Minggu, 11 Februari 2018

Setelah Gereja di Medan Kini Gereja Katolik di Sleman Diteror, Kenapa Dengan Gereja??




Kita tentunya masih ingat kejadian teror yang pernah terjadi Medan pada Agustus 2016 lalu. Tepatnya di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph Medan, yang berada  di Jalan Mansyur Medan. Awalnya si IAH (18) berpura-pura menjadi jemaat dan duduk di kursi paling depan. Kemudian ketika sang Pastor mulai khotbahnya, Suster Yulita OFM, seperti dikutip Kompas (28/8/2016), mengatakan, pelaku kemudian lari ke altar membawa pisau dan kapak.

Ia melompati tangga dan menghampiri Pastor Albert yang masih berada di mimbar. Albert turun dari mimbar, tetapi dikejar oleh pelaku yang hendak mengampaknya. Pelaku yang sempat menusuk lengan kiri sang Pastor, tapi  kemudian ditangkap umat. Polisi yang tiba sesaat kemudian menyisir gereja. Pada pukul 10.10, Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Sumut meledakkan bahan peledak yang masih tersisa di halaman gereja.

Ketika ditelusuri lebih jauh, pihak kepolisian merilis bahwa motif IAH melakukan penyerangan ke Gereja atas dasar iming-iming oleh orang yang tak dikenal yang ditemuinya pada Kamis (25/8/2016). Ia diimingi uang senilai 10 juta jika berhasil melaksanakan tugas yang diperintahkan orang yang tak dikenal itu, yakni menyerang gereja. Si tersangka sudah dititipin terlebih black powder  untuk bisa meledakkan gereja. Tapi beruntung pada saat kejadian, daya ledaknya tidak begitu kuat.

Buya Syafii, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah mengatakan, seperti yang dilansir dari Kompas.com (29/8/2016), menanggapi peristiwa teror di Medan. Beliau mengatakan bahwa para terorisme itu menganut teologia maut. Yakni punya filsafat berani mati tapi tidak berani hidup. Hal itu tentunya tidak merusak citra Islam, melainkan sudah menampar kemanusian.

Selanjutnya, peristiwa geger hari ini, Minggu (11/2/2018), telah terjadi lagi teror di Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta. Seperti yang dilansir dari Kompas (11/2/2018),Permadi menyaksikan bahwa pelaku datang sudah dengan menghunuskan pedang. Kemudian dia sendirilah orang yang pertama kali kena luka sabetan di bagian punggungnya. Akhirnya pelaku masuk gereja dari pintu selatan kemudian terus merangsek ke dalam gereja. Ada sekitar 10 orang umat kemudian terluka dengan mayoritas luka berada di kepala.

Umat sebenarnya berupaya menangkap pelaku. Namun, karena pelaku terus mengayunkan pedang,  kejadian sulit dicegah, bahkan pelaku bisa mencapai altar untuk kemudian melukai Pastor Prier yang sedang memimpin misa.

Tersangka, yang bernama Suliono, akhirnya bisa dilumpuhkan dengan tembakan di kaki kanan dan kirinya oleh seorang polisi. Dan kini sudah dirawat di RS Bhayangkara. Korban dari pelaku, seperti yang lansir Kompas.com,  yakni ada tiga orang umat, satu romo dan satu aparat kepolisian yang terluka akibat dari sabetan Suliono.

Meskipun tidak dilengkapi dengan adanya upaya pengeboman, tapi teror ini, sudah melukai Bangsa Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Buya Syafii, saat beliau mengunjungi langsung tempat kejadian perkara di Gereja Santa Lidwina Bedog. Beliau meminta kepolisian untuk menuntaskan betul kasus perkara ini, sebab sudah menimbulkan kegaduhan dan ketidakamanan di Yogyakarta.

Sultan Hamengkubowono X merasa sangat prihatin dan sedih dengan peristiwa pembacokan di Gereja Santa Lidwina Bedog.  Beliau berkata, "Dari kondisi itu saya ingin menyampaikan saya tidak memahami tidak mengerti kenapa ada perbuatan yang keji tanpa ada kemanusiaan. Ada umat yang sedang melaksanakan ibadah kenapa ada kekerasan, yang dilakukan seseorang tanpa berperi kemanusiaan. Jelas itu bukan karakter kita masyarakat Jogja. Saya sangat sedih dan menyesali," tuturnya

Ada apa dengan Gereja

Seharusnya negara bisa menjamin keamanan den kenyamanan seseorang atau masyarakat ketika dalam melaksanakan ibadahnya. Peristiwa ini seharusnya menjadi otokritik bagi pemerintah kita. Supaya lebih massif dan gencarnya untuk menindak para pembuat teror di bangsa ini. Khususnya di dalam pencegahan tindakan terorisme.

Kenapa gereja menjadi sasaran tembak dari para teroris ini? Apa yang sedang diperjuangkan  maupun harapan mereka? Apakah ingin melihat gereja itu hancur? Sehingga hal ini bisa memicu ketidakamanan dan ketidakkondusifan terjadi di bangsa kita. Ada apa dengan gereja sekarang ini?

Ketika kita melihat sepanjang tahun 2017, peristiwa teror tidak lagi menimpa tempat-tempat ibadah. Mereka lebih berfokus kepada aparat keamanan kita. Dari tujuh peristiwa teror yang ada di sepanjang tahun lalu, ada enam kasus yang langsung mengena kepada kepolisian kita. Kemudian di tahun ini, kembali lagi melakukan aksi teror ke tempat-tempat ibadah. Ada apa gerangan yang sedang terjadi?

Apakah karena tidak berhasil menciutkan kepolisian kita, sehingga kembali untuk melakukan teror di tempat-tempat ibadah, khususnya gereja. Oleh karena itu, gereja-gereja sekarang harus lebih bersiap diri dengan segala kemungkinan teror yang mungkin akan terjadi. Apalagi negara kita akan sedang melaksanakan tahun politik, dimana para teroris sepertinya ingin memanfaatkan moment ini.

Gereja sebenarnya harus lebih berperan di di dalam meningkatkan iman kerohanian dari umat itu sendiri. Apalagi yang terutama, fungsinya adalah menjadi jawaban dari segala permasalahan yang ada di bangsa ini. Ketika gereja sudah tidak lagi memberikan dampak bagi lingkungannya sendiri, niscaya gereja akan lebih banyak mendapatkan masalah. Seperti penolakan hingga penutupan gereja-gereja seperti yang sudah selalu kita dengar. Hingga akhirnya mendapatkan aksi teror untuk bisa memberikan rasa takut.

Terakhir peristiwa yang terjadi dua tahun yang lalu di Medan, dan hari ini di Sleman, seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita bersama. Untuk lebih bijaksana dalam bersikap. Dan berharap peristiwa ini tidak terulang kembali dimasa-masa mendatang. Kemudian, saran kedepan, tempat-tempat ibadah seharusnya menjadi pusat untuk membentuk aklak dan moral suatu bangsa, dan bukan malah sebaliknya menjadi pusat penanaman kebencian bagi pemeluk agama lain. Selanjutnya adanya komunikasi yang baik , rasa saling menghormati dan saling mengasihi diantara sesama kita.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...