Minggu, 23 Juli 2017

ESTER-SANG RATU Bagian Pertama (Kisah Ratu yang terbuang-Menjadi Keluarga Harmonis)



sumber gambar : abadiorkes.com
Ahasyweros, seorang Raja yang menguasai 127 daerah yang dimulai dari India sampai ke Etiopia (wilayahnya kira-kira dari Asia Selatan hingga ke Afrika bagian Utara). Pada tahun ketiga pemerintahanya dia mencoba memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya (the vast wealthy of his kingdom) dan keindahan kebesarannya yang bersemarak (the splendor and glory of his majesty) selama 180 hari penuh (kira-kira 6 bulan lamanya) khusus kepada para pembesar dan pegawainya.

Kemudian perayaan yang kedua kalinya waktunya, meskipun singkat hanya 7 hari, khusus kepada seluruh rakyat di lingkungan istana (benteng Susan). Dalam perayaannya yang ditampilkan adalah istananya dan seluruh kemegahan tahtanya, kemudian minuman anggur dalam wadah piala emas yang beraneka ragam, serta kebebasan meminum anggur menurut selera masing-masing.
Ternyata bukan hanya raja, ratu juga ikut buat jamuan bagi seluruh perempuan di lingkungan istana. Kemudian tibalah saatnya, dihari ketujuh, sang raja bertitah kepada Wasti, sang ratu, untuk memperlihatkan kecantikannya kepada seluruh rakyat dan pembesar-pembesarnya, karena memang sang ratu memiliki rupa yang sangat cantik (lovely to look at) manis plus mendatangkan rasa kagum. Tetapi apa yang terjadi..ratu menolak untuk hadir, kemudian raja sangat geram dan berapi-api murkanya. 
Putusan raja tidak serta merta, tapi bertanya kepada penasehatnya, orang arif bijaksana, serta mengetahui kebiasaan zaman. Apa yang harus diperbuat atas Ratu Wasti. Maka dinyatakan bahwa sang ratu, bukanlah bersalah kepada raja saja, melainkan kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah Raja Ahasyweros. Karena kelakukan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang. Sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.

Maka diambil keputusan, semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dimulai dari orang besar sampai kepada orang kecil. Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya.
Seandainya putusan sang raja berbeda, bagaimana yah kondisi dan posisi laki-laki dimata perempuan sekarang. Akankah akan semakin menunjukkan superioritas dalam keluarganya. Ditambah lagi jika ternyata sang perempuan pencari nafkah, dikarenakan kondisi tertentu. Bisa-bisa hancurlah harga diri sang laki-laki.

Bersyukur keluar keputusan bahwa sang istri harus tunduk dan taat kepada suaminya, serta memberi hormat. Itu kata kunci yang harus dipegang oleh sang perempuan, para isteri dalam membahterai rumah tangga bersama. Tunduk kepada otoritas sang suami yang menjadi kepala, taat kepada apa yang dia perintahkan atau suruh, serta sedapat mungkin untuk memberi rasa hormat, jika kelakuan, sikap dan perbuatannya ternyata menyeleneh dari kebiasaan dan keharusan yang sebenarnya.
Keputusan sang raja Ahasyweros ternyata berlaku global diseluruh dunia, dan bukan hanya pada masa itu saja, masa sekarang juga penting untuk diterapkan. Hendaklah kita bersama bisa memperhatikan hal-hal tersebut, supaya kita bisa semakin bijak dalam mengelola rumah tangga kita masing-masing. Pesan ini sepertinya lebih cocok untuk para isteri-isteri..dan juga para wanita-wanita yang akan menjadi calon istri tentunya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...