![]() |
sumber : tentremhipnoterapi.com |
Akhir-akhir ini anakku sering
sekali memperhatikan tingkah kami sebagai orangtuanya. Kami paham diusianya
yang baru menginjak dua tahun, dia akan belajar dengan melihat dan meniru kami.
Apa yang sedang kami kerjakan, apa yang sedang kami katakan, dia akan menyimak
semuanya dan juga menirukan atau mengulangi perkataan-perkataan yang kami
lontarkan.
Bersyukur, memang sejak dari
kandungan dia sudah aku ceritakan seluruh cerita yang ada di dalam Alkitab.
Sampai sekarang kebiasaan itu terus aku pupuk dan mencoba tuk tetap setia dalam
beribadah kepada Tuhan melalui kegiatan
bernyanyi , berdoa serta mendengarkan cerita setiap paginya. Membuat suatu
kebiasaan yang baru, dan berharap itu menjadi sebuah kebiasaan, memang menjadi sebuah
tantangan tersendiri buat aku, istriku dan anak-anakku. Aku selalu juga melibatkan
anakku yang paling kecil, yang sekarang baru berusia kurang lebih 7 bulan. Berharap
kemampuan kognitif maupun linguistik mereka bisa semakin lebih baik.
Kebanyakan orangtua terkadang tidak
menyadari bahwa ketika mereka berkata ma’am untuk makan dan mi’im untuk minum,
dan banyak kata-kata lainya yang dikurang-kurangi hurufnya, bisa mengakibatkan
kelumpuhan dalam berkata-kata atau berartikulasi. Jadi aku belajar untuk hal
tersebut, dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama bagi anak-anakku.
![]() |
Anak gagap (sekolah123.com) |
Ternyata pengalaman-pengalaman
tersebut, ketika aku perhatikan dan melihat lebih lanjut, banyak juga rekan-rekanku
yang menderita hal yang sama. Ada perasaan gagap ketika dalam berbicara. Hingga
sekarangpun, terkadang perasaan gagap tersebut bisa muncul. Semua hal tersebut
didapatkan, karena kehidupan orang tua dulu sangatlah tidak harmonis. Hampir
setiap hari, mereka selalu bertengkar, meskipun hanya untuk urusan yang sepele.
Seperti makanan, ketika makanannya kurang enak, atau kurang garam maupun kelebihan,
banyak protes dan adu mulut akan terjadi. Bisa-bisa event makan malam bisa menjadi
ajang peperangan.
Suara-suara keras, ancaman,
hingga main tangan, selalu terjadi setiap hari ketika masih kecil. Meskipun belum mengerti apa-apa tentang hal itu. Tapi
yang yang terjadi adalah bahwa hampir setiap hari si anak merasa ketakutan, dan
tidak ada perasaan aman dan damai dalam keluarga.
Kembali ke topik pembicaraan yang
akan dibahas, anakku dan gadget. Memang tidak bisa dipungkiri, zaman kekinian,
gadget menjadi kebutuhan, bukan lagi sekedar keinginan. Gadget dan jaringan
internet menjadi satu paket yang harus segera direalisasikan dalam pengeluaran
bulananku. Mungkin dalam satu hari, ada sekitar 8-10 jam akan selalu memegang dan bersurfing ria,
berjejaring dengan teman-teman yang ada di media-media sosial.
Anakku yang tidak pernah jauh
dari ku, pasti melihat apa yang aku lakukan, apa yang aku pegang, bagaimana
ekspresi wajahku ketika aku sedang berjejaring. Sebab memang HP akan selalu
kubawa-bawa kemanapun kami pergi tuk bermain. Mungkin dalam penilaiannya, Bapak
ini sepertinya lebih asik bermain dengan HP-nya jika dibandingkan bermain
dengan aku.
Memang dalam sehari-hari, ketika
mamanya yang pegang HP, dia akan mencoba tuk meminta HP tersebut darinya,
meskipun baru dipegang sebentar, dia akan ngomong : “Mama, please..pinjam.” Istriku
sulit untuk menolak permintaannya. Sebab memang dari kecil, dia sudah kami
latih, ketika meminta suatu barang tidak boleh dengan paksa. Harus dengan
perkataan yang lembut.
Jika dibandingkan ketika aku yang
memegangnya, anakku tidak pernah minta kepadaku dengan nada seperti ketika
meminta kepada istriku. Aku sepertinya dibebaskan oleh keinginannya yang besar
tuk bisa memegang dan bermain dengan handphone. Memang dalam keseharian kami, selalu
kubilang bahwa “ Handphone itu bukan untuk anak-anak, ini untuk orang besar
seperti Papa.” Dia sepertinya ‘ngeh’
dengan perkataanku tersebut. Jadi ketika istriku sudah memberikan HP dipegangnya,
kemudian aku melihatnya, sianak ini tidak akan sulit untuk menyerahkan Hpnya.
