![]() |
Rahma si Gadis Cilik Asal Lubuk Linggau |
Saya terenyuh
ketika ada seorang anak yang ketika diusianya seharusnya dipenuhi dengan dunia
bermain, tapi akhirnya tidak bisa memilih hal itu, hanya karena kondisi
keluarga yang tidak memungkinkan.
Rahma, sang
gadis cilik, seperti yang diberitakan oleh MetroTv hari ini (13/2/2018) dan
juga dilansir oleh news.okezone.com (11/2/2018), harus sudah menanggung
mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Tak terasa ketika diriku ketika
menyaksikan perjuangannya yang berat, air mataku keluar dengan sendirinya. Bisa
merasakan kesedihan atas kondisi itu, tapi si anak, Rahma yang sedang duduk di
bangku SD kelas 3, selalu menunjukkan wajah yang tegar dan tidak ada kesedihan
terpancar di mukanya.
Papanya yang
telah terlebih dahulu dipanggil Tuhan, kemudian mamanya harus mengalami musibah
yakni kakinya tertimpa pohon. Mengakibatkan ia tidak bisa lagi bekerja mencari
uang. Maka semakin mempersulit keadaan keluarganya.
Tidak bisa
kita bayangkan dan bagaimana repotnya seorang anak gadis kecil, yang ketika Ia harus mengurus mamanya yang sedang
mengalami sakit lumpuh, Kemudian ia harus mengurus kakaknya yang mengalami
keterbelakangan mental. Juga sekaligus ia harus mengurus adiknya yang masih
balita.
Segala
pekerjaan rumah, mulai menyapu rumah, menyuci piring yang tidak seberapa,
memandikan atau membersihkan badan atau tubuh seluruh anggota keluarga, memberi
mereka makan, kemudian dia baru bisa berangkat ke sekolah. Tak bisa
kubayangkan, dirinya pastinya akan selalu terlambat ke sekolah, mendapatkan
teguran dari guru hampir setiap hari. Dan tentunya tidak akan bisa belajar
dengan baik apalagi maksimal. Sebab hidupnya selalu dibayangin dengan segala
tugas tanggungjawab yang belum waktunya ia pikul seorang diri.
Ketika
ditanyakan reporter MetroTV, mengenai kecukupan makan mereka sehari-hari, Rahma
menjawab, bahwa bersyukur mereka selalu ditolong oleh tetangga sekitar. Dan
terkadang dibantu oleh sang nenek yang
rumahnya tidak jauh dari mereka.
Dan dengan
pemberitaan ini, berharap pemerintah setempat bisa menolong keluarga ini. Sebab
kebaikan para tetangga sekitar tidak akan selalu datang setiap saat.
Sehingga
teringat ucapan Pak Ahok dulu, ketika beberapa kali tampil dimuka umum, pernah
memberikan pernyataan bahwa dirinya terdorong untuk menolong orang miskin
karena saran atau masukan dari ayahnya. Bahwa dirinya haruslah menjadi seorang
pejabat, untuk bisa menolong orang miskin sebanyak mungkin. Pengakuan ini juga
dimuat oleh news.detik.com (7/11/2014), ketika berbicang dengan Pak Ahok satu
jam di ruang Kantornya Jalan Merdeka Selatan.
“Aku bisa masuk jadi pejabat karena enggak sanggup lagi nolong orang
sebagai pengusaha. Pepatah kuno bilang ‘orang miskin enggak bisa lawan
orang kaya, orang kaya enggak bisa menantang pejabat’. Nah kita terjepit di
tengah, mau nolong orang miskin enggak bisa, mau lawan pejabat enggak bisa.
Tapi bapak saya bilang jadi pejabat saja deh,” kata Ahok.
Kemudian beliau terkenang saat
masih berusia 30-an tahun, Ahok sempat akan berkelahi dengan seorang pejabat.
Pasalnya, pabrik keluarganya yang ada di wilayah Belitung sempat ditutup
pejabat tersebut, hingga Ahok hampir 'bermain tangan'.
“Bapak saya bilang ‘lu lupa ya pepatah kuno itu?ya jadi bangkrut lu sekarang karena lawan pejabat. Kalau mau lawan pejabat ya jadi pejabat saja, sekaligus bantu orang miskin’. Waktu itu saya berpikir ngapain jadi pejabat, bukan habitat kita,” kenang Ahok.
“Bapak saya bilang ‘lu lupa ya pepatah kuno itu?ya jadi bangkrut lu sekarang karena lawan pejabat. Kalau mau lawan pejabat ya jadi pejabat saja, sekaligus bantu orang miskin’. Waktu itu saya berpikir ngapain jadi pejabat, bukan habitat kita,” kenang Ahok.
Ketika Pak
Ahok selalu berulang-ulang menyatakan bahwa dirinya menjadi pejabat hanya
karena ingin menolong orang banyak apalagi orang yang miskin, maka bisa
dipastikan segala usahanya ataupun kebijakannya
kemarin adalah untuk menyejahterahkan warga yang ia pimpin. Dan terbukti
sudah berhasil mengangkat kesejahteraan warga DKI dulu dimasa pengabdiannya.
Kemudian semakin diperkuat dengan adanya indeks kepuasan masyarakat akan
kepemimpinan beliau lebih dari 70 persen masyarakat sangat puas kala itu.
Bagaimana
dengan motivasi para pejabat sekarang ataupun calon pejabat yang akan
berkompetisi pada ajang pilkada tahun ini? Adakah motivasinya untuk menolong
orang banyak, apalagi masyarakat yang sangat jauh dari namanya sejahtera, alias
miskin? Atau yang ada di dalam pemikirannya, bagaimana supaya modalku balik
ketika masa pencalonanku yang lalu? Sebab pada faktanya maju menjadi calon
dipastikan akan menghabiskan uang milyaran rupiah.
Adakah para
pemimpin daerah kita yang punya kerinduan seperti kerinduan Pak Ahok. Sebab
kita tahu bersama bahwa orang miskin akan semakin miskin dan tergerus
keberadaannya, jika para pemimpinnya tidak memperhatikan mereka. Tidak membuat
kebijakan yang bisa meningkatkan harkat dan martabatnya mereka.
Sehingga
ketika ada keluarga yang seperti Rahma, si gadis kecil asal Lubuk Linggau,
Sumatera Selatan tadi, akan bisa terbantu hidupnya dengan penanganan yang lebih
cepat dari pemerintah. Itupun jika memang pemerintahnya adalah pemerintah yang
peduli kepada kehidupan mereka. Bagaimana seandainya jika tidak, jangan harap
kehidupan masyarakat kita bisa berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar