Sabtu, 08 Juli 2017

MEMBANGUN BANGSA LEWAT PENGAJARAN (Studi Terhadap Raja Yosafat-2 Tawarik 17)



sumber : Wikipedia


Raja Yosafat adalah salah satu raja yang takut akan Tuhan, dikatakan dalam ayat 6,bahwa dengan tabah hati ia menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala yang sudah dibangun oleh raja-raja sebelumnya. Ayahnya, yang bernama Raja Asa, bukanlah raja yang mengandalkan Tuhan selama masa hidupnya. Ketika melakukan peperangan selalu mengandalkan teman dari bangsa-bangsa lain, sehingga Tuhan pernah menyuruh Pelihat (Nabi-Nya) untuk pergi menegor Raja Asa. Dia marah dan langsung memenjarakan Nabi tersebut. Bahkan ketika dia sakit, tidak mau datang kepada Tuhan atau mencari pertolongan dari Tuhan, melainkan pergi  mencari pertolongan tabib . Kemudian pada akhirnya dia harus mati dan dikumpulan bersama nenek moyangnya.

Pembagian Kerajaan Israel & Yehuda (slideshare.net)

Diawal-awal masa dia memerintah sebagai Raja, Yosafat berfokus untuk memperkuat dirinya (ayat 1), dengan menempatkan tentara di semua kota yang berkubu di Yehuda, serta di kota-kota Efraim, yang telah berhasil direbut oleh ayahnya.

Langkah kedua mencari penyertaan Tuhan. Melalui hidup dengan mengikuti jejak pendahulunya, Daud, Bapa leluhurnya dan tidak mencari Baal-baal, melainkan mencari Allah ayahnya, hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak mengikuti pola hidup bangsa Israel

Langkah ketiga, ini merupakan langkah tema yang akan dibahas. Sebab langkah ini, merupakan langkah yang belum pernah dimulai atau dilakukan oleh raja-raja bangsa manapun di dunia. Baru Raja Yosafat sendirilah dan bahkan satu-satunya yang telah melakukan langkah berikut. Melalui langkah inilah sebenarnya maka percepatan kemajuan suatu bangsa dapat segera terealisasi dengan cepat dan baik. Yakni pada tahun ketiga pemerintahannya ia mengutus beberapa pembesarnya, yakni Benhail, Obaja, Zakharia, Nataneel, dan Mikha untuk mengajar di kota-kota Yehuda. (ayat 7). Serta di ayat 8, bersama-sama mereka turut juga beberapa orang Lewi, yakni Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, dll, juga diserta imam-imam Elisama dan Yoram. Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat Tuhan. Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat (ayat 9).

Artinya, kalau kita aplikasikan di kehidupan sekarang, untuk bisa mempercepat kemajuan bangsa kita, pemerintah pusat bangsa kita, yakni Bapak Presiden, beserta seluruh menteri-menterinya, juga pemerintah daerahnya, yakni Gubernur maupun Bupati dan Walikotanya, menyuruh staf elitnya sendiri, dan bahkan diri mereka sendiri untuk pergi langsung ke seluruh wilayah bangsa kita, untuk mengajar seluruh masyarakat Bangsa Indonesia.

Jokowi mendongeng (suara.com)

Bapak Jokowi sendiri pernah memberikan contoh, ketika hari anak nasional, beliau sendirilah, yang mengajar anak-anak secara langsung dengan mendongeng buat mereka. Mendongengkan cerita-cerita Rakyat kita yang sangat melegenda. Supaya bangsa kita tidak kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Nilai-nilai baik dan luhur yang merupakan warisan dari bangsa kita bisa akhirnya diwariskan kepada generasi-generasi penerus. Apalagi jika hal itu diembankan kepada para pemimpin bangsa kita, terjun langsung untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut, niscaya seluruh masyarakat, khususnya anak-anak, akan merasa sangat termotivasi untuk segera memiliki nilai-nilai yang diajarkan tersebut. Mereka melihat contoh nyata, bahwa nilai-nilai tersebut sudah dihidupi oleh para pejabat tersebut.

Itu juga berarti para pejabat yang turun tangan langsung untuk mengajar ke seluruh wilayah bangsa kita adalah, para pejabat yang juga merupakan pejabat yang jujur, berintegritas dan tangguh dalam mengemban misi yang disuruh oleh Presiden maupun jajarannya.

Saya kira ini, juga merupakan langkah praktis untuk mempercepat kemajuan pendidikan bangsa kita. Bila seluruh elit-elit bangsa kita mulai dari eksekutif, legislatif (para anggota DPR), maupun Yudikatif (Mahkamah Agung dan seluruh jajarannya) di seluruh Indonesia turun ke masyarakat, mengambil hari-hari tertentu, dalam gerakan mendidik anak bangsa. Niscaya bangsa kita akan segera menjadi bangsa yang besar sekaligus tangguh. Dan ini tentunya menjadi ingatan tersendiri bagi si anak, yang luar biasa, yang bisa mendorong mereka untuk segera merealisasikan mimpi-mimpi mereka.

Apa yang terjadi setelah langkah-langkah tersebut dikerjakan, yakni dengan memperkuat kota-kotanya, mencari penyertaan Tuhan dan hidup didalamnya, serta gerakan mengajar para pembesar yang  turun ke bawah untuk mengajar seluruh rakyat; ketakutan yang dari Tuhan menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat. Bahkan mereka bukan hanya takut, bangsa-bangsa tersebut juga membawa persembahan kepada Yosafat. Dan dikatakan juga bahwa Yosafat makin lama makin kuat, menjadi luar biasa kuat.

Berarti kalau kita coba ambil makna rohaninya dalam konteks sekarang, maka niscaya bangsa kita bisa menjadi bangsa yang sangat maju, baik perekonomiannya, baik karakter seluruh elemen bangsa, hingga pembangunan demi pembangunan di seluruh wilayah Bangsa Indonesia, mulai dari Aceh hingga  ke paling timur wilayah bangsa kita, yakni Merauke akan segera terealisasi dengan cepat. Bahkan wibawa para pemerintah kita akan semakin lama semakin kuat, dan akan sangat disegani oleh bangsa-bangsa lain.

sumber : aoc.com

Pemerintah bangsa kita, bisa mencoba menerapkan langkah-langkah ini yang sudah pernah diterapkan oleh Bangsa Israel, yakni Raja Yosafat. Coba melakukan langkah ketiga saja, membuat kegerakan mengajar anak bangsa oleh para elit pemerintah bangsa kita, niscaya kemajuan bangsa kita akan segera teralisasi. Disamping para pemimpin-pemimpin tersebut juga sudah harus memiliki karakter yang benar dalam hidup kesehari-hariannya, maupun ketika menjalankan amanah atau tanggung jawab yang sudah diembankan kepada mereka dalam memimpin bangsa ini.

Majulah bangsa ku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...