![]() |
Hasil Coretan Ziel (26 Juli 2017) |
Sebagai orang tua kita tak jarang
berupaya untuk selalu mencoba melindungi anak kita. Ketika dia bermain, tak
jarang kita selalu was-was dia sedang main apa. Dia sedang bermain dengan siapa
dan ada dimana. Tak jarang juga kita selalu mengambil masa-masa sulit yang
sedang dihadapinya. Ketika dia sedang melompat atau lari-lari kesana dan
kesini, kita selalu berusaha untuk mengerem tindakan yang sedang dia kerjakan.
Berpikir bahwa itu akan bisa melukainya.
Kemarin, anakku jatuh dari
tangga. Kami gak tahu posisi jatuhnya. Dia dibawa oleh rekan kami ke rumah dan
dikatakan dia didorong oleh teman mainnya. Kemudian dimalam harinya aku
berusaha untuk mengurut badannya dan mencoba untuk menidurkannya. Meskipun
akhirnya dia muntah, dan segera kami mengganti seluruh seprei yang ada.
Tadi juga, teman sepermainannya
berusaha untuk usil. Dengan mencoba untuk menjatuhkannya lagi dari tangga.
Untung kulihat, dan akhirnya sianak tersebut kumarahi dengan sangat. Setelah kumarahi,
memang langsung berkata ia. Terkadang kemarahanku juga tak bisa dikendalikan. Langsung
main ancam dan mencoba memberikan proteksi yang aman bagi anakku. Meskipun hal
itu terlihat salah sebenarnya. Dan sekarang mencoba untuk tidak marah terlalu
berlebihan.
Beberapa kali kalau menilai
diriku sebagai orangtuanya, terkadang aku mau mencoba untuk berkata tidak
terhadap segala yang ia mainkan atau kerjakan. Mulai dari krayon, satu pak
dibeli, akhirnya yang tinggal hanya tinggal tiga batang krayon. Juga spidol
yang kubelikan isi 24, sekarang hanya tinggal beberapa lagi. Dan banyak hal
yang ia kerjakan, ia selalu berusaha untuk mengajak teman-temannya untuk
bermain dengan barang-barang yang ia temukan.
Dompetku juga selalu menjadi
sasaranya untuk ia preteli. Tak jarang aku marah akibat aksi
bongkar-bongkarnya. Sebab banyak kartu-kartu yang berharga disitu. Memang aku
juga sih yang salah. Selalu sembarang untuk meletakkan dompetku.
Bersyukur juga, meskipun
demikian, anakku tetap menjadi pribadi yang periang, dan selalu gesit kesana
kemari. Gak pernah diam kalau ada maunya, dan harus dia dapatkan apa yang
terlihatnya menarik menurutnya. Pernah ketika mengambil sesuatu di bawah tempat
tidur, dia berkata..”pa..pa..ambut..ambut..ambil”. Aku mencoba untuk
mengabaikannya bahwa gak ada sesuatu yang menarik dibawah tempat tidur kami. Tapi
akhirnya istriku bilang, “coba ikuti apa yang dibilangnya.” Akhirnya kugeser
lagi tempat tidurnya, dan memang ditemukannya sebuah ikat rambut. Baru
kumengerti apa yang ia maksud dengan ambut.
Dalam berbahasanya, kami selalu
berusaha untuk menekankan supaya jelas dalam berkata-kata. Meskipun usianya
baru dua tahun lebih, penekanan ketepatan dalam berkata-kata selalu kami coba
latih kedia. Apalagi istriku tak jemu-jemu untuk selalu memperbaiki apa kata
dan maksudnya.
Dia juga sudah mulai suka
corat-coret. Mulai dari kertas, buku-bukuku hingga dinding sekarang menjadi
sasarannya. Ketika aku atau istriku menulis sesuatu, tak jarang dia minta hal
yang sama untuk diambilkan pulpen dan buku. Melihat perkembangannya, hari ini
dalam menulis, dia sudah mulai mahir untuk menggunakan pulpen atau spidol dalam
genggamannya. Bahkan tadi hasil tulisannya meskipun konsepnya belum jelas, tapi
yang kulihat dia sudah mulai menuju ke hal-hal yang lebih detil atau mulai
menggambar dengan konsep gambar yang kecil. Tidak lagi hanya
lingkaran-lingkaran semata. Tapi sudah mulai ada ekor-ekor dari gambar-gambar
tersebut.
![]() |
Ziel usia 10 bulan |
Dalam hal membaca, aku bersyukur,
bisa menurunkan sikap yang baik kepadanya. Ditambah hobiku memang suka membaca,
dia terkadang meniru semua gaya-gayaku ketika membaca. Tak jarang juga
kutemukan dirinya, sedang asik membaca-baca sendirian. Ketika aksi itu dimulai,
aku berusaha untuk merekam atau memfoto kejadian tersebut. Pernah lupa
kumatikan bliz kameraku, akhirnya
aksiku ketahuan olehnya. Aku akhirnya tersenyum sendiri.
Juga berusaha untuk setiap pagi
atau malamnya, untuk bisa memperkenalkannya dengan Tuhan Yesus. Jadi ketika
selesai bernyanyi sama-sama memuji Tuhan, kemudian berdoa, juga kucoba untuk
menceritakan kisah-kisah dalam buku cerita yang disarikan dari Alkitab. Aku mulai
bingung juga, sebab stok buku-buku ceritaku sepertinya sudah habis. Jadi
terkadang buku-bukunya kembali kuulangi lagi ceritakan kepada mereka. Meskipun Zakheus
yang pendek. Dia selalu mencoba mengatakan, “itu Tuhan Yesusnya...itu Tuhan
Yesusnya”.
Baik boru-ku dan si doli-ku,
mereka kududukkan berhadapan dengan aku yang memegang gitar. Si-boruku kadang-kadang mengikuti nyanyian
yang sedang kami nyanyikan bersama. Terkadang mamanya memimpin ibadah singkat
kami, terkadang aku. Tapi kami selalu berusaha mengajarkan untuk selalu
bersyukur kepada Tuhan. Mengarkan bahwa Dia-lah yang sudah memberikan udara
yang sehat, matahari yang bersinar dipagi hari, papa dan mama yang bisa selalu
menemani, dan juga yang selalu menjaga. Intinya selalu mencoba bersyukur
disetiap harinya.
Tak jarang juga, siboruku, gemas melihat si abang yang
sedang duduk. Tekadang dia peluk adiknya dari belakang, dan mencoba menjatuhkan
ke arah dirinya. Meskipun akhirnya dia merasa sesak dengan berat badan si Abang
yang mulai berisi, akhirnya aku menolong dia untuk bisa terlepas dari
pelukannya.
Menjadikan rumah menjadi tempat
pembelajaran itu juga penting. Dinding-dinding rumah kutempeli dengan
huruf-huruf dan angka, berbagai macam hewan, burung, buah-buahan, alat
transportasi hingga jenis ikan-ikan. Ketika datang temannya kerumah, dia
terkadang menjadi guru menjelaskan apa gambar-gambar itu. Meskipun hampir
semuanya salah apa yang dia sebutkan ketika menyebutkan nama-nama yang ditunjuknya.
Tapi ada kulihat jiwa mau belajar dan mencoba-coba meskipun salah.
Pelajaran yang kudapatkan adalah mencoba untuk
menjadi orang tua yang terbaik bagi si Kakak dan si Abang. Tapi belajar juga
untuk tidak mengambil masa-masa sulit yang mungkin mereka hadapi. Termasuk
ketika makan, mencoba si kakak untuk makan makanannya sendiri tanpa disuapi. Meskipun
akhirnya semuanya belepotan, tapi gak
pa pa, dia sedang belajar untuk menggenggam sendok makan ke mulutnya. Mungkin
juga masa-masa sulit yang lain, ketika bermain dengan teman-temannya, dan
hal-hal lainnya.
Mendampingi mereka hingga mereka
menjadi anak-anak yang bertumbuh dengan maksimal, dan dengan potensi yang sudah
mereka miliki tentunya. Mencoba untuk melihat bakat-bakat mereka, meskipun saat
ini belum kutemukan.
Mendampingi mereka dimasa-masa
sulit mereka, tapi juga sekaligus berusaha untuk tidak mengambil atau
menyelesaikan masa-masa sulit tersebut. Baik ketika jatuh, tidak mencoba untuk
menyalahkan sekitarnya, tapi mengajarkannya untuk bangun kembali, dan mencoba
menghibur dia dengan berkata “tidak apa-apa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar