![]() |
Kapal dewaruci |
Dalam Bahasa Inggris ada dua kata
untuk rumah. Pertama House yang
berarti rumah yang hanya sekedar gedung nya saja disertai alat-alat rumah
tangga di dalamnya. Sedangkan Home
adalah rumah yang bukan hanya sekedar gedungnya melainkan suasana di dalamnya,
berupa keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak maupun anggota keluarga lainnya.
Home menjadi suatu yang sangat dirindukan
oleh masing-masing anggota keluarga. Sedangkan house hanya sesuatu yang menjadi tempat tinggal, tanpa ada rasa
kekeluargaan terjalin disana.
Kita mudah sekali untuk membangun
house tanpa adanya home didalamnya. Dan juga mudah sekali
untuk menghancurkan house /gedungnya,
tapi kalau menghancurkan home jangan
harap bisa terjadi. Sebab ketika housenya
dihancurkan, seluruh anggota keluarga masih bisa merasakah home (suasana kekeluargaan) dipuing-puing house yang dihancurkan dan akan tetap merasakannya meskipun
dibangun lagi sekedarnya.
Begitu juga dengan laut kita. Ada
dua sikap yang harus dipilih, yaitu menjadikan lautan kita hanya sebagai house yang berarti, hanya sekedar lautan
yang tidak kita olah sebaik mungkin tapi cenderung untuk menggerus terus
keberadaannya atau kekayaan didalamnya tanpa memeliharannya kembali. Atau
menjadikan lautan kita menjadi home,
yang berati lautan tersebut kita kelola sebaik mungkin dan memperlakukannya
bukan seolah-olah hanya untuk generasi
kita saja tetapi juga untuk generasi yang akan datang .
Bersyukur kita punya panglima
laut, meskipun hanya tamatan SMP, tapi kualitasnya tidak kalah dengan orang
yang sudah profesor sekalipun. Ibu Susi dipilih oleh Bapak Jokowi sebagai
punggawa untuk bisa mengelola kelautan kita, yang sudah lama kita belakangi
atau punggungi. Ibu Susi diangkat untuk menjadi menteri di Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). Bapak Jokowi seorang yang super cermat dan mengetahui potensi-potensi
terpendam yang luar biasa yang dimiliki oleh para pembantunya di pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh Ibu Susi, cenderung awalnya ditolak oleh berbagai pihak atau
masyarakat nelayan kita, tapi memang hal itulah yang sebenarnya terbaik untuk
bisa dikerjakan saat ini. Untuk bisa membenahi kembali kekayaan kelautan kita yang
sudah lama kita gerus terus secara habis-habisan. Seperti kebijakan pelarangan
penggunaan cantrang oleh para nelayan kita. Yang menurut pandangan beliau,
bahwa penggunaan cantrang secara terus menerus oleh nelayan kita,bisa
mengakibatkan kerusakan lautan kita.
Memang bagi nelayan penggunaan
cantrang sangatlah ekonomis, tapi bila terus dibiarkan akan membawa bencana
bagi kita. Awalnya memang berat bagi para nelayan, bahwa pil pahit ini harus ditelan
dan dilaksanakan oleh seluruh pihak khususnya para nelayan. Dan akhirnya terjadilah
kemarin pada tanggal 11 Juli, para nelayan kita menggelar demonstrasi di istana.
Beberapa perwakilannya diterima di Istana oleh Kepala Staf Kepresidenan, Bapak
Teten Masduki. Serta menghasilkan beberapa mufakat, yakni salah satunya
mengundurkan waktu penggunaan cantrang oleh nelayan hingga Desember 2017.
Biasanya, peristiwa-peristiwa
penggalangan massa oleh pihak tertentu, pastilah ditumpangi oleh banyak pihak
terutama para elit, untuk bisa membidik orang yang layak untuk dijatuhkan. Momen
tersebut pastinya tidak akan disia-siakan dan akan terus menerus mengompori
pemerintah untuk segera mereshuffle
kabinetnya lagi. Diisukan bahwa Ibu Menteri Susi tidak layak lagi untuk menjadi
menteri di Kementerian Kelautan. Tapi saya yakin Bapak Jokowi tetap akan
memilih orang yang terbaik ditempat yang terbaik. Beliau tidak sembarangan
ketika mengangkat dan memberhentikan setiap pembantunya didalam membangun
bangsa ini.
Kemudian kebijakan Ibu Menteri
kita ini, yang sempat dikecam oleh masyarakat kita maupun masyarakat
internasional adalah mengenai
penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan. Entah sudah berapa ratus kapal yang
sudah ditenggelamkan. Tapi dengan kebijakan ini, bisa menolong kembali
ekplorasi perekonomian kita melalui ikan laut semakin meningkat dengan
signifikan. Dinyatakan (sumber) bahwa tahun ini, stok ikan mencapai 12,5 juta
ton. Jumlahnya naik dibanding 2013, yaitu sebesar 6,5 juta ton.
Ibu Susi mengatakan perlu ada
koordinasi yang baik antara polisi, TNI, Badan Keamanan Laut, kejaksaan, serta Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk bisa menekan tindak pencurian ikan atau illegal fishing. Akhirnya dibentuk
satgas 115 (satuan tugas pemberantasan penangkapan ikan secara illegal). Satgas
ini dibentuk utuk bisa menuntaskan kejahatan di laut Indonesia. Dikatakan bahwa
sejak Oktober 2014, Ibu Susi telah memerintahkan penenggelaman setidaknya 380
kapal yang terbukti melakukan pencurian ikan.
“Masih banyak PR yang belum kita
selesaikan,... perlunya keteguhan dan konsistensi memerangi Illegal, Unreported, and Unregulated
(IUU) Fishing. Kita boleh bicara
Indonesia sekarang sudah berada menjadi pioneer dibandingkan negara-negara
lain,”tutur Susi menutup Rakornas di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Rabu
(12/7/2017).
Dan memang negara kita menjadi
pioner dalam mengatasi kejahatan Illegal
Fishing maupun IIU Fishing. Hal itu ditunjukkan ketika mendaulat Ibu kita
tercinta ini menjadi Pembicara Utama di Simposium Kepemimpinan Global tentang
masa depan kelautan yang diselenggarakan The
Pew Charitable Trust di Amerika
Serikat. Dan pada saat kesempatan itu juga beliau mendapatkan penghargaan Peter Benchley Ocean Awards, penghargaan
paling prestisius di dunia kemaritiman internasional. Juga tak cukup sampai
disitu, Ibu Susi juga menjadi inspirator komikus dari Jepang dengan membuat Ibu
Susi menjadi tokoh utama dalam karakter manga di sebuah komik yang di rilis di
Jepang baru-baru ini. Digambarkan dalam komik tersebut, upaya peperangan
terhadap illegal fishing dengan menenggelamkan kapal-kapal pencuri tersebut.
Potensi Ekonomi yang Luar Biasa
Bapak Jokowi pernah menyatakan
bahwa potensi ekonomi kita di sektor kelautan dan perikanan bisa mencapai
US$1,33 trilliun bila pengelolaannya dilakukan dengan inovasi atau menggunakan terobosan
baru. Oleh karena itu, beliau melanjutkan untuk perlu meninggalkan cara-cara
lama dalam pengelolaan potensi kelautan kita ini. Misalnya dengan menggunakan
metode Offshore aquaculture.
Jokowi mencontohkan negara lain
seperti Norwegia dan Taiwan yang sudah mencanangkan bentuk offshore aquaculture. Dikatakan bahwa kita sudah berpuluh-puluh
tahun tidak berani melompat. Padahal kebijakan itu bukan barang mahal.
“Hanya Rp.47 milliar. Enggak
Mahal. Kalau kita belum bisa kerjakan sendiri, joinkan, kerja samakan, biar ada
transfer of knowledge. Tanpa itu kita tidak akan pernah meloncat. Kita itu
terlalu rutinitas, terlalu monoton, terlalu linear, padahal dunia perubahan
cepat sekali,” kata Jokowi dalam pidato pembukaan Rakornas Kemaritiman 2017 di
Gedung Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Kamis (4/5/2017).
Oleh karena itu, negara kita
perlu banyak research dan penelitian
untuk bisa mengelola kelautan kita dengan baik dan maksimal. Perlu banyak orang
yang berani untuk mengabdikan dirinya untuk terlibat dalam mengelola kelautan
kita. Disamping itu juga perlu untuk menjadikan lautan kita sebagai home kedua dalam kehidupan berbangsa saat ini. Supaya ketika kita merasakan home di lautan, niscaya kita akan betah
untuk mengelola sumber potensi laut yang luar biasa.
Perlu kepimimpinan yang berani
dalam mengelola semua potensi kelautan kita. Perlu orang sehebat dan seberani
Ibu Susi dalam menenggelamkan kapal pencuri. Juga perlu seorang pemimpin yang
visioner, seperti Bapak Jokowi yang ternyata mampu mengejewantahkan segala visi
misi tersebut kedalam langkah-langkah pembangunan yang sudah kita lihat sedang
bergeliat terus membangun dirinya. Sehingga akhirnya ada kebanggaan tersendiri,
ketika kembali menyanyikan lagu berikut :
Nenek moyang ku seorang pelaut
Gemar mengarungi luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b’rani bangkit sekarang
Ke laut kta beramai-ramai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar