![]() |
sumber gambar : bisnis.tempo.co |
Sampai sekarang kepolisian belum
bisa menetapkan siapa tersangka dalam kasus PT IBU (Indo Beras Unggul),
supplier beras merk Maknyus dan Ayam Jago. Meskipun telah dilakukan
penggerebekan oleh gabungan satgas pangan, kepolisian dan pihak kementerian
pada tanggal 20 Juli lalu. Pada
penggerebekan itu telah disita beras sebanyak sekitar seribu ton lebih, yang
rencananya beras itu akan didistribusikan selama kurang lebih hanya satu minggu
saja oleh PT tersebut.
Pengakuan bapak Menteri
Pertanian, Bapak Amran Sulaiman, bahwa telah terjadi penyimpangan proses
produksi mereka. Beras yang mendapatkan subsidi dari pemerintah, IR64, itu yang
dibeli oleh pihak perusahaan. Beras yang kualitasnya bukan setara beras premium
dijadikan oleh perusahaan menjadi premium. Tapi apapun alasan-alasan
penggerebekan yang telah dilakukan tersebut, buktinya sekarang pihak kepolisian
belum bisa menetapkan siapa yang menjadi tersangka dalam kasus ini. Setelah
dipanggil beberapa saksi kemarin, 26 Juli, Kepolisian membantah bahwa mereka
kesulitan menetapkan siapa yang menjadi tersangkanya.
Juga PT IBU dituding bahwa mereka telah memanipulasi kandungan giji
dari beras yang mereka produksi. Dan juru bicara PT IBU Jo Tjong Seng,
mengklarifikasi semuanya pada konferensi pers yang digelar di Gedung BEI,
Jakarta Selatan, Selasa (25/7/2017).
Jo mengatakan, “Kami mau tegaskan
bahwa angka 25 persen yang tercantum di kemasan itu adalah AKG (angka kecukupan
gizi), bukan kandungan gizinya. Secara umum, kisaran kandungan karbohidrat pada
beras putih 74-81 persen. Ini inisiatif kami untuk menginformasikan bagaimana
pola gizi konsumen atau pola diet dalam memenuhi gizi harian. “ (Sumber kompas)
Didalam temuan Satgas Pangan
melalui hasil lab ditemukan kandungan karbohidrat sekitar 81,45%, yang ternyata
berbeda dengan yang tercantum pada kemasan Cap Ayam Jago, yaitu 25 persen. Juga
adanya perbedaan kadar protein yang dicantumkan sebesar 14%, ternyata hasil uji
laboratorium sebesar 7,73 persen.
Banyak hal yang diklarifikasi
oleh pihak PT IBU kemarin, untuk bisa meluruskan dugaan yang mungkin bisa membuat
perusahaan semakin down dan bisa-bisa
berhenti beroperasi. Semenjak pasca digerebeknya PT tersebut, sepertinya aktivitas
karyawan masih berjalan dengan lancar seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Kita sebagai masyarakat,
hendaknya semakin cerdas dalam memilah-milah mana berita-berita yang hoax, mana
yang juga benaran. Meskipun faktanya telah terjadi semacam penggerebekan, bukan
berarti telah terjadi suatu kesalahan yang extraordnary.
Dan meskipun terjadi kesalahan, kita juga hendaknya tidak memperkeruh keadaan. Mari
kita biarkan institusi yang berkaitan yang memproses semuanya.
Ketika terjadi adanya dugaan penyimpangan,
biarlah pihak kementerian, kepolisian, ombusdman, maupun pihak perusahaan, bisa
saling bersinergi untuk bisa menyelesaikan masalah ini dengan segera.
Sebagai masyarakat yang tentunya
menjadi konsumen dalam produk-produk yang ditawarkan perusahaan apapun itu,
hendaknya kita juga bisa semakin cerdas dalam memilih produk yang sesuai dengan
kebutuhan kita. Cerdas dan cermat dalam melihat setiap produk yang ditawarkan.
Jangan sampai tiba pada suatu titik, merasa bahwa kita telah ditipu selama ini.
Sehingga bisa menimbulkan penyesalan. Sebab penyesalan selalu datangnya diakhir
dan biasanya terlambat.
Juga suatu kemustahilan jika
melarang masyarakat yang memang gemar akan hal-hal yang premium dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Meskipun
barangnya lebih mahal jika dibandingkan dengan beras normal, ternyata mereka memang
lebih doyan memilih produk-produk yang sudah punya branding dalam masyarakat.
Kita juga gak bisa
melarang-larang suatu perusahaan, ketika mereka melihat ada peluang bisnis yang
besar dari pengelolaan beras ini. Juga ketika mereka memiliki alat produksi
yang canggih dalam mengelola beras yang ada, sehingga mereka berani
mengeluarkan statement premium dalam
produknya. Disamping itu mereka juga mampu membeli setiap gabah-gabah yang dijual
oleh petani kepada perusahaan bisa diatas standar. Berarti petani kita
diuntungkan dengan sistem tersebut. Petani diuntungkan, pengusaha juga
diuntungkan.
Tapi bagi pemerintahan hal itu
menjadi suatu kebuntungan dan kebuntuan, pasalnya, petani yang mereka support selama ini, sepertinya
menghianati mereka. Susah payah membantu para petani supaya tidak terlalu
terbeban dalam benih maupun pupuk yang disubsisi, dan berbagai produk bantuan
lainnya. Akhirnya hasil beras akhir yang akan diterima masyarakat kembali
menjadi tinggi dan sulit untuk dijangkau masyarakat yang berekonomi lemah dan
kecil.
Seandainya beras memang menjadi
suatu produk vital dalam masyarakat,
hendaknya itupun jikalau pemerintah berani, tidak memasukkan komoditas beras ke
dalam mekanisme pasar yang ada. Sebab ketika barang apapun itu, ketika sudah
masuk mekanisme pasar, pasar sendirilah yang menentukan harga dari komoditas
itu.
Pemerintah berani untuk mengambil
alih semuanya, mulai dari proses di petani hingga menjadi produk akhir ke
pemerintah. Dimulai dari penanaman hingga proses penuaian, penggilingan, sampai
dikepul oleh institusi resmi, semuanya prosesnya ditangani langsung oleh petani
dan pemerintah. Niscaya hal ini juga baik untuk dikerjakan. Pasalnya
petani-petani kita sepertinya dipekerjakan langsung oleh pemerintah, dan
mengurangi beban kerugian masyarakat petani secara signifikan. Sebab mereka tidak perlu bingung lagi untuk menjual
sama siapa hasil panen mereka.
Langkah itu mungkin agak sulit
diterapkan, sebab komoditas beras dikelola sistem pasar kita yang ada.
Aturan-aturan pembatasan nilai jual beras sepertinya kurang efektif untuk
diterapkan. Pasalnya kita tidak bisa melarang orang atau perusahaan yang mau
berinovasi terhadap produk tersebut. Juga tidak bisa melarang konsumen atau
masyarakat yang ternyata mau mengeluarkan uang yang lebih untuk membeli produk
tersebut.
Dan terakhir pesannya jangan
terlalu mudah diprovokasi oleh suatu hal. Serta juga jangan terlalu cepat untuk
menghakimi orang-orang yang mungkin telah berbuat salah. Hendaknya kita bisa
memberikan proporsi yang tepat terhadap hal-hal tersebut. Sehingga hidup dan
kehidupan berbangsa kita semakin lebih damai.
Penulis adalah pemerhati sosial tinggal di Sibolangit, pengajar di STT Terpadu
PESAT Sibolangi, dan alumni UNIMED,
Sibolangit, 27 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar