Rabu, 21 Februari 2018

Moratorium Pembangunan Infrastruktur Saatnya Evaluasi di Tiga Aspek Berikut




Setelah tiga tahun lebih adanya upaya percepatan pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahan Bapak Jokowi,  sudah saatnya untuk melakukan evaluasi. Moment moratorium ini harus dimanfaatkan sebagai upaya untuk bisa semakin teliti dan tidak mengabaikan yang namanya prosedur teknis pembangunan.

Dimana kemarin (20/2/2018), telah terjadi kecelakaan kerja pada pembangunan tol  becakayu. Dimana menurut pengakuan Dono Parwoto, Kepala Divisi III Waskita, bahwa kecelakaan tersebut bukan karena ambruknya tiang pancang, melainkan bekisting pearhead atau cetakan untuk pengecoran beton pierhead. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (20/2/2018).

Waskita sebagai pelaksana proyek, yang merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) tengah melangsungkan investigasi dengan menghimpun informasi dan data mengenai peristiwa ambruknya bekisting tersebut. Mereka juga menyatakan bertanggung jawab untuk seluruh pengobatan terhadap tujuh korban akibat dari peristiwa tersebut.

Kemudian akhirnya pemerintah memutuskan untuk memberhentikan sementara waktu seluruh proyek pekerjaan berat dan elevated atau melayang di seluruh proyek pembangunan infrastruktur. Dimana keputusan itu dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.


Mengadakan audit dulu di seluruh pengerjaan pembangunan yang dikerjakan, ketika hal itu sudah rampung baru akan membuka kembali proses pembangunan yang dimoratorium.

Salah satu dampak secara kasat mata akibat dari proses pemberhentian ini adalah mengakibatkan harga pasar saham disejumlah bursa saham mulai mengalami penurunan harga, seperti yang dilansir oleh MetroTv (21/2/2018). Tapi itu tidak akan signifikan dengan perekonomian kita kedepannya.

Saatnya Evaluasi

Ada beberapa evaluasi yang patut kita cermati bersama. Meskipun ini bukan evaluasi secara komprehensif dan menyeluruh, tapi hanyalah evaluasi dari kacamata kaum awam.  Pertama, evaluasi arah pembangunan yang sudah dikerjakan, kedua, kinerja dan hasil yang sudah dicapai. Ketiga, Pengelolalaan isu utang negara didalam melakukan pembangunan.

Evaluasi arah pembangunan kita dan isu yang menyertainya. Pengamat transportasi Danang Paraeksit, seperti yang dilansir Merdeka.com (17/12/2017) menilai pembangunan infrastruktur  di tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK sudah tepat sasaran. Namun yang masih ketinggalan yaitu keterkaitan antara pembangunan infrastruktur tersebut dengan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Kemudian hal yang senada oleh Enny Sri Hartati, seperti yang dilansir liputan6.com (9/2/2017),Direktur Eksekutif Indef, menyatakan bahwa arah pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi belum jelas kemana. Memang jauh lebih parah jika hal tersebut dibandingkan dengan pemerintahan SBY. Dimana meskipun beliau sudah punya MP3EI (Masterplan Program Pemercepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia, tapi seluruh pererncanaan itu masihlah berupa rencana diatas rencana. Tidak ada eksekusi sama sekali.

Tapi benarkah demikian, segala pendapat pakar tersebut? Bukannya tidak jelas, tapi karena terlalu lama tidak ada sama sekali pembangunan yang bisa direalisasikan pada zamannya SBY dulu, maka ketertinggalan pembangunan kita sudah sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara tetangga kita. Maka betul-betul segera melakukan pembangunan. Jadi memang sepertinya tidak ada arah, karena memang kita sudah betul-betul ketinggalan. Lihat saja Cina bisa membangun 1000 Km jalan tol di dalam setahun, sedangkan kita, sulit untuk bisa mencapai angka 1000 km di dalam setahun.

Kemudian apa sih pembangunan yang sudah dikerjakan oleh Jokowi? Seperti yang bisa kita baca di beberapa media dan bisa kita saksikan sendiri, sudah ada berapa yang berdiri dan diresmikan oleh Jokowi selama ia memimpin. Mulai dari meresmikan jalan tol maupun jalan-jalan nasional yang ada di Jawa, maupun diluar Jawa. Peresmian pembangunan pelabuhan maupun bandara. Pembangunan waduk super gede yakni yang ada di Jatiluhur dan di tempat-tempat lainnya.

Selanjutnya mengenai isu seputar penggunaan utang negara untuk pembangunan. Dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa sektor-sektor yang tidak produktif pada masa-masa SBY memimpin, yakni menggunakan utang negara di dalam memberikan subsidi-subsidi ke sektor energi. Dimana selalu memberikan subsidi di sektor tersebut, dan habis konsentrasinya di dalam memberikan banyak subsidi lainnya, sehingga mustahil untuk melakukan pembangunan. Tapi bersyukur kebijakan tersebut, dihapuskan pada masa Jokowi. Meskipun ngutang juga, tapi betul-betul ada realisasi pembangunan yang dikerjakan. Ada pengelolaan utang negara dengan baik sekali. Dan tepat berada di tangan Menteri Keuangan terbaik dunia.

Isu ini selalu dimanfaatkan oeh lawan politik Jokowi, Gerindra dan segala kroni-kroninya. Apalagi Prabowo, selalu mengatakan bocor..bocor..APBN negara kita. Memang betul bocor pada masa SBY, karena selalu dimalingin, baru terbongkar di masa Jokowi. Kemudian diberikan ke subsidi yang tidak jelas hanya untuk tampak secara kasat mata bahwa perekonomian kita  baik-baik adanya dipermukaan, dan daya beli masyarakat tampak masih kuat. Hanya supaya bisa mengamankan langkah politik di periode kedua SBY, dan dia berhasil dengan gagasan tersebut. 

Tapi Bapak Jokowi tidak akan seperti itu. Pembangunan akan terus digalakkan, meskipun ini tahun-tahun politik, beliau akan tetap berkontribusi di dalam membangun bangsa kita, terutama pembangunan infrastruktur. Supaya cita-cita beliau, konektivitas itu bisa terealisasi dengan betul-betul dan bisa menghilangkan biaya operasional berlebihan. Kemudian adanya rasa keadilan, yakni harga di Papua tidak jauh beda dengan harga barang di wilayah lain di seluruh Indonesia.

Akhirnya perlu adanya evaluasi pembangunan yang sudah dikerjakan sekarang ini. Sebagai langkah untuk bisa lebih mempercepat dan mencapai target pembangunan yang sudah diancang-ancangkan. Meskipun moratorium atau pemberhentian sementara pembangunan infrastruktur terutama di bidang infrastruktur melayang, langkah ini akan menjadi langkah efektif di dalam proses pembangunan di bangsa kita.


Ambruknya penyangga Tol Becakayu

Pemberhentian ini tampaknya sederhana, tapi memiliki makna yang jauh lebih luas. Ibarat seorang atlet loncat tinggi atau lompat jauh yang harus mundur dulu di dalam mengambil ancang-ancang untuk bisa memperoleh lompatan tertinggi atau terjauhnya. Ataupun ibarat pesawat yang betul-betul harus mempertimbangkan matang landasan pacuannya sebelum akhirnya bisa terbang. Demikianlah arah pembangunan kita, harus betul-betul matang di landasan pembangunan kita, yakni pembangunan infrastrukturnya, barulah akhirnya bangsa kita bisa betul-betul terbang, melesat jauh ke depan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...