![]() |
sumber gambar : berjagajaga.wp.com |
Terjadilah malapetaka-malapetaka
berikut :
Kelaparan hebat di Samaria,
sehingga kepala keledai berharga delapan puluh syikal perak (berkisar 1 kg),
dan seperempat kab (0,3 liter=300 ml) tahi merpati berharga lima syikal perak
(bekisar 55 gr).
Perempuan itu berkata : “Tolonglah
tuanku raja, berilah anakmu laki-laki, supaya kita makan dia pada hari ini, dan
besok akan kita makan anakku laki-laki.” Jadi kami memasak anakku an memakan
dia (ayat 29).
Sungguh malapetaka ini terjadi di
bangsa Israel. Tahipun laku untuk dijual dan dimakan. Bahkan anak-anakpun
menjadi santapan bersama oleh masyarakat / bangsa Israel. Suatu kondisi yang
sangat mengkuatirkan. Terjadi bukan hanya pergeseran moral atau etis saja, tapi
sudah terjadi perubahan dasyat bagi bangsa Israel. Bangsa Israel melebihi
bangsa barbarian.
Tapi apakah benar bahwa
malapetaka yang terjadi dibangsanya merupakan perbuatan Tuhan? Sesungguhnya,
malapetaka ini adalah daripada Tuhan. Mengapakah aku berharap kepada Tuhan lagi?” (6:33).
Terkadang kita juga sering
menjadi seperti ini. Menyalahkan Tuhan, yang jelas-jelas karena perbuatan kita
sendiripun. Menyalahkan Tuhan karena kondisi sulit yang sedang kita rasakan.
Menyalahkan Tuhan karena telah mengambil orang-orang yang sangat kita kasihi.
Menyalahkan Tuhan karena tidak jadi melayani. Dan banyak kasus-kasus lainnya.
Disamping kita sering menyalahkan
Tuhan, kita juga sering menyalahkan sekeliling kita, baik itu keluarga kita,
teman kita, dan bahkan orang luar sekalipun. Tanpa pernah menyatakan bahwa itu
adalah kesalahan kita. Seperti Adam yang menyalahkan istrinya ketika ia memakan
buah yang dilarang oleh Tuhan. Dan ketika Hawa juga menyalahkan si ular yang
terus menggodanya supaya ia memakan buah tersebut.
Mari kita belajar untuk tidak
terlalu cepat menyalahkan Tuhan atas kondisi sulit sekalipun. Juga untuk tidak
menyalahkan sekeliling kita. Tapi belajar untuk mengucap syukur atas segala hal
yang terjadi. Belajar untuk bisa memperbaiki diri kita maupun sikap kita
terlebih dahulu, sehingga kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Belajar untuk melihat situasi sulit dari perspektifnya Tuhan, dan selalu mengimani bahwa Tuhan punya rencana yang indah yang lebih besar dan belum kita mengerti. Mari jangan kita kehilangan fokus kita dan terus memandangi terhadap setiap masalah atau malapetaka tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar