Selasa, 04 Juli 2017

ELISA DAN PERBUATANNYA (BAGIAN KE-3) KISAH NAAMAN & BARANG PINJAMAN



sumber gambar : suarainjil.com


Ujian Pemurnian (Kisah Naaman) 2 Raja-raja 5

Terkadang ketika kita sudah komitmen dalam suatu ladang pelayanan, cenderung kita akan mendapatkan sebuah proses pemurnian. Dan itu ternyata tidak gampang untuk bisa kita lewati. Kisah Naaman dalam konteks ini,sedang menderita kusta berat dan dia mendapatkan sebuah solusi ketika mau mendengarkan seorang anak kecil keturunan orang Israel yang kebetulan sedang ada di rumahnya. Ujian pemurnian pertama yang kita dapatkan adalah perendahan diri maupun hati kita. Ketika merasa terpanggil dalam suatu misi,terkadang  cenderung untuk tidak mendengarkan dan bahkan mengabaikan  bawahan kita atau orang yang ada disekeliling kita. Merasa diri kita yang paling hebat dan pendapat kita yang paling benar. Tapi kenyataannya, tidak semudah itu, kita masih harus membutuhkan saran atau pendapat orang yang sedang kita bina atau mungkin statusnya dibawah kita.

Dua kali Naaman harus mendengarkan seruan dari bawahannya. Pertama dari seorang Anak Kecil yang berada di rumahnya dan yang kedua, bersama bawahannya  ketika mereka sudah berada di depan pintu rumahnya Elisa. Elisa pada waktu itu tidak mau keluar rumah untuk menemui Namaan, sedang Elisa hanya menyuruh dia untuk pergi mandi ke sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Waktu itu hati Naaman sangat panas, sebab dalam awal pikirannya, Elisa bisa menjumpainya , memanggil nama Allahnya, serta menjamah sakitnya  sehingga sembuh. Kenyataan berbeda dari yang dibayangkan. Tapi beruntung dia masih mau mendengarkan bawahannya dan akhirnya menuruti perintah dari Nabi Elisa untuk berendam sebanyak 7 kali di sungai Yordan dan akhirnya sembuh.

Kedua, ujian pemurnian yang akan kita dapatkan adalah Uang. Naaman dalam proses pengobatan dirinya, dia juga sudah mempersiapkan persembahan untuk bisa diberikan kepada Elisa nantinya. Dia mempersiapkan sepuluh talenta perak (setara 340 kg),dan enam ribu syikal emas (setara 70 kg), serta sepuluh potong pakaian. Ketika Gehazi (hamba-nya)sudah melihat persembahan tersebut, pikiran dan hatinya langsung tergoda. Padahal jelas-jelas Elisa mengatakan bahwa dia tidak mau menerima apapun dari segala persembahan Naaman. Gehaji menerka-nerka pikiran tuannya  Elisa, bahwa dia terlalu segan untuk menerima pemberian Naaman. Akhirnya pergi untuk menjumpai Naaman ketika mau pulang ke negerinya.  Dan mendapatkan keinginannya. Tapi apa yang terjadi kemudian, dia harus menanggung penderitaannya Naaman yaitu kusta yang dideritanya menjadi pindah kepadanya dan kepada keturunannya juga. Akibat perbuatanya sendiri yang salah, yang kena konsekuensinya adalah seluruh keturunannya, anak cucunya sendiri.

Kedua tools atau alat ini sering dihadapi oleh setiap kita. Ego atau harga diri kita perlu direndahkan Tuhan, serendah-rendahnya hingga mungkin kita harus mulai dari nol lagi. Baru kita diberi kesempatan untuk melayani-Nya dengan komitmen yang diperbaharui dan sungguh-sungguh. Yang kedua adalah uang. Tidak sedikit hamba Tuhan yang juga jatuh dalam ranah ini. Sebab memang godaannya sangat besar, ditambah lagi mungkin melihat kondisi kita yang selalu berkekurangan. Ketika ada kesempatan untuk mengelola uang, kita pergunakan wewenang tersebut untuk memanipulasi data keuangan sehingga kita berdosa. Jadi melalui nats ini kita bisa diingatkan dan akhirnya menang dari dua ujian pemurnian ini, sehingga kita bisa layak untuk melayaninya.t



Sikap yang benar kepada barang pinjaman (2 Raja-raja 6:1-7) Kapak yang hilang
Kita sering sekali sepele terhadap hal-hal yang kecil dalam hidup kita. Contohnya dalam hal pinjam meminjam suatu barang. Ketika kita menganggap  harga dari barang terebut tidak seberapa mahal atau tidak terlalu berharga menurut kita, cenderung kita akan mengabaikannya dan akhirnya bisa lupa. Seperti meminjam pulpen, penggaris, atau buku kepada teman kita. ketika kita menganggap bahwa nilai dari barang tersebut tidaklah mahal maka kita akan segera memiliki pemahaman yang picik dan tidak bertanggung jawab.

Dalam konteks ini, kita bisa belajar  dari sikap seorang nabi, yang waktu itu mereka sedang membuka lahan baru untuk tempat tinggal, sebab tempat tinggal pertama sudah sangat sesak. Terjadilah, kapak yang dia pinjam terjatuh kedalam air. Dan meminta pertolongan Nabi Elisa untuk bisa mengambil mata kapak pinjamannya.  Artinya ketika kita sedang mendapatkan sebuah masalah, janganlah kita ragu-ragu untuk cerita dengan seorang nabi atau orang-orang yang sudah dekat dengan Tuhan. Untuk bisa mendapatkan solusi atas segala permasalahan kita.

Pernah saya melihat cerita hilangnya kapak ini dalam sebuah film animasi. Saya lupa judulnya apa tapi ceritanya hampir mirip dengan cerita kapak hilang tenggelam di sebuah danau. Kemudian ada seorang malaikat penolong yang bertanya kepada bapak tua yang menjatuhkan mata kapaknya. Tapi kemudian yang dimunculkannya pertama  adalah mata kapak yang terbuat dari perak. Si Bapak Tua tersebut, mengaku bahwa itu bukan punyanya.Kedua yang dimunculkan malaikat penolong itu adalah mata kapak yang terbuat dari emas. Langsung si bapak tersebut mengaku bahwa itu adalah kepunyaannya. Dan ternyata si Malaikat Penolong itu hanya mengujinya, dan langsung tampak kebohongan dari bapak tua tersebut. Akhir ceritanya si Bapak terus tampak sedih karena mata kapaknya yang dulu sudah hilang, kemudian mata kapak yang dari emaspun akhirnya ditarik kembali oleh si malaikat tersebut.

Tuhan juga pernah mengingatkan kita bahwa ketika setia dan taat kepada hal-hal yang kecil, maka kita akan diperaya untuk memimpin hal-hal yang besar.Oleh karena  itu  jangan pernah meragukan hal-hal kecil yang sedang dihadapkan ke kita. ketika kita taat dan setia kepada yang kecil-kecil, maka sedikit demi sedikit kepercayaan kepada kita akan semakin bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...