Rabu, 12 Juli 2017

Lautan Itu, Rumah-Home Kedua Bangsa Kita


Kapal dewaruci

Dalam Bahasa Inggris ada dua kata untuk rumah. Pertama House yang berarti rumah yang hanya sekedar gedung nya saja disertai alat-alat rumah tangga di dalamnya. Sedangkan Home adalah rumah yang bukan hanya sekedar gedungnya melainkan suasana di dalamnya, berupa keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak maupun anggota keluarga lainnya. Home menjadi suatu yang sangat dirindukan oleh masing-masing anggota keluarga. Sedangkan house hanya sesuatu yang menjadi tempat tinggal, tanpa ada rasa kekeluargaan terjalin disana.

Kita mudah sekali untuk membangun house tanpa adanya home didalamnya. Dan juga mudah sekali untuk menghancurkan house /gedungnya, tapi kalau menghancurkan home jangan harap bisa terjadi. Sebab ketika housenya dihancurkan, seluruh anggota keluarga masih bisa merasakah home (suasana kekeluargaan) dipuing-puing house yang dihancurkan dan akan tetap merasakannya meskipun dibangun lagi sekedarnya.

Begitu juga dengan laut kita. Ada dua sikap yang harus dipilih, yaitu menjadikan lautan kita hanya sebagai house yang berarti, hanya sekedar lautan yang tidak kita olah sebaik mungkin tapi cenderung untuk menggerus terus keberadaannya atau kekayaan didalamnya tanpa memeliharannya kembali. Atau menjadikan lautan kita menjadi home, yang berati lautan tersebut kita kelola sebaik mungkin dan memperlakukannya bukan seolah-olah hanya  untuk generasi kita saja tetapi juga untuk generasi yang akan datang .

Bersyukur kita punya panglima laut, meskipun hanya tamatan SMP, tapi kualitasnya tidak kalah dengan orang yang sudah profesor sekalipun. Ibu Susi dipilih oleh Bapak Jokowi sebagai punggawa untuk bisa mengelola kelautan kita, yang sudah lama kita belakangi atau punggungi. Ibu Susi diangkat untuk menjadi menteri di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bapak Jokowi seorang yang super cermat dan mengetahui potensi-potensi terpendam yang luar biasa yang dimiliki oleh para pembantunya di pemerintahan.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Ibu Susi, cenderung awalnya ditolak oleh berbagai pihak atau masyarakat nelayan kita, tapi memang hal itulah yang sebenarnya terbaik untuk bisa dikerjakan saat ini. Untuk bisa membenahi kembali kekayaan kelautan kita yang sudah lama kita gerus terus secara habis-habisan. Seperti kebijakan pelarangan penggunaan cantrang oleh para nelayan kita. Yang menurut pandangan beliau, bahwa penggunaan cantrang secara terus menerus oleh nelayan kita,bisa mengakibatkan kerusakan lautan kita.

Memang bagi nelayan penggunaan cantrang sangatlah ekonomis, tapi bila terus dibiarkan akan membawa bencana bagi kita. Awalnya memang berat bagi para nelayan, bahwa pil pahit ini harus ditelan dan dilaksanakan oleh seluruh pihak khususnya para nelayan. Dan akhirnya terjadilah kemarin pada tanggal 11 Juli, para nelayan kita menggelar demonstrasi di istana. Beberapa perwakilannya diterima di Istana oleh Kepala Staf Kepresidenan, Bapak Teten Masduki. Serta menghasilkan beberapa mufakat, yakni salah satunya mengundurkan waktu penggunaan cantrang oleh nelayan hingga Desember 2017.

Biasanya, peristiwa-peristiwa penggalangan massa oleh pihak tertentu, pastilah ditumpangi oleh banyak pihak terutama para elit, untuk bisa membidik orang yang layak untuk dijatuhkan. Momen tersebut pastinya tidak akan disia-siakan dan akan terus menerus mengompori pemerintah untuk segera mereshuffle kabinetnya lagi. Diisukan bahwa Ibu Menteri Susi tidak layak lagi untuk menjadi menteri di Kementerian Kelautan. Tapi saya yakin Bapak Jokowi tetap akan memilih orang yang terbaik ditempat yang terbaik. Beliau tidak sembarangan ketika mengangkat dan memberhentikan setiap pembantunya didalam membangun bangsa ini.

Kemudian kebijakan Ibu Menteri kita ini, yang sempat dikecam oleh masyarakat kita maupun masyarakat internasional  adalah mengenai penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan. Entah sudah berapa ratus kapal yang sudah ditenggelamkan. Tapi dengan kebijakan ini, bisa menolong kembali ekplorasi perekonomian kita melalui ikan laut semakin meningkat dengan signifikan. Dinyatakan (sumber) bahwa tahun ini, stok ikan mencapai 12,5 juta ton. Jumlahnya naik dibanding 2013, yaitu sebesar 6,5 juta ton.

Ibu Susi mengatakan perlu ada koordinasi yang baik antara polisi, TNI, Badan Keamanan Laut, kejaksaan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bisa menekan tindak pencurian ikan atau illegal fishing. Akhirnya dibentuk satgas 115 (satuan tugas pemberantasan penangkapan ikan secara illegal). Satgas ini dibentuk utuk bisa menuntaskan kejahatan di laut Indonesia. Dikatakan bahwa sejak Oktober 2014, Ibu Susi telah memerintahkan penenggelaman setidaknya 380 kapal yang terbukti melakukan pencurian ikan.

“Masih banyak PR yang belum kita selesaikan,... perlunya keteguhan dan konsistensi memerangi Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing. Kita boleh bicara Indonesia sekarang sudah berada menjadi pioneer dibandingkan negara-negara lain,”tutur Susi menutup Rakornas di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Rabu (12/7/2017).

Dan memang negara kita menjadi pioner dalam mengatasi kejahatan Illegal Fishing maupun IIU Fishing. Hal itu ditunjukkan ketika mendaulat Ibu kita tercinta ini menjadi Pembicara Utama di Simposium Kepemimpinan Global tentang masa depan kelautan yang diselenggarakan The Pew Charitable Trust di Amerika Serikat. Dan pada saat kesempatan itu juga beliau mendapatkan penghargaan Peter Benchley Ocean Awards, penghargaan paling prestisius di dunia kemaritiman internasional. Juga tak cukup sampai disitu, Ibu Susi juga menjadi inspirator komikus dari Jepang dengan membuat Ibu Susi menjadi tokoh utama dalam karakter manga di sebuah komik yang di rilis di Jepang baru-baru ini. Digambarkan dalam komik tersebut, upaya peperangan terhadap illegal fishing dengan menenggelamkan kapal-kapal pencuri tersebut.

Potensi Ekonomi  yang Luar Biasa

Bapak Jokowi pernah menyatakan bahwa potensi ekonomi kita di sektor kelautan dan perikanan bisa mencapai US$1,33 trilliun bila pengelolaannya dilakukan dengan inovasi atau menggunakan terobosan baru. Oleh karena itu, beliau melanjutkan untuk perlu meninggalkan cara-cara lama dalam pengelolaan potensi kelautan kita ini. Misalnya dengan menggunakan metode Offshore aquaculture.
Jokowi mencontohkan negara lain seperti Norwegia dan Taiwan yang sudah mencanangkan bentuk offshore aquaculture. Dikatakan bahwa kita sudah berpuluh-puluh tahun tidak berani melompat. Padahal kebijakan itu bukan barang mahal.

“Hanya Rp.47 milliar. Enggak Mahal. Kalau kita belum bisa kerjakan sendiri, joinkan, kerja samakan, biar ada transfer of knowledge. Tanpa itu kita tidak akan pernah meloncat. Kita itu terlalu rutinitas, terlalu monoton, terlalu linear, padahal dunia perubahan cepat sekali,” kata Jokowi dalam pidato pembukaan Rakornas Kemaritiman 2017 di Gedung Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Kamis (4/5/2017).

Oleh karena itu, negara kita perlu banyak research dan penelitian untuk bisa mengelola kelautan kita dengan baik dan maksimal. Perlu banyak orang yang berani untuk mengabdikan dirinya untuk terlibat dalam mengelola kelautan kita. Disamping itu juga perlu untuk menjadikan lautan kita sebagai home kedua dalam kehidupan berbangsa  saat ini. Supaya ketika kita merasakan home di lautan, niscaya kita akan betah untuk mengelola sumber potensi laut yang luar biasa.

Perlu kepimimpinan yang berani dalam mengelola semua potensi kelautan kita. Perlu orang sehebat dan seberani Ibu Susi dalam menenggelamkan kapal pencuri. Juga perlu seorang pemimpin yang visioner, seperti Bapak Jokowi yang ternyata mampu mengejewantahkan segala visi misi tersebut kedalam langkah-langkah pembangunan yang sudah kita lihat sedang bergeliat terus membangun dirinya. Sehingga akhirnya ada kebanggaan tersendiri, ketika kembali menyanyikan lagu berikut : 

Nenek moyang ku seorang pelaut
Gemar mengarungi luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b’rani bangkit sekarang
Ke laut kta beramai-ramai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...