![]() |
sumber gambar : calculatorcitytocity.club |
Kenapa hal ini coba saya angkat
kali ini? Beberapa waktu yang lalu saya baru bisa bandingkan perbedaan kualitas
antara TV Pusat dan TV daerah. Dibeberapa kesempatan saya melihat ada kejanggalan
di beberapa TV daerah yang sedang tayang waktu itu. Beberapa kali bunyi suara
HP terdengar ketika sedang on air di sebuah acara Talkshow dengan membawakan tema tertentu. Dan hal itu sangat
mengganggu saya sebagai penikmat dari acara tersebut.
Pentingnya etika untuk menjaga
suara hp apalagi ketika kita sedang bertugas dalam penyiaran atau apapun itu
didepan publik. Kita mah gak mau dibilang menjadi kampungan hanya karena itu. Pernah
juga waktu itu, pengalaman pribadi, ketika pertama sekali hp baru muncul beberapa
tahun yang lalu. Sedang HP kala itu masih merupakan barang yang mahal dan hanya
baru segelintir orang yang punya. Dia sepertinya sengaja untuk selalu
menghidupkan suara atau nada panggilan pada hpnya yang waktu itu sedang ada
acara ibadah di salah satu gereja. Dan tanpa berniat untuk mematikan atau men-silent suara nada hpnya. Si Bapak
menjadi sorotan perhatian banyak orang kala itu. Dan dengan entengnya, keluar
sambil menyambungkan panggilan tersebut dengan berkata “Hallo” versi suara
batak yang keras.
Sekarang kalau hal itu masih
dilakukan oleh segelintir orang, yang pasti keluar dari pikiran orang adalah
kampungan atau istilah nya anak Jokowi,
Kaesang Pangarep, ‘ndeso’ di salah satu vlog-nya yang viral. Kayak baru pertama
aja memegang hp. Dan tentunya perbuatan tersebut juga menjadi batu sandungan
bagi orang lain serta tidak menjadi berkat.
Kembali kepada suara hp pada
siaran langsung oleh TV daerah. Coba kita perhatikan TV pusat entah channel apapun itu, tentunya sangat
jarang kalau kita melihat mereka ketika sedang bertugas kedengaran suara HP
ataupun sejenisnya. Mereka tampaknya selalu profesional ketika sedang
menjalankan tugasnya. Dan tentunya ini menjadi suatu keharusan bagi mereka
untuk bisa menjaga moment-moment tertentu ketika sedang meliput suatu berita
atau sedang mengadakan diskusi kepada para nara sumber yang ada.
Apalagi ketika bunyi-bunyian
suara HP itu hidup sewaktu sedang mewancarai nara sumber. Yang terjadi adalah baik
si pewancara maupun si narasumber pastinya tidak bisa konsentrasi lagi pada
tema pembicaraan yang sedang diobrolkan. Adanya gangguan eksternal yang tentunya
tidak sengaja dilakukan.
Hal tersebut bukan hanya sekedar mengganggu
yang sedang ada di dalam studio, tapi para pendengar ataupun para penonton
tentunya lebih merasa terganggu. Ketika hal itu sudah terjadi, tentunya para
pemirsa bisa saja memberikan penilaian yang jelek kepada instansi media TV
tersebut. Mungkin-mungkin juga akan segera mengganti channel TV-nya karena merasa sudah terganggu, meskipun temanya
sedang hot-hot nya dibicarakan.
Hal ini mungkin sudah masuk SOP (standard operasional procedure) penyiaran
kali yah. Pentingnya untuk segera menon-aktifkan HP atau men-silentnya. Juga bukan hanya kepada yang
sedang bertugas, tapi juga berlaku kepada orang yang menjadi narasumber. Supaya
ketika sedang on-air, hal itu
bukanlah lagi menjadi gangguan yang tentunya bisa menghilangkan citra positif
yang mungkin sedang kita bangun kala itu. Jangan sampai keluar istilah ini,
hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga.
Perlunya pengawasan dan perbaikan
kepada TV-TV daerah untuk segera berbenah diri. Seperti yang saya saksikan
beberapa waktu yang lalu. Bagaimana yah, apa perlu saya menyebutkan TV daerah
tersebut. Takutnya nanti bisa dibilang pencemaran nama baik. Tapi faktanya
seperti itu. Lain lagi kalau responnya adalah respon positif. Menerima segala
kritikan dan masukan dari para pendengar ataupun penonton dan segera
memperbaiki diri mereka diwaktu-waktu mendatang.
Sehingga meskipun liputan daerah,
tapi kualitasnya tidak sama dengan kualitas penyiaran TV yang ada di pusat. Juga kualitas dari sipembawa
acara juga mungkin perlu ditingkatkan. Menampilkan diri dengan tenang, rapi, terstruktur dan vokal ketika berbicara
merupakan hal yang perlu diperhatikan juga.
Tak sedikit pula orang yang jatuh
cinta kepada profesi ini, yakni menjadi penyiar, ataupun menjadi reporter. Apalagi
ketika sebuah media TV tersebut membuka lowongan untuk menjadi penyiar,
tentunya lamaran-lamaran yang datang tentunya tidak sedikit. Mulai dari jurusan
publik speaking ataupun jurusan
komunikasi dan sejenisnya yang mendaftar, hingga ke berbagai multi disiplin
yang diluar seperti jurusan komputer, dokter, perawat dan lain-lain. Yang
tentunya ingin mencoba beberapa peruntungan dibidang ini. Seperti Tina Talisa
seorang presenter terkenal dan handal, yang ternyata merupakan seorang dokter
gigi.
Sekali lagi pesannya mari kita
menjaga etika bunyi suara HP kita. Apalagi ketika sedang melaksanakan tugas didepan umum,
baik sebagai penyiar, reporter ataupun
pembicara maupun sebagai narasumber. Perlu manjaga hal ini dengan
sebaik-baiknya, supaya kita dikenal sebagai orang yang memiliki sopan santun yang
baik.
Satu lagi bagi TV daerah tersebut,
perlu dengan segera untuk membenahi diri mereka lebih lagi. Untuk bisa menjaga
dan menghindari hal-hal semacam itu yang bisa mengurangi konsentrasi dari para
pendengar atau penonton yang sedang menikmati acara tersebut. Sehingga kita
para penonton akhirnya bisa melabel bahwa
kualitas TV daerah ternyata tidak jauh beda dengan TV-TV yang ada di pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar