Jumat, 02 Februari 2018

Perlukah 212 Sebagai Pendukung Jokowi ??





Tulisan ini sebagai tanggapan terhadap tulisan Tony Rosyid yang diterbitkan di indopos (1/2/2018). Di dalam tulisannya seakan-akan Habib Riziek adalah tokoh sentral dalam kemenangan Jokowi nantinya di tahun 2019 nanti. Ketika 212 akhirnya memberikan dukungannya kepada Jokowi, para pesaingnyapun tidak akan ada artinya apa-apa.

Memberikan sejumlah masukan kepada Presiden Jokowi bagaimana mendapatkan dukungan dari 212 dan Habib Rizieq adalah kuncinya.  Adapun masukannya yaitu  pertama, terbitkan SP3 bagi Habib Rizieq. Kedua, rehabilitasi nama Rizieq. Ketiga, pasangan ini tidak lagi diusung PDIP. Keempat, Luhut Binsar Panjaitan dan seluruh krunya dikeluarkan dari istana, lalu diganti tokoh-tokoh yang merepresentasikan umat. Kelima, diadakan restrukturisasi jabatan-jabatan strategis seperti BIN, kepolisian dan kejaksaan. Sebab, semua unsur di ataslah yang dicurigai ikut meramaikan perseteruan Jokowi dengan kelompok ABJ dibawah asuhan Habib Rizieq.

Asumsi beliau berlaku jika tidak lagi mendapatkan dukungan dari PDI P, partai-partai koalisi tidak lagi mendukung dan beralih ke figur rising star yang baru,  serta ketika mandeknya elektabilitasnya Jokowi di awal tahun 2019.

Memang tidak bisa dipungkiri, di dalam politik Indonesia yang begitu sangat cairnya,sehingga sangat sulit membedakan mana lawan dan mana kawan. Bisa saja hari ini menjadi kawan, besoknya berubah menjadi lawan politik. Dan semuanya serba tidak pasti. 

Contohnya saja sang Gubernur Sumatera Utara, Tengku Ery Nuradi, pada awalnya mendapatkan sejumlah dukungan parpol, yakni Nasdem, Golkar, Pan, PKS, dan lainnya, akhirnya satu-satu persatu kembali menarik dukungannya kepada sang calon Petahana. Memberikan kepada kandidat Rising Star yang baru, Mantan Pangkostrad Edy Rahmayadi. 

Akankah Jokowi mengalami nasib yang sama seperti Sang Gubernur Sumut sekarang? Saya kira  hal itu tidak mungkin terjadi. Secara kualitas kepemimpinan Jokowi selama kurang lebih 3 tahun ini, menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dan sangat baik. Berdasarkan beberapa survei , seperti yang dilansir oleh Tribunnews.com (28/12/2017), CSIS menemukan sebesar 68,3 persen puas atas pemerintahannya Jokowi-JK,  Lembaga Indikator Politik Indonesia juga menemukan hal yang sama yakni 68,3 persen.  Kemudian indikator lagi merilis bahwa kemampuan Jokowi dalam memimpin Indonesia sebanyak 72,6 persen masyarakat puas.

Populi Center mencatat sebesar 62 persen dan dikatakan lagi bahwa topik pembangunan yang menjadi dasar kepuasan masyarakat. Poltracking Indonesia pada tanggal 26 November lalu merilis angka kepuasan tersebut sebesar 68 persen. Dan yang paling besar angkanya yakni dari Lembaga Polmark Indonesia mencatatat sebesar 75,8 persen. Dan kesimpulanya angka-angka kepuasan masyarakat tersebut akan terus naik dari tahun ke tahunnya. 

Tidak akan mengalami nasib yang sama seperti Bapak Edi Nuradi, melihat bahwa Partai PDI P adalah partai yang begitu getol dalam mendukung kader-kadernya sendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Partai yang dengan teguh menerapkan dan memperjuangkan Pancasila sebagai dasar  negara dan  dasar dalam mengambil segala kebijakannya. Partai PDI Perjuangan bukanlah partai abal-abal apalagi memilki sikap pragmatis dalam mengambil keputusannya.

Hal itu dibuktikan dari Jokowi yang sudah sukses mengembangkan kepemimpinannya.  Segala hal yang dicurigai dan hembuskan beritanya di ajang pilpres yang lalu, bahwa Jokowi adalah boneka dari Megawati, Jokowi hanyalah suruhan atau bawahannya Megawati, tapi segala intrik dan tuduhan tersebut sangatlah tidaklah terbukti. Buktinya sekarang Bapak Jokowi bisa dengan tenang bertindak dan bersikap di dalam memimpin bangsa ini. Segala kebijakannya tidak pernah terintimidasi oleh Partai PDI P maupun Megawati. Dan arah kegerakan pembangunan yang sudah dikerjakan Bapak Jokowi jelas, dan terukur.

Pembangunan infrastruktur bisa kita rasakan bersama-sama. Jalan-jalan tol dibangun secara massif,mulai dari Barat Sumatera hingga Timur Papua, mulai merasakan dampak dari pembangunan jalan tersebut. Hal itu dilakukan untuk segera mewujudkan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia.
Bahkan lautpun sudah sangat diberdayakan. Padahal negeri ini sudah lama memunggungi laut, dan potensinya sangat tidak dimanfaatkan.Baru dalam pemerintahan Bapak Jokowi, segala potensi laut mulai dan sudah dimaksimalkan. Mulai dari ekspor Ikan, hingga pelancaran arus barang dan orang sudah sangat baik. Melalui pembangunan pelabuhan laut  di beberapa wilayah Indonesia guna mewujudkan konektivitas laut. Pembangunan pelabuhan laut yang  sistematik dengan menggunakan teknologi canggih,sehingga  sistem dwelling time yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, sekarang dalam hitungan hari segala komoditas di pelabuhan bisa terurai dan sistem penyebarannya bisa dengan cepat.

Pembangunan waduk maupun bendungan dengan kapasitas jutaan barel  seperti di Jati luhur, dan beberapa wilayah di Indonesia guna mewujudkan  pemberdayaan  pertanian kita semakin baik dan maksimal. Dan tentunya masih banyak hal lainnya yang sedang diupayakan Bapak kita ini.

Fenomena dan Dampak Pemilihan DKI

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa faktor agama menjadi sangat dominan di dalam pemilihan DKI. Kemudian pamornya Habib Rizieq yang semakin bersinar akibat menjadi menjadi pencetus gerakan 212 di dalam kasus Ahok kemarin. Perjuangannya berhasil bahkan kandidat yang didukungnya berhasil melanggeng ke Balai Kota. Perjuangannya danggap sebagai pelindung maupun penyelamat agama yang diimaninya. Bahkan sempat diviralkan bahwa beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW ke-38, tapi ternyata hanya Hoax semata. Hal itu Diberitakan oleh Dakwahmedia.co, (21/1/2018). Tapi kemudian mereka meminta maaf atas berita hoax tersebut (26/1/2018).

Kemudian semakin santer isu-isu untuk mendegradasi elektabilitas Jokowi.Mulai dari Isu PKI, keturunan Cina yang beragama Katolik, kebijakan Jokowi yang selalu dianggap bukan pro umat. Kemudian mempolitisir utang negara, yang dianggap semakin memperparah jumlah utang Indonesia. Padahal jelas peruntukannya semua untuk pembangunan infrastruktur di bangsa kita. Daripada perunjukannya untuk memsubsidi ke hal-hal konsumtif, seperti subsidi BBM, oleh Bapak Jokowi, hal itu telah ditiadakan, dan mengalihkannya ke sektor produktif. 

Selanjutnya istilah Asal Bukan Jokowi (ABJ) semakin dipopulerkan. Ingin mengulang kesuksan di DKI dulu, istilah Asal Bukan Ahok (ABA) yang sudah mengena ke hati sebagian warga Jakarta, akibat massifnya penggunaan istilah itu. 

Terakhir perlukah dukungan 212 untuk kesuksesan Jokowi nantinya di tahun 2019? Saya kira tidak perlu, asal pemerintahan Bapak Jokowi, konsisten menunjukkan hasil yang maksimal dalam pembangunan, sistem pemerintahan dan seluruh kementerian betul-betul menunjukkan kinerja dan hasil yang bisa dirasakan masyarakat. Dan tak lupa untuk terus menangkis segala isu-isu miring tersebut, dengan pemberitaan yang sesuai fakta.

Juga kita sebagai masyarakat yang sudah merasa puas dengan kinerjanya dan pembangunan yang sudah dilakukan, mari mendukung terus upaya yang sedang dikerjakan Jokowi. Bapak Jokowi tidak bisa sendiri dalam berjuang, beliau butuh kita  di dalam menyukseskan kepemimpinan beliau di periode kedua.

Saaran untuk teman-teman di 212, kalau memang posisi dan kedudukannya Habib Rizieq memang sehebat yang diberitakan atau dituliskan oleh saudara Tony Rosyid,mengapa tidak memikirkan membentuk partai yang baru? Teruskan aja pikiran dan rencana yang sempat diutarakan ke publik, bahwa 212 akan menjadi sebuah parpol baru. Biar fair atau adil pertarungan di pemilihan yang akan diselenggarakan.

Sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...