Minggu, 30 Juli 2017

ETIKA BUNYI SUARA HP



sumber gambar : calculatorcitytocity.club


Kenapa hal ini coba saya angkat kali ini? Beberapa waktu yang lalu saya baru bisa bandingkan perbedaan kualitas antara TV Pusat dan TV daerah. Dibeberapa kesempatan saya melihat ada kejanggalan di beberapa TV daerah yang sedang tayang waktu itu. Beberapa kali bunyi suara HP terdengar ketika sedang on air di sebuah acara Talkshow dengan membawakan tema tertentu. Dan hal itu sangat mengganggu saya sebagai penikmat dari acara tersebut.

Pentingnya etika untuk menjaga suara hp apalagi ketika kita sedang bertugas dalam penyiaran atau apapun itu didepan publik. Kita mah gak mau dibilang menjadi kampungan hanya karena itu. Pernah juga waktu itu, pengalaman pribadi, ketika pertama sekali hp baru muncul beberapa tahun yang lalu. Sedang HP kala itu masih merupakan barang yang mahal dan hanya baru segelintir orang yang punya. Dia sepertinya sengaja untuk selalu menghidupkan suara atau nada panggilan pada hpnya yang waktu itu sedang ada acara ibadah di salah satu gereja. Dan tanpa berniat untuk mematikan atau men-silent suara nada hpnya. Si Bapak menjadi sorotan perhatian banyak orang kala itu. Dan dengan entengnya, keluar sambil menyambungkan panggilan tersebut dengan berkata “Hallo” versi suara batak yang keras.

Sekarang kalau hal itu masih dilakukan oleh segelintir orang, yang pasti keluar dari pikiran orang adalah kampungan atau istilah nya  anak Jokowi, Kaesang Pangarep, ‘ndeso’ di salah satu vlog-nya yang viral. Kayak baru pertama aja memegang hp. Dan tentunya perbuatan tersebut juga menjadi batu sandungan bagi orang lain serta tidak menjadi berkat.

Kembali kepada suara hp pada siaran langsung oleh TV daerah. Coba kita perhatikan TV pusat entah channel apapun itu, tentunya sangat jarang kalau kita melihat mereka ketika sedang bertugas kedengaran suara HP ataupun sejenisnya. Mereka tampaknya selalu profesional ketika sedang menjalankan tugasnya. Dan tentunya ini menjadi suatu keharusan bagi mereka untuk bisa menjaga moment-moment tertentu ketika sedang meliput suatu berita atau sedang mengadakan diskusi kepada para nara sumber yang ada.

Apalagi ketika bunyi-bunyian suara HP itu hidup sewaktu sedang mewancarai nara sumber. Yang terjadi adalah baik si pewancara maupun si narasumber pastinya tidak bisa konsentrasi lagi pada tema pembicaraan yang sedang diobrolkan. Adanya gangguan eksternal yang tentunya tidak sengaja dilakukan.

Hal tersebut bukan hanya sekedar mengganggu yang sedang ada di dalam studio, tapi para pendengar ataupun para penonton tentunya lebih merasa terganggu. Ketika hal itu sudah terjadi, tentunya para pemirsa bisa saja memberikan penilaian yang jelek kepada instansi media TV tersebut. Mungkin-mungkin juga akan segera mengganti channel TV-nya karena merasa sudah terganggu, meskipun temanya sedang hot-hot nya dibicarakan.

Hal ini mungkin sudah masuk SOP (standard operasional procedure) penyiaran kali yah. Pentingnya untuk segera menon-aktifkan HP atau men-silentnya. Juga bukan hanya kepada yang sedang bertugas, tapi juga berlaku kepada orang yang menjadi narasumber. Supaya ketika sedang on-air, hal itu bukanlah lagi menjadi gangguan yang tentunya bisa menghilangkan citra positif yang mungkin sedang kita bangun kala itu. Jangan sampai keluar istilah ini, hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Perlunya pengawasan dan perbaikan kepada TV-TV daerah untuk segera berbenah diri. Seperti yang saya saksikan beberapa waktu yang lalu. Bagaimana yah, apa perlu saya menyebutkan TV daerah tersebut. Takutnya nanti bisa dibilang pencemaran nama baik. Tapi faktanya seperti itu. Lain lagi kalau responnya adalah respon positif. Menerima segala kritikan dan masukan dari para pendengar ataupun penonton dan segera memperbaiki diri mereka diwaktu-waktu mendatang.

Sehingga meskipun liputan daerah, tapi kualitasnya tidak sama dengan kualitas penyiaran TV yang  ada di pusat. Juga kualitas dari sipembawa acara juga mungkin perlu ditingkatkan. Menampilkan diri dengan tenang, rapi,  terstruktur dan vokal ketika berbicara merupakan hal yang perlu diperhatikan juga.

Tak sedikit pula orang yang jatuh cinta kepada profesi ini, yakni menjadi penyiar, ataupun menjadi reporter. Apalagi ketika sebuah media TV tersebut membuka lowongan untuk menjadi penyiar, tentunya lamaran-lamaran yang datang tentunya tidak sedikit. Mulai dari jurusan publik speaking ataupun jurusan komunikasi dan sejenisnya yang mendaftar, hingga ke berbagai multi disiplin yang diluar seperti jurusan komputer, dokter, perawat dan lain-lain. Yang tentunya ingin mencoba beberapa peruntungan dibidang ini. Seperti Tina Talisa seorang presenter terkenal dan handal, yang ternyata merupakan seorang dokter gigi.

Sekali lagi pesannya mari kita menjaga etika bunyi suara HP kita. Apalagi  ketika sedang melaksanakan tugas didepan umum, baik sebagai  penyiar, reporter ataupun pembicara maupun sebagai narasumber. Perlu manjaga hal ini dengan sebaik-baiknya, supaya kita dikenal sebagai orang yang memiliki sopan santun yang baik.

Satu lagi bagi TV daerah tersebut, perlu dengan segera untuk membenahi diri mereka lebih lagi. Untuk bisa menjaga dan menghindari hal-hal semacam itu yang bisa mengurangi konsentrasi dari para pendengar atau penonton yang sedang menikmati acara tersebut. Sehingga kita para penonton akhirnya bisa melabel bahwa kualitas TV daerah ternyata tidak jauh beda dengan TV-TV yang ada di pusat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...