Periode tahun
2019-2024 akan menjadi periode terakhir seorang Jokowi di dalam memandu bangsa
ini. Sebab hal itu sudah diatur di dalam
perundang-undangan kita. Yakni hanya bisa menjabat dua kali dalam satu
jabatan yang sama. Entah itu berurutan ataupun tidak.
Sosok calon
wakil presiden seperti yang disampaikan oleh Ruhut di dalam diskusi Indonesian
Layer Club (ILC), Selasa, 27/2/2018, menjadi hal yang sangat menarik. Bahkan
hal ini tak luput dari Ibu Mega sendiri, Ketua Umum PDI-Perjuangan.
Seperti yang
diungkapkan Abang Ruhut bahwa berdasarkan seorang pengamat yang Ia dengarkan yakni
di tahun 2030 Indonesia akan memasuki puncak kejayaannya. Disamping Tiongkok
dan India, Indonesia akan menjadi raksasa dunia yang tentunya paling disegani
oleh negara-negara lain di dunia. Dikarenakan kemajuan ekonominya dan
pembangunannya sangat melesat tajam.
Jadi Jokowi
harus betul-betul bijak dan matang untuk bisa menentukan cawapres yang akan
bisa mendampingi dirinya. Sebab bukan hanya karena persoalan membangun bangsa,
memilih orang yang tepat yang bisa sepaham dengan arah pembangunan yang kita
kerjakan, itu jauh lebih penting.
Akan menjadi
kesia-siaan jika segala pembangunan yang kita kerjakan akhirnya diobok-obok
atau diobrak-abrik oleh pemimpin berikutnya yang kebetulan tidak sejalan dengan
kita. Sekedar ingin eksis supaya dilihat publik bahwa dirinya memiliki pandangan yang seolah-olah berbeda
tapi pada prinsipnya ternyata melakukan hal yang sama saja. Namanya doang yang
beda.
Dan tentunya hal
ini hanya akan berlaku jika pemenang pilpres di tahun 2019 nanti adalah Jokowi.
Dan akan menjadi berbeda ceritanya jika lawan beliau yang memenangkan
pilpresnya.
Satu hal yang
kurang setuju dengan pendapat abang kita yang satu ini. Yakni ingin mengangkat
kembali Bapak JK untuk menjadi cawapresnya. Sebab dipandang bahwa JK adalah
pasangan yang lebih cocok untuk mendangi Jokowi. Mengenai hal itu, Mahfud MD
menanggapi hal pencalonan kembali pasangan Jokowi JK, seperti yang dilansir
oleh suara.com (27/2/2018), bahwa
"Kalau bicara pencalonan dua kali berturut-turut
itu, dua kali masa jabatan, sebenarnya sudah selesai. Pertama dalam debat di
MPR ketika membuat UUD itu sudah
dikatakan di situ, baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut (tidak
diperbolehkan). Jadi itu sudah selesai," kata Mahfud di Hotel Indonesia
Kempinski, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Sebab menurut beliau lagi, bahwa penting untuk membangun
reformasi agar sesuai dengan jiwa demokrasi yang sudah lama kita pupuk. Sebab
di dalam demokrasi itupun mengandung
makna membatasi kekuasaan, lingkupnya maupun waktunya.
Kemudian ketidaksetujuan Bang Ruhut ketika Demokrat
berusaha untuk mengorbitkan AHY masuk dalam bursa cawapres nantinya. Bahkan Bang
Ruhut langsung menohok perwakilannya Demokrat kala diskusi itu. Sebab dipandang
abang yang satu ini, bahwa AHY memang belum siap untuk ikutan dalam pertarungan
pilpres di tahun 2019.
Pemilihan cawapres Jokowi nantinya yang diharapkan
tentunya orang yang akan bisa meningkatkan Elektabilitas Jokowi. Meskipun di
beberapa lembaga survei poin elektabilitas Jokowi selalu bertengger jauh dan
paling atas dibandingkan tokoh-tokoh lain. Setelah beliau ada nama Prabowo.
Jadi disisa waktu enam bulan kedepan masih ada waktu
bagi Jokowi di dalam menimbang-nimbang mana tokoh atau figur yang lebih tepat
untuk bisa memilih siapa pendampingnya.Sebelum akhirnya KPU (Komisi Pemilihan
Umum) resmi membuka pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, bulan
Agustus nanti, yang jadwalnya disamakan juga
dengan pemilihan anggota legislatif.
Bahkan Megawati sampai rutin bertemu dengan beberapa
petinggi partai dan tentunya selalu komunikasi dengan Pak Jokowi sendiri.
Supaya cawapres nantinya sesuai dengan harapan beliau tentunya. PDIP melalui Sekjennya juga, Hasto Kristiyanto,
seperti yang dilansir oleh Tempo.co (26/2/2018), bahwa salah satu kriteria cawapres
Jokowi nantinya adalah seorang yang bisa bekerja sama dan saling melengkapi
kepemimpinan Jokowi.
Melihat
beberapa calon-calon potensial dari kalangan partai maupun non partai. Dan
bahkan sudah mendeklarasikan diri untuk jadi cawapres. Dimana hal itu juga sering
dimuat oleh beberapa media yang ada.
Yakni ada Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, Cak Imin, Ketua Umum PKB, Wiranto
dari Hanura, AHY, Anies hingga nama Ahokpun masuk dalam bursa cawapres.
Mulai membuat
simulasi-simulasi paslon presiden dan wakil presiden. Dimungkinkan yang akan
muncul nantinya adalah dua paslon saja, yakni kubu Jokowi dan kubu
Prabowo. Tapi kalau Demokrat bisa begitu
giatnya di dalam membangun komunikasi dengan partai lain, berarti bisa jadi ada
tiga paslon presiden dan wakil presiden yang nantinya akan bertarung.
Kembali ketema
pembahasan saya. Bahwa keberhasilan pembangunan yang begitu massif terutama
dalam hal infrastruktur yang dilakukan Jokowi di periode lalu dan periode
mendatang juga. Hal itu akan menjadi batu loncatan bagi generasi pemimpin
berikutnya. Generasi pemimpin setelah Jokowi tinggal akan menikmati saja buah
hasil kerja keras yang dilakukan oleh Jokowi.
Sebab
pembangunan infrastruktur yang dikerjakan Jokowi sekarang tidaklah begitu
berdampak dirasakan masyarakat saat ini. Dan hal itu sering menjadi sasaran
tembak dari lawan poliktik Bapak Jokowi.
Baru akan bisa
terasa di sepuluh tahun yang akan datang.Yakni di masa pemimpin baru, presiden
baru, dan tentunya harapan terbesarnya adalah wakilnya Jokowi sendiri yang bisa
mengambil posisi tertinggi di pemerintahan tersebut. Supaya bisa melanjutkan
cita-cita besar dari pendiri bangsa kita. Adanya kesejahteraan, kemakmuran dan
keadilan di seluruh warga negara Indonesia.
Akhirnya
tercapailah mimpi besar yang diramalkan oleh pengamat yang disampaikan oleh
Bang Ruhul Sitompul pada acara ILC kemarin (27/2/2018). Akan ada tiga negara
superpower di tahun 2030 nanti, yakni Tiongkok,India dan Indonesia. Dan langkah
itu akan semakin cepat tercapai bila yang memimpin adalah wakil Presiden Jokowi
periode 2019-2024 yang akan kita ketahui bersama ketika mereka mendaftar di
bulan Agustus ini
Jadi mari kita
saksikan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar