![]() |
sumber ilustrasi : edunews.id |
Kita baru-baru ini dikejutkan
dengan penangkapan satu ton ganja yang diseludupkan melalui pelabuhan laut yang
jarang digunakan yaitu pantai Banten. Tertangkapnya para pelaku ini, ternyata merupakan
hasil pengembangan penyelidikan oleh
para aparat kita, yang telah lebih dulu mendapatkan bocoran info dari
kepolisian Taiwan. Dengar-dengaran dari laporan liputan Metro TV, bahwa para
aparat penyelidik tersebut, telah mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Rela
untuk tidak ikut lebaran bersama keluarga kemarin, dan terus berjaga-jaga di
seputar pantai yang ada di Jakarta maupun Banten. Kita patut untuk
mengapresiasi segala usaha dan pengorbanan mereka yang besar bagi negara
tercinta ini.
Dikabarkan lagi bahwa Sabu yang
mereka bawa adalah memiliki kualitas yang sangat baik. Dan ternyata sistem
pengedarannya sangat apik dan juga sistem lepas. Jadi para kurir tidak mengenal
siapa produsen dari narkoba ini. yang penting mereka difasilitasi dengan paspor
yang lengkap dan masing-masing telah diberi uang sebesar dua ratus juta. Rencananya
pengedaran dari narkoba ini akan didistribusikan kesejumlah hotel-hotel yang
ada di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Seingatku, narkoba booming ketika tertangkapnya ratu ekstasi di tahun 1996. Meskipun pada saat itu masih belia dan imut-imut, tapi aku sama sekali belum mengerti apa itu narkoba. Zarima Mirafsur berhasil ditangkap ketika membawa 30.000 pil jenis ekstasi. Heran orang-orang yang sudah membuat generasi muda bangsa kita hancur kok diberi julukan yang sekan-akan mengangkat dirinya. Seharusnya pengakutan-pengakuan seperti itu tidak perlu dilakukan.
Menurut Komjen Pol Budi Waseso, bahwa jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Dan sebelumnya juga pada bulan Juni 2015 tercatat 4,2 juta pengguna aktif. Sehingga Bapak Jokowi menyatakan bahwa Indonesia sudah darurat bahaya Narkoba. Dan memang bangsa kita menjadi pangsa terbesar untuk penjualan narkoba. Dikatakan lebih lanjut bahwa bahaya narkoba ini telah mengakibatkan 30-40 orang mati karena narkoba setiap harinya. Artinya ada puluhan ribu orang yang mati sia-sia setiap tahunnya.
Juga telah dilakukan survey oleh BNN kerja sama UI di tahun 2016, bahwa hampir 80% masyarakat Indonesia tahu tentang bahaya dari Narkoba. Menurut Ali Djohardi, Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN), bahwa pengetahuan akan bahaya narkoba tak membuat serta merta angka penyalahgunaannya menurun. Dan pengguna narkoba paling banyak berada di usia produktif, 24-34 tahun. Dikatakan lagi oleh beliau, bahwa benar sudah terjadi pergeseran nilai-nilai di masyarakat.
Narkoba kami sudah immun terhadapmu. Artinya kami sudah kebal terhadap daya tarikmu yang luar biasa. Dan ini tentunya menjadi harapan kita bersama. Seluruh elemen masyarakat, mulai dari para pejabat dipemerintahan maupun masyarakat biasa secara tegas untuk tidak terhadap narkoba. Juga bukan hanya sekedar menciptakan jargon yang enak didengar dan sedap dipandang, yang selalu digembor-gemborkan didalam iklan-iklan. Tapi seharusnya bangsa kita sudah memiliki kesadaran penuh bahwa sekali menggunakan narkoba maka selamanya akan binasa.
Berikut berapa tips yang bisa kita pakai untuk bisa menjadikan kita Immun terhadap narkoba.
Pertama, para orangtua
berfungsilah, sehingga keluargamu semakin kuat. Perlunya setiap keluarga-keluarga di bangsa ini untuk
menjadi kuat. Kekuatan itu bisa diperoleh hanya jika para bapak maupun ibu berfungsi
baik di dalam keluarga. Ayah dan ibu saling bersinergi satu sama lain untuk
bisa mendidik dengan baik setiap anak-anaknya. Tidak menyerahkan pendidikan
anaknya secara utuh hanya kepada sekolah atau orang tua menjadi lepas tangan
karena merasa bahwa para gurunyalah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan
sianak. Melainkan para orang tua harus terlibat langsung terhadap setiap
seluruh aspek perkembangan anaknya.
Kedua, mengembangkan sikap saling mengasihi dan menghormati disetiap warga masyarakat. Akhir-akhir ini, kita sering disuguhkan dengan banyak ujaran-ujaran kebencian, berita-berita bohong, fitnah, dan bahkan ancaman-ancaman yang mengerikan. Bully dimana-mana kepada anak-anak minoritas, tindakan perkusi terhadap orang-orang yang menyuarakan pendapatnya yang mungkin menyinggung perasaan para pelaku. Bangsa kita sekarang, kadar mengasihi sudah sangat kurang. Padahal dulu bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang rukun,suka membantu, serta selalu gotong royong bersama jika ada proyek bersama yang akan dikerjakan.
Sekarang kita lebih cenderung untuk membeda-bedakan suku,agama,ras dan antargolongan (SARA). Padahal hal ini sebenarnya bukanlah ciri maupun kepribadian dari bangsa kita. Meskipun kita berbeda suku, agama maupun ras dan golongan,bukan berarti kita menjadi musuh. Melainkan,justru dengan perbedaan itu kita bisa saling menghormati keyakinan masing-masing tanpa harus menolak keberadaan mereka.
Ketiga, langkah yang mungkin bisa dikerjakan adalah seluruh elemen masyarakat harus aktif dalam berkarya. Beberapa waktu yang lalu, Bapak Jokowi mengatakan bahwa masyarakat kita selalu cenderung melakukan hal-hal yang kurang produktif dan bahkan merusak. Hal itu disampaikan pada saat memperingati hari Koperasi nasional ke-70 di Makasar. Mulai dari yang muda sampai yang tua, atau seluruh generasi X, Y, maupun generasi Z, bisa terus menghasilkan karya-karya terbaiknya setiap hari. Jika punya bakat-bakat tertentu dalam bidang seni seperti menyanyi, menari, menggambar, melukis; dalam bidang literasi maupun sastra seperti menulis puisi, cerpen,novel dan sebagainya ataupun punya bakat dalam bidang olahraga maupun sains kembangkanlah semuanya itu, jangan setengah-setengah dalam mengupayakannya. Sehingga ketika kita terus berlatih setiap hari, niscaya kita menjadi Expert atau ahli di bidang itu.
Juga ketika kita aktif dalam berkarya, tentunya akan mengurangi tingkat kekosongan waktu yang kita miliki. Kita akan maksimal dalam menggunakan detik demi detik dalam setiap kehidupan kita. Dan tentunya juga kita tidak akan punya waktu untuk merusak diri kita seperti menonton sepanjang hari, bermalas-malasan apalagi menggunakan narkoba.
Itu mungkin beberapa langkah atau saran yang bisa kita pakai, supaya seronok-nya narkoba tidak membuat kita menjadi pangling atau terpesona untuk menggunakannya. Hanya dimulai dari keluarga yang sehat dan kuat, lingkungan yang aman, saling menghormati serta mengasihi, juga masyarakatnya yang cenderung untuk selalu menghasilkan karya masterpiece-nya dalam kegiatan sehari-harinya, niscaya kita bisa immun terhadap pesonanya ataupun seronok-nya narkoba tersebut.
Sehingga kita tidak lagi melihat angka-angka
statistik yang semakin meningkat setiap tahunnya terhadap penyalahgunaan
narkoba yang dikeluarkan oleh BNN. Melainkan yang kita lihat adalah tren
penurunannya hingga akhirnya mencapai angka zero
atau nol. Sebab para produsen narkoba tidak lagi menjadikan Indonesia sebagai
pangsa pasarnya, dikarenakan selalu merugi, selalu ditangkap dan serta dihukum
seberat-beratnya.
Dan seluruhnya para pembaca seword, mari kita deklarasikan perkataan ini, : “ Hai Narkoba, Kami sudah Immun terhadapmu, pesonamu kini sudah tak seronok lagi”.
Sibolangit, 15 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar