orangtua yang lebih bjak dan  peduli kepada anak, dengan memberikan teladan yang baik. Baik dalam menggunakan gadget, baik dalam hal menonton TV, maupun dalam hal membaca buku serta selalu berusaha menyempatkan diri untuk bisa bercerita kepada anak-anak kita tentang kisah-kisah kepahlawanan sehingga mereka bisa bertumbuh dengan maksimal dengan hal-hal positif yang sudah kita kerjakan dalam hidupnya. Dan yang paling utama adalah menciptakan keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis dan damai, berusaha untuk tidak menampilkan pertengkaran kita dihadapan anak-anak kita. Dan kalaupun bertengkar, berusaha untuk mencari tempat yang tepat dan situasi yang kondusif.

Be a smart parents for our kids.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...