Minggu, 30 Juli 2017

Ester Bagian (2.2) Kisah Kepahlawan Mordekai yang terlupakan (Ester 2 : 19-23)



sumber gambar : KristusYesus.com


Kala itu Mordekhai sedang duduk di pintu gerbang istana raja, seperti yang biasanya ia lakukan. Sekalian untuk mengecek bagaimana keadaan Ester yang waktu itu sudah  diangkat menjadi ratu, pengganti Wasti yang sudah dibuang. Disela-sela waktu itu, dia bisa melihat dengan jelas ada sida-sida raja yang sedang sakit hati kepada raja, yakni Bigtan dan Taresh. Mereka adalah orang atau golongan yang termasuk sebagai penjaga pintu. Karena sakit hatinya mereka berikhtiar untuk membunuh raja Ahasyweros.

Ternyata hal itu juga masih sering terjadi dimasa sekarang ini. Dengan mudahnya menghilangkan nyawa sesama kita, hanya karena masalah sakit hati. Tidak menerima ucapan-ucapan yang sering memojokkan serta menekan kita. Sehingga hal tersebut menjadi alasan untuk berbuat kejam kepada orang yang sudah mengata-ngatai kita.

Sakit hati menjadi faktor pemicu meningkatnya angka kriminalitas di bangsa kita ini. Dengan mudahnya atau gampangnya disakiti. Padahal sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi. Jikalau kita memiliki hati yang seluas samudra dan bukan hanya sebesar gelas. Yang jikalau sudah disakiti, atau diberi noda, ketika hati kita hanya seluas gelas, tentunya noda itu akan jelas terlihat. Tapi jikalau hati kita seluas samudra, tentunya noda tersebut sangat tidak kelihatan.

Kemudian perihal tentang rencana Bigtan dan Taresh yang ingin membunuh raja, ketahuan oleh Mordekai. Selanjutnya tentang hal itu disampaikan kepada Ester, sang ratu. Ratu kemudian memberitahukan hal tersebut kepada raja, dan kemudian perkara tersebut diselidiki dan ternyata benar. Dan akhirnya kedua sida-sida itu dihukum mati dengan disulakan pada sebuah tiang.

Ester tidak mengambil keuntungan dari peristiwa tersebut, tapi mengajukan nama Mordekhai yang telah memberitahukan perihal rencana busuk dari sida-sida raja. Padahal, Ester tentunya bisa mengaku-aku bahwa dirinya yang telah mengetahui sedari awal rencana jahat sida-sida tersebut. Tapi tidak dilakukan oleh Ratu Ester.

Kemudian akhirnya peristiwa itu hanya sekedar dituliskan didalam kita sejarah bangsa itu. Tidak ada reward akan perbuatan besar yang sudah Mordekai lakukan.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik untuk bisa kita ambil hikma-nya. Pertama, jangan gampang untuk sakit hati. Sebab hal itu bukan hanya merusak kesehatan kita, tapi juga semua hidup kita juga akan hancur olehnya. Tidak ada lagi damai sejahtera dalam diri kita yang bisa membuat kita bahagia.

Kedua, tidak mengambil keuntungan dalam kesempitan. Praktek-praktek seperti ini juga tak jarang dilakonkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Contohnya, ketika orang sedang mengalami musibah kebakaran, awalnya niat menolong untuk menyelamatkan barang-barangnya,tapi tak tahunya, barang tersebut malah diambilnya. Sungguh perbuatan yang sangat tidak baik.

Ketiga, ketika kita sudah melakukan perbuatan-perbuatan besar, atau perbuatan-perbuatan baik, tentunya jangan langsung merasa bahwa kita pantas untuk mendapatkan penghargaan atas perbuatan tersebut. Meskipun dilupakan, kita harus mengambil sikap, tidak apa-apa. Meskipun dilupakan tidak merasa bahwa kita kurang dihargai. Biarkan hal itu berlalu.

Ketika hal baik tersebut sudah dikerjakan bagi banyak orang, tentunya kita sudah mempiutangi Tuhan. Yang mana suatu ketika Tuhan sendirilah yang akan membalas segala kebaikan yang sudah kita lakukan. Meskipun tidak mendapatkan penghargaan secara langsung dari manusia, tapi mengimani bahwa kita sudah mempiutangi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...