![]() |
Menjadi anti sosial (keluargacinta.com) |
Pertanyaannya sekarang, apakah
gadget berbahaya bagi si anak. Memang dari banyak artikel-artikel ataupun tulisan,
dikatakan lebih banyak dampak negatifnya dibanding dampak positifnya ketika
sianak sudah memegang gadget. Dan memang ada banyak orang tua juga, ketika si
anak sudah bisa memegang gadget, mereka lebih merasa bangga, sebab dalam pikiran
mereka, anak mereka telah selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan
teman-temannya. Padahal sebenarnya sedang ada bahaya yang sedang mengintai,
ketika penggunaan gadget yang terlalu
dini bagi si anak. Salah satu dampak negatifnya adalah kemampuan untuk berkata-kata
si anak akan lebih lambat, disebabkan oleh radiasi dari penggunaan gadget yang
terlalu dini bagi si anak.
Jadi sebenarnya, aku sendirilah
yang harus bertobat dulu dalam penggunaan gadget. Mungkin dengan mengurangi penggunaannya
ketika pergi bermain bersama dan juga lebih memperbanyak kegiatan-kegiatan
fisik diluar seperti mengeksplorasi alam sekitar, bermain kejar-kejaran dengan
rekan-rekannya yang sebaya, bermain bola, bercerita serta mencoba hal-hal baru
seperti naik tangga, naik motor yang
terparkir, dan banyak kegiatan fisik lainnya, supaya perkembangan
psikomotoriknya semakin baik.
Aktivitas menonton juga, hampir
setiap hari harus selalu dibatasi. Paling lama kegiatan menonton itu selama 1
jam saja. Sebenarnya kegiatan menonton juga terkadang menjadi dilema tersendiri.
Antara diriku yang membutuhkan informasi berita dan tayangan-tayangan yang
menghibur dengan kebutuhan anakku untuk tidak terlalu menyukai kegiatan
menonton. Jadi ketika ada tayangan yang menarik di malam hari, ketika sudah
waktunya untuk mau tidur, aku akan lebih condong untuk mematikan TV tersebut,
dan akan membuat kegiatan baru, seperti membaca, bernyanyi dan bercerita
kepadanya sebelum dia beranjak mau tidur. Aku ingin dia tidak mengingat banyak tayangan-tayangan sampah (iklan dalam
TV) yang mungkin bisa merusak kemampuan fokusnya. Berharap dengan kegiatan
bernyanyi,membaca cerita dan berdoa, sebelum tidur bisa membuat dirinya semakin
tenang, juga daya fantasi, serta daya pikir serta fokus-nya bisa semakin
meningkat dari hari ke hari.
Jadi untuk bisa meningkatkan
kemampuan kognitif serta kemampuan sosial si anak, semuanya sebenarnya
tergantung kepada orangtua. Orangtua yang tidak pernah memperdulikan anaknya
atau lebih asik bermain gadget ketika bermain dengan anaknya, sebenarnya sudah
menanamkan suatu pola yang salah. Jadi apabila pola tersebut terus berlangsung,
wahai orang tua, jangan mengeluh nantinya ketika si anak sudah bertambah
sedikit lebih besar, dia akan segera menuntut kita untuk segera memberikan dia
gadget. Kalau tidak dibelikan HP, menggunakan kata-kata yang kasar, mengambek
setiap harinya, bahkan mengurung diri dikamarnya, tidak mau makan sampai kita
memberikan apa yang dia pinta.
Semua hal itu bisa terjadi sebab kita
sendiripun sudah memberikan teladan yang buruk bagi anak-anak kita. Jadi untuk
bisa menangkal lebih banyak dampak negatif ketika menggunakan gadget atau
apapun itu, semua kontrolnya ada sama orangtua.
Jadi terakhir, mari menjadi
orangtua yang lebih bjak dan peduli
kepada anak, dengan memberikan teladan yang baik. Baik dalam menggunakan
gadget, baik dalam hal menonton TV, maupun dalam hal membaca buku serta selalu
berusaha menyempatkan diri untuk bisa bercerita kepada anak-anak kita tentang
kisah-kisah kepahlawanan sehingga mereka bisa bertumbuh dengan maksimal dengan
hal-hal positif yang sudah kita kerjakan dalam hidupnya. Dan yang paling utama
adalah menciptakan keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis dan damai,
berusaha untuk tidak menampilkan pertengkaran kita dihadapan anak-anak kita.
Dan kalaupun bertengkar, berusaha untuk mencari tempat yang tepat dan situasi yang
kondusif.
Be a smart parents for our kids.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar