![]() |
sumber gambar : abadiorkes.com |
Kemudian perayaan yang kedua
kalinya waktunya, meskipun singkat hanya 7 hari, khusus kepada seluruh rakyat
di lingkungan istana (benteng Susan). Dalam perayaannya yang ditampilkan adalah
istananya dan seluruh kemegahan tahtanya, kemudian minuman anggur dalam wadah
piala emas yang beraneka ragam, serta kebebasan meminum anggur menurut selera
masing-masing.
Ternyata bukan hanya raja, ratu
juga ikut buat jamuan bagi seluruh perempuan di lingkungan istana. Kemudian tibalah
saatnya, dihari ketujuh, sang raja bertitah kepada Wasti, sang ratu, untuk
memperlihatkan kecantikannya kepada seluruh rakyat dan pembesar-pembesarnya,
karena memang sang ratu memiliki rupa yang sangat cantik (lovely to look at) manis plus mendatangkan rasa kagum. Tetapi apa
yang terjadi..ratu menolak untuk hadir,
kemudian raja sangat geram dan berapi-api murkanya.
Putusan raja tidak serta merta,
tapi bertanya kepada penasehatnya, orang arif bijaksana, serta mengetahui kebiasaan zaman. Apa yang
harus diperbuat atas Ratu Wasti. Maka dinyatakan bahwa sang ratu, bukanlah
bersalah kepada raja saja, melainkan kepada semua pembesar dan segala bangsa
yang di dalam segala daerah Raja Ahasyweros. Karena kelakukan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan,
sehingga mereka tidak menghiraukan
suaminya, apabila diceritakan orang. Sehingga berlarut-larutlah penghinaan
dan kegusaran.
Maka diambil keputusan, semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dimulai dari orang besar sampai kepada orang kecil. Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya.
Seandainya putusan sang raja
berbeda, bagaimana yah kondisi dan posisi laki-laki dimata perempuan sekarang. Akankah
akan semakin menunjukkan superioritas dalam keluarganya. Ditambah lagi jika
ternyata sang perempuan pencari nafkah, dikarenakan kondisi tertentu. Bisa-bisa
hancurlah harga diri sang laki-laki.
Bersyukur keluar keputusan bahwa sang istri harus tunduk dan taat kepada suaminya, serta memberi hormat. Itu kata kunci yang harus dipegang oleh sang perempuan, para isteri dalam membahterai rumah tangga bersama. Tunduk kepada otoritas sang suami yang menjadi kepala, taat kepada apa yang dia perintahkan atau suruh, serta sedapat mungkin untuk memberi rasa hormat, jika kelakuan, sikap dan perbuatannya ternyata menyeleneh dari kebiasaan dan keharusan yang sebenarnya.
Keputusan sang raja Ahasyweros
ternyata berlaku global diseluruh dunia, dan bukan hanya pada masa itu saja,
masa sekarang juga penting untuk diterapkan. Hendaklah kita bersama bisa
memperhatikan hal-hal tersebut, supaya kita bisa semakin bijak dalam mengelola
rumah tangga kita masing-masing. Pesan ini sepertinya lebih cocok untuk para
isteri-isteri..dan juga para wanita-wanita yang akan menjadi calon
istri tentunya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar