Kamis, 15 Februari 2018

Betul Kata Ahok, Jadilah Pemimpin Daerah ketika ingin Berbuat Bagi Orang Miskin


Rahma si Gadis Cilik Asal Lubuk Linggau



Saya terenyuh ketika ada seorang anak yang ketika diusianya seharusnya dipenuhi dengan dunia bermain, tapi akhirnya tidak bisa memilih hal itu, hanya karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan. 

Rahma, sang gadis cilik, seperti yang diberitakan oleh MetroTv hari ini (13/2/2018) dan juga dilansir oleh news.okezone.com (11/2/2018), harus sudah menanggung mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Tak terasa ketika diriku ketika menyaksikan perjuangannya yang berat, air mataku keluar dengan sendirinya. Bisa merasakan kesedihan atas kondisi itu, tapi si anak, Rahma yang sedang duduk di bangku SD kelas 3, selalu menunjukkan wajah yang tegar dan tidak ada kesedihan terpancar di mukanya.

Papanya yang telah terlebih dahulu dipanggil Tuhan, kemudian mamanya harus mengalami musibah yakni kakinya tertimpa pohon. Mengakibatkan ia tidak bisa lagi bekerja mencari uang. Maka semakin mempersulit keadaan keluarganya.

Tidak bisa kita bayangkan dan bagaimana repotnya seorang anak gadis kecil, yang  ketika Ia harus mengurus mamanya yang sedang mengalami sakit lumpuh, Kemudian ia harus mengurus kakaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Juga sekaligus ia harus mengurus adiknya yang masih balita.

Segala pekerjaan rumah, mulai menyapu rumah, menyuci piring yang tidak seberapa, memandikan atau membersihkan badan atau tubuh seluruh anggota keluarga, memberi mereka makan, kemudian dia baru bisa berangkat ke sekolah. Tak bisa kubayangkan, dirinya pastinya akan selalu terlambat ke sekolah, mendapatkan teguran dari guru hampir setiap hari. Dan tentunya tidak akan bisa belajar dengan baik apalagi maksimal. Sebab hidupnya selalu dibayangin dengan segala tugas tanggungjawab yang belum waktunya ia pikul seorang diri.

Ketika ditanyakan reporter MetroTV, mengenai kecukupan makan mereka sehari-hari, Rahma menjawab, bahwa bersyukur mereka selalu ditolong oleh tetangga sekitar. Dan terkadang  dibantu oleh sang nenek yang rumahnya tidak jauh dari mereka.

Dan dengan pemberitaan ini, berharap pemerintah setempat bisa menolong keluarga ini. Sebab kebaikan para tetangga sekitar tidak akan selalu datang setiap saat.

Sehingga teringat ucapan Pak Ahok dulu, ketika beberapa kali tampil dimuka umum, pernah memberikan pernyataan bahwa dirinya terdorong untuk menolong orang miskin karena saran atau masukan dari ayahnya. Bahwa dirinya haruslah menjadi seorang pejabat, untuk bisa menolong orang miskin sebanyak mungkin. Pengakuan ini juga dimuat oleh news.detik.com (7/11/2014), ketika berbicang dengan Pak Ahok satu jam di ruang Kantornya Jalan Merdeka Selatan.

Aku bisa masuk jadi pejabat karena enggak sanggup lagi nolong orang sebagai pengusaha. Pepatah kuno bilang ‘orang miskin enggak bisa lawan orang kaya, orang kaya enggak bisa menantang pejabat’. Nah kita terjepit di tengah, mau nolong orang miskin enggak bisa, mau lawan pejabat enggak bisa. Tapi bapak saya bilang jadi pejabat saja deh,” kata Ahok.
Kemudian beliau terkenang saat masih berusia 30-an tahun, Ahok sempat akan berkelahi dengan seorang pejabat. Pasalnya, pabrik keluarganya yang ada di wilayah Belitung sempat ditutup pejabat tersebut, hingga Ahok hampir 'bermain tangan'.               

“Bapak saya bilang ‘lu lupa ya pepatah kuno itu?ya jadi bangkrut lu sekarang karena lawan pejabat. Kalau mau lawan pejabat ya jadi pejabat saja, sekaligus bantu orang miskin’. Waktu itu saya berpikir ngapain jadi pejabat, bukan habitat kita,” kenang Ahok.

Ketika Pak Ahok selalu berulang-ulang menyatakan bahwa dirinya menjadi pejabat hanya karena ingin menolong orang banyak apalagi orang yang miskin, maka bisa dipastikan segala usahanya ataupun kebijakannya  kemarin adalah untuk menyejahterahkan warga yang ia pimpin. Dan terbukti sudah berhasil mengangkat kesejahteraan warga DKI dulu dimasa pengabdiannya. Kemudian semakin diperkuat dengan adanya indeks kepuasan masyarakat akan kepemimpinan beliau lebih dari 70 persen masyarakat sangat puas kala itu.

Bagaimana dengan motivasi para pejabat sekarang ataupun calon pejabat yang akan berkompetisi pada ajang pilkada tahun ini? Adakah motivasinya untuk menolong orang banyak, apalagi masyarakat yang sangat jauh dari namanya sejahtera, alias miskin? Atau yang ada di dalam pemikirannya, bagaimana supaya modalku balik ketika masa pencalonanku yang lalu? Sebab pada faktanya maju menjadi calon dipastikan akan menghabiskan uang milyaran rupiah.

Adakah para pemimpin daerah kita yang punya kerinduan seperti kerinduan Pak Ahok. Sebab kita tahu bersama bahwa orang miskin akan semakin miskin dan tergerus keberadaannya, jika para pemimpinnya tidak memperhatikan mereka. Tidak membuat kebijakan yang bisa meningkatkan harkat dan martabatnya mereka.

Sehingga ketika ada keluarga yang seperti Rahma, si gadis kecil asal Lubuk Linggau, Sumatera Selatan tadi, akan bisa terbantu hidupnya dengan penanganan yang lebih cepat dari pemerintah. Itupun jika memang pemerintahnya adalah pemerintah yang peduli kepada kehidupan mereka. Bagaimana seandainya jika tidak, jangan harap kehidupan masyarakat kita bisa berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...