![]() |
sumber : tribunnews.com |
Melihat kondisi di Sumatera Utara
semakin ramai dengan dukung mendukung kepada salah satu calon kepala daerah
yang nantinya akan dipilih ditahun depan, 2018, aku mau mencoba memberikan
sedikit tanggapanku. Apalagi gereja-gereja seakan-akan tidak mau ketinggalan
untuk mengusung salah satu kandidat yang sudah mau resmi dinyatakan akan
diusung oleh partai tertentu. Aku sebagai bagian dari warga Provinsi Sumatera Utara
merasa sangat miris melihat gereja langsung ambil ancang-ancang dalam
menentukan pilihan mereka untuk terlibat dalam politik praktis.
J.R. Saragih salah satu calon
kandidat dari Partai yang berlambang mercy, beruntung mendapatkan empat
dukungan sekaligus dari gereja-gereja besar yang ada di Sumatera Utara ini.
Mulai dari GKPS, HKI, GKPI dan akhirnya HKBP. Para pimpinan dari empat aras
gereja besar ini, seakan-akan menyuarakan bahwa seluruh warga gereja turut mendukung
dari pencalonan dari bapak tercinta kita ini. Tidak tahu pasti apa yang membuat
para pucuk pimpinan gereja-gereja ini sehingga memutuskan untuk mendukung salah
satu dari kandidat Gubernur Sumut nantinya.
Gereja-gereja yang ada di
Indonesia tercinta ini, seharusnya hadir sebagai jawaban dari segala
permasalahan bangsa kita. Sebab gereja adalah lembaga bentukan dari Allah Bapa
secara langsung. Tuhan Yesus, ketika Ia belum naik ke surga, bertanya kepada
Petrus sampai tiga kali. Apakah engkau mengasihi-Ku? Dua kali Petrus menjawab :
“aku Filia (kasih kepada sesama manusia) kepada-Mu Yesus.” Kemudian dijawaban
terakhir, akhirnya mengatakan “aku Agapao (kasih kepada Allah) kepada-mu. “ Kemudian
Tuhan Yesus memerintahkan : “Gembalakanlah domba-dombaku.”
![]() |
sumber : pena katolik |
Dan perintah Tuhan Yesus itu bukan hanya terhenti
sampai kepada Petrus, tapi juga kepada kita sekarang ini. Terkhusus kepada para
pemimpin gereja-gereja, seharusnya mereka bisa menggembalakan domba-dombanya
(jemaat-Nya Tuhan) ke arah yang benar. Tapi melihat kondisi gereja sekarang
sudah banyak terlibat dan mengacu kepada aturan-aturan kaku, dogma-dogma,
bahkan mungkin liturgi-liturgi, yang katanya bisa mendekatkan diri langsung
kepada Allah Bapa. Tapi kenyataannya, aturan gereja seakan-akan lebih tinggi
statusnya dari Firman Tuhan dalam Alkitab. Antara gereja yang satu dengan
gereja yang lainnya saling mengklaim bahwa gerejanyalah yang paling benar. Atau disatu gereja merasa paling dipenuhi Roh
Kudus,sedang di gereja yang lain, tidak
ada Roh Kudusnya.
Lebih parah lagi sekarang, gereja
seakan-akan terlibat langsung dengan politik praktis. Mungkin harapannya dukungannya
tersebut bisa mendapatkan imbalan yang pantas dari calon yang didukungnya
tersebut. Sebab imbalan tersebut adalah tawaran yang menggiurkan,yang bisa
membuat sumber keuangan gereja semakin lebih gendut lagi. Atau bisa jadi individu-individu
tertentu akan mendapatkan banyak fasilitas dan akan lebih mudah mengakses sang
pemimpin yang mereka telah dukung tersebut. Seperti minta balas jasa akibat
dari dukungan yang telah diberikan.
Kalau menang, kayaknya
gereja-gereja akan semakin dekat dengan tujuan awalnya dan semakin bersemangat
dalam melakukan pelayanan. Tapi kalau yang didukung itu kalah, pastinya yang
tampak adalah kekecewaan yang sangat mendalam, bisa-bisa pelayanannya malah
dianggurkan atau dibiarkan,tidak lagi memberikan pelayanan yang terbaik.
Spirit yang sekarang dialami oleh
kebanyakan gereja adalah orientasinya uang atau adanya imbalan dari pelayanan
yang telah dilakukan. Dan memang faktanya sekarang terjadi. Apapun bentuk
pelayanan yang akan diterima jemaat
nantinya, dalam proses pengurusannya selalu memuat yang namanya uang. Baik itu
uang blangko, uang hamauliateon (ucapan
terima kasih), hingga setoran wajib yang sudah merupakan aturan bersama yang
telah dibuat oleh gereja tentunya. Jadi seakan-akan besar kecilnya bentuk
imbalan yang nantinya akan diterima, mempengaruhi besar kecilnya semangat yang
akan terpancar dari wajah sang pelayan Hamba Tuhan tersebut.
Pernah suatu ketika berdiskusi
dengan teman-teman hamba Tuhan yang tergabung dalam wadah BKAG (Badan Kerjasama
Antar Gereja) yang ada di Kecamatan Sibolangit. BKAG ini baru terbentuk setahun
yang lalu, tapi sebenarnya beberapa puluh tahun yang lalu sudah terbentuk, tapi
akhirnya vakum, dikarenakan dana-dana atau uang tidak bisa dikelola dengan
baik. Jadi sekarang spiritnya yang kutangkap adalah bagaimana memaksimalkan
bantuan-bantuan pemerintah yang seharusnya sudah ada dalam APBD, bisa sampai ke
seluruh anggota BKAG. Sebab faktanya, menurut pengakuan dari salah seorang
Hamba Tuhan, bahwa yang selama ini diterima oleh gereja-gereja adalah uang saku
dari kepala daerah tertentu, dan belum masuk ke APBD. Artinya yang diterima
gereja-gereja angkanya sangat kecil, jika dibandingkan dengan bantuan
pemerintah ke agama mayoritas bangsa kita.
![]() |
sumber : waspada online |
Juga aku teringat sewaktu masih
di kampung dulu beberapa puluh tahun yang lalu, di Sibolga. Waktu itu gereja
kondisi bangunannya sangat memprihatinkan dan berencana mau buat Pesta
Pembangunan Gereja. Harapan para panitia pesta pembangunan yang paling besar
kulihat adalah tertuju kepada pemerintah setempat. Dan akhirnya dapat “janji
bantuan sekian puluh juta”, tapi gak pernah terealisasi janji manis dari sang
kepala daerah tersebut. Ketika hanya mendengar saja ketika pesta, sangat
bersemangat, meskipun tidak pernah ada realisasinya setelah beberapa bulan
hingga berapa tahun, setelah pesta usai.
Kondisi gereja sekarang,
seakan-akan sudah menjadi gereja peminta-minta. Yang seharusnya hal tersebut
tidak terjadi. Sebab gereja sebenarnya memiliki banyak potensi dalam dirinya sendiri
yang kalau diperdayakan sedemikian rupa, bisa membangun jemaatnya semakin lebih
baik lagi. Juga bukan hanya membangun jemaatnya sendiri, bahkan bisa membangun
daerah hingga bangsa ini.
Jikalau gereja kembali kepada spirit Tuhan Yesus ketika memanggil
Petrus untuk melanjutkan pelayanan yang akan ditinggalkan-Nya. Dan akhirnya
Petrus berhasil membangun jemaat pertama. Ketika dia berkhotbah ada 3000-an
orang yang langsung bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya
secara pribadi. Dan setiap hari ditambah-tambahkan jumlah orang yang percaya. Kemudian
yang terjadi lagi adalah jemaat mula-mula tersebut, semuanya mereka mudah untuk
saling berbagi antara satu dengan yang lainnya. Saling menopang dan mendukung
antara jemaat-jemaat. Adanya kerelaan hati yang betul-betul mendalam sehingga
bisa mengekspresikannya dalam wujud memberikan apa yang masing-masing mereka
miliki.
![]() |
Gereja menjadi penyembah yang benar dan mencari jiwa-jiwa |
Gereja harus berfokus mencari
jiwa-jiwa yang terhilang. Dan tidak terfokus kepada apa bantuan pemerintah yang
bisa didapatkan. Serta juga tidak sampai
menghabiskan sumber daya gereja yang ada hanya untuk mendukung calon-calon
kepala daerah tertentu dan terlibat politik praktis. Tapi seharusnya berfokus
bagaimana menolong masyarakat yang semakin miskin, menolong para pemuda yang terlibat
dengan judi, narkoba maupun free sex, sehingga
betul-betul terealisasi bahwa Gereja adalah Jawaban bagi segala permasalahan
yang timbul di bangsa ini. Para pemimpin daerah lebih memilih bertanya kepada
gereja, bukan bertanya kepada dukun-dukun sakti, sebab mereka tahu bahwa gereja
punya solusi dalam permasalahan bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